4GIVE and 4GET
4GIVE AND 4GET
“Mengampuni dan melupakan itulah yang Engkau lakukan supaya ku kan mengampuni dan melupakan”
Potongan lagu di atas mengingatkan kita akan cara kerja Tuhan Yesus, melakukan dulu baru meminta kita meneladani. Teladan jauh lebih berbicara daripada kata-kata. Kepada Tuhan Yesus kita tidak bisa mengatakan “cuma bisa omong doang”, Dia memberi teladan apa-apa yang perlu kita lakukan. Mengampuni memang sering kita rasa berat, tetapi hidup yang mengampuni adalah hidup orang yang berbahagia.
- Mengampuni bukanlah berarti kita salah dan dia benar, melainkan kita menghargai hubungan kita dengan dia lebih berharga daripada ego kita. Konflik terjadi karena masing-masing pihak berpikir dia yang benar dan pihak lain salah. Padahal dalam kondisi berkonflik sangatlah mungkin jika kedua belah pihak memiliki andil kesalahan. Tetapi adalah sangat penting jika kita memandang resolusi itu jauh lebih penting. Dengan demikian kita rela menurunkan level ego kita dan mulai mengulurkan tangan dan berkata “maafkan daku”
- Kejadian itu sudah berlalu. Peristiwa sudah berakhir. Perasaan kesal, jengkel, marah terus terbawa sampai hari ini. Adilkah? Tidak bisa tidur, mencari cara menghindarinya, mencari cara membalas, menjadi beban dalam menuruti rasa dendam itu. Semuanya itu menjadi beban tambahan (yang seharusnya tidak perlu) dalam kehidupan kita. Memaafkan tidak mengubah masa lalu tetapi menolong kita memandang masa depan
- Kebencian adalah kolam tak bertepi. Kita tidak akan mampu mengarunginya sampai ke seberang. Hanyalah pengampunan yang dapat membawa kita keluar dari kolam tersebut. Cerita silat bisa menjadi film seri yang tidak ada habisnya karena cerita ini berakar dari satu falsafah yaitu balas dendam. Balas membalas yang bahkan diwariskan kepada anak cucu. Dengan satu kata “maaf” maka cerita itu segera berakhir.
Firman Tuhan mengajarkan kepada kita untuk mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh kali, bukan 490 kali melainkan tak ada batas akhirnya. Perumpamaan Yesus dalam Mat 18:21-35, seorang hamba yang berhutang kepada Raja sepuluh ribu talenta (10.000 x 6.000 dinar) tetapi tidak sanggup membayar namun hutang dilunaskan oleh Raja. Selepas dari peristiwa itu sang hamba bertemu dengan rekannya yang berhutang seratus (100) dinar saja kepadanya dan ia menjebloskannya ke dalam penjara. Maka Raja menjadi sangat marah dan mengerahkan algojo atas hamba tersebut. Bukankah pengampunan Bapa di sorga yang demikian besar seharusnya memberi kekuataan kita untuk mengampuni saudara kita? Bukankah kalau kita belum mengampuni kita juga akan berat mengucapkan doa Bapa Kami “ampunilah kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”
Kekuatan orang tampak ketika dia mampu memaafkan orang yang menyakitinya (NMM)