Akal budi dan iman
AKAL BUDI DAN IMAN
Apakah iman dapat disatukan dengan akal budi? Bukankah iman adalah hubungan manusia dengan Tuhan, sedangkan akal budi adalah alat yang dipakai manusia untuk melakukan pekerjaan di dunia? Bukankah orang yang mengikuti imannya kadang harus mengorbankan akal budinya? “Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat barang-barang pujaanmu, aku
menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan : Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepadamu” (Kis 17 : 23)
Kalimat tersebut diucapkan Paulus di Atena – Yunani. Bangsa Yunani adalah bangsa yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dibawah naungan dewa Hermes – dewa ilmu pengetahuan – seorang dewa yang terkenal dengan kecerdasannya. Tahun-tahun sesudah zaman Paulus ada Socrates, Plato, Aristoteles yang adalah sebagian dari deretan nama filsuf Yunani yang sangat kondang. Dari sejak jaman dahulu kala memang bangsa Yunani adalah bangsa yang concern terhadap ilmu pengetahuan. Tetapi dikatakan Paulus ketika mereka berhubungan dengan dewa-dewa (ibadah), mereka mengesampingkan akal dan pikiran mereka dan membiarkan diri mereka menyembah allah yang tidak dikenal.
Banyak pemikiran yang memisahkan antara akal budi dan iman. Iman seringkali dipikirkan sebagai sesuatu yang supra natural, diluar akal sehat. Sehingga iman dan akal sehat dianggap sulit untuk berjalan berdampingan. Pemikiran seperti ini bertentangan dengan perkataan Yesus karena Yesus sendiri memerintahkan kita untuk mengasihi Allah dengan segenap akal budi. Bagaimana bisa kita pahami agar iman dan akal budi bisa selaras? Mengutip tulisan John Stott : Iman yang sejati pada dasarnya masuk akal karena iman itu bersandar pada karakter dan janji Allah. Iman adalah kepercayaan yang punya alasan, yakni kepercayaan yang memperhitungkan secara cermat dan penuh keyakinan bahwa Allah layak dipercaya. Dengan demikian beriman kepada Allah bukanlah hanya berdasarkan sesuatu yang tidak kita pahami melainkan dengan penuh kesadaran dan pemahaman kita mengambil keputusan untuk menyembah Allah kita.
Menurut Rasul Paulus, kita orang Kristen menyembah Allah berbeda dengan ibadah orang Yunani, kita menyembah Allah yang kita kenal, yang mempunyai relasi khusus dengan kita. Kita beribadah kepada Allah dengan penuh kesadaran dan dengan akal sehat, kita beribadah di dalam kebenaran, ibadah kita kita lakukan dengan segenap akal budi kita. Ibadah kita berbeda dengan ibadah orang yang tidak mengenal Allah. Untuk beribadah dalam kebenaran, kita terlebih dahulu harus memahami kebenaran itu sendiri. Kita harus memenuhi akal budi dan pikiran kita dengan kebenaran itu sendiri.
Banyak bagian lain dalam Alkitab yang menegaskan bahwa orang Kristen tidak seharusnya memisahkan iman dan akal budi. Efesus 5:17 janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu MENGERTI kehendak Tuhan. Kita juga harus menjadi orang yang dewasa dalam iman yang punya PEMAHAMAN yang benar seperti dalam Efesus 4:14 sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.
Untuk menjadi dewasa di dalam iman, seorang Kristen haruslah mengenal Allah secara benar, memahami apa yang diperintahkan Allah, memahami janji Allah, mengerti apa yang dikehendaki dan tidak dikehendaki Allah sebagai dasar kita melakukan hidup dan ibadah kita. Pemahaman dan pengertian yang benar harus kita tanamkan dan kita pupuk dalam kehidupan iman kita. Tanpa pemahaman yang benar iman kita tidak mempunyai dasar yang kuat dan pada kondisi yang sulit iman yang demikian akan mudah tergoyahkan. Dengan pemahaman yang kuat, kita menapaki hidup beriman kita dengan landasan yang teguh. Ketika ada kesulitan dan masalah hidup menerpa kita bisa memahami maksud Tuhan dan kesadaran penuh kita bergantung kepada Allah dan FirmanNya.
Jelaslah bagi kita bahwa mengasihi Tuhan dengan akan budi adalah salah satu aspek yang perlu kita lakukan. Mengasihi Allah dengan segenap akal budi memerlukan usaha kita yaitu untuk memenuhi akal budi kita dengan pemahaman dan pengertian yang benar tentang Allah dan firmanNya. Mengasihi adalah tindakan aktif yang perlu diusahakan, yang tidak datang dengan sendirinya. Untuk itu kita perlu mengusahakannya. Apa saja yang bisa kita usahakan secara praktis dalam rangka mengasihi Allah dengan akal budi kita? Beberapa contoh praktis misalnya membaca Alkitab dengan tekun dan mempelajari baik-baik, membaca buku-buku rohani yang bermutu, menghadiri kelas Pemahaman Alkitab, menghadiri seminar-seminar, dll. Untuk itulah gereja menyediakan perpustakaan yang bertujuan untuk memfasilitasi umat untuk mendapatkan pemahaman yang benar. Selain itu gereja juga mengadakan kotbah pengajaran. Dimana di dalam kotbah pengajaran ini kita akan mencoba memahami dasar-dasar iman kita dengan lebih komprehensif. Semuanya itu membekali kita dalam aspek meningkatkan akal budi kita untuk semakin mengasihi Tuhan.
Pengetahuan yang benar akan membimbing kita kepada ibadah yang lebih dalam, yaitu ibadah yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Pengetahuan yang benar seharusnya membuat kita semakin beriman juga seharusnya semakin mengobarkan kasih kita kepada Tuhan. Karena dalam kitab Amsal 1:7 dikatakan “takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”.
Tentunya bukan berarti kita menganggap akal budi adalah yang satu-satunya dalam mengasihi Tuhan. Tetapi mengasihi Tuhan haruslah kita lakukah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita. (NMM)