Akulah terang dunia

 

 

         Dunia seringkali digambarkan sebagai sebuah tempat yang gelap dan berbahaya. Kegelapan menyembunyikan jalan yang tepat, menyembunyikan perangkap, lubang menganga, bahkan jurang yang mematikan. Seperti yang biasa terjadi saat  air hujan yang keruh menutupi lubang hingga parit dan tidak jarang mengakibatkan kecelakaan hingga kematian. Hidup di dunia yang gelap menjadi sulit karena ketidaktahuan manusia tentang apa yang akan dan harus dihadapi. Setiap keputusan yang dibuat bisa menjadi salah dan mendatangkan bahaya.
    Ketidaktahuan akan kebenaran membuat seseorang melakukan kejahatan. Mereka hidup dalam kegelapan dan tidak melihat kebaikan. Absennya sosok Gu-Ru (orang yang bisa digugu dan ditiru) menjadi biang kegelapan dalam hidup bersama. Kejahatan merebak karena ia tidak menuntut syarat apa pun dari seseorang untuk bisa melakukannya. Pelaku tindak kejahatan muncul dari golongan usia yang sangat muda sampai golongan yang seharusnya melakukan hal-hal terhormat, misalnya Hakim agung, anggota parlemen, jaksa, aparat hukum, pejabat publik, sampai ke pendidik dan anak didiknya.
    Dunia membutuhkan ‘terang’, agar manusia yang hidup didalamnya mampu melihat dan memberi respon yang tepat. Tema tentang  terang ini akan kita coba kaitkan dengan tiga tokoh utama dalam bacaan. Ketiga tokoh itu adalah Yesus sendiri, orang buta yang disembuhkan dan orang Farisi. Pertama, hubungan Yesus dengan terang adalah Yesus adalah terang itu sendiri. Secara jelas Dia berkata: “Akulah terang dunia” (ayat 5). Pernyataan Yesus tersebut memang benar karena dengan tindakan-Nya menyembuhkan orang buta, Dia telah membawa terang bagi orang tersebut. Dia bukan hanya membawa terang fisik saja tetapi juga terang yang lebih mendalam yaitu terang iman sendiri.
            Tokoh kedua yaitu orang buta adalah gambaran orang yang terbuka untuk menerima terang.  Orang yang buta ini mengalami kegelapan total dalam hidupnya. Dia belum pernah melihat terang dalam hidupnya karena dia buta sejak lahirnya. Namun sejak dia mempercayakan hidupnya kepada Yesus, dia mulai mengalami terang itu. Di sini nampak bahwa orang buta ini mengalami suatu proses hingga sampai kepada penglihatan yang semakin terang. Pertama-tama dia hanya mengenal bahwa Yesus adalah seorang nabi (ayat 17). Kemudian di bagian kedua saat diperiksa orang-orang Yahudi dia memberi kesaksian bahwa Yesus adalah seorang yang “datang dari Allah” (ayat 33). Perjumpaannya secara langsung dengan Yesus membawanya kepada penglihatan dan pengakuan akan identitas Yesus sebagai “Anak Manusia” (ayat 37).
            Tokoh ketiga, yaitu orang-orang Farisi adalah gambaran orang yang menutup mata kepada terang itu. Mereka dengan sengaja membutakan mata terhadap kebenaran yang ada. Mereka telah diyakinkan oleh bukti yang jelas mengenai penyembuhan. Orang banyak memberi kesaksian, orang tua si buta memberi kesaksian dan bahkan orang buta yang sudah disembuhkan itu memberikan kesaksian secara langsung kepada mereka disertai bukti nyata bahwa ia telah melihat. Semua bukti yang ada itu ternyata tidak meyakinkan mereka. Mereka tetap tidak mau menerima asal-usul Yesus dari surga (ayat 29). Oleh karenanya, Yesus menyebut mereka buta dan bersalah (ayat 39, 41) karena mereka tidak mau percaya dan membuka mata terhadap kebenaran yang ada. Inilah gambaran kebutaan yang paling buruk “mampu melihat namun menutup mata terhadap kenyataan yang ada.”
    Kehadiran Yesus menjadi terang dalam gelapnya dunia. Ia adalah kebenaran ditengah kejahatan. Ia adalah figur yang memberikan keteladanan tentang apa itu kebenaran. Kehadiran Yesus membuat manusia bisa melihat dan mengenali apa itu kebenaran dan tahu bagaimana harus menduplikasikan kebenaran itu dalam hidupnya.
    Mari kita ‘melihat’ pekerjaan yang sudah Allah lakukan dalam kehidupan kita, apakah selama ini kita sudah membuka mata terhadap kehadiran Yesus di lingkungan kita, dan  hadir dalam diri orang yang paling miskin, menderita dan terpinggirkan? Jangan-jangan selama ini kita telah mengalami kebutaan yang parah yaitu mampu melihat namun menutup mata terhadap mereka. (berbagai sumber-abt)

 

 

 

KEBAKTIAN MINGGU (HIJAU)

KASIHILAH TUHAN ALLAHMU

Ulangan 6:1-9; Mazmur 119:1-8; Ibrani 9:11-14; Markus 12:28-34

Kebaktian 3 November 2024 oleh Pdt.Gordon S. Hutabarat

Pendahuluan

Pada inti kehidupan rohani umat Allah, kita menemukan panggilan untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita. Perintah ini bukan sekadar hukum yang harus ditaati, melainkan undangan untuk mengalami kedekatan yang tulus dengan Sang Pencipta. Melalui berbagai bacaan Alkitab, kita diajak untuk memahami arti, bentuk, dan penerapan dari kasih yang sungguh-sungguh kepada Allah.

1. Kasih sebagai Hukum Utama (Ulangan 6:1-9)

Di dalam Ulangan 6:1-9, Musa mengajarkan hukum terpenting bagi umat Israel: “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:4-5). Kasih kepada Tuhan bukan hanya satu dari sekian banyak perintah, melainkan yang utama, yang menjadi dasar bagi semua hukum lainnya. Kasih ini menuntut kesetiaan, komitmen, dan kesungguhan yang bukan hanya bersifat emosional, melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan.

Pentingnya perintah ini bagi generasi selanjutnya juga terlihat dari anjuran untuk mengajarkan hukum ini kepada anak-anak. Artinya, kasih kepada Tuhan harus menjadi budaya keluarga, gaya hidup, dan bagian dari percakapan sehari-hari.

2. Kasih yang Mengalir dalam Ketaatan (Mazmur 119:1-8)

Mazmur 119 adalah salah satu mazmur yang mengagungkan firman Tuhan sebagai sumber kebahagiaan dan kesukaan bagi mereka yang setia. Di dalam ayat-ayat pertama, pemazmur menyatakan kebahagiaan orang yang hidup tanpa cela dan yang berjalan dalam Taurat Tuhan. Pemazmur ingin agar hati umat Tuhan dipenuhi oleh firman-Nya, karena hanya dengan merenungkan dan menaati firman itulah kita dapat semakin mengasihi Tuhan.

Ketaatan ini adalah bukti kasih yang tulus. Ketika kita mengikuti jalan-Nya, kita semakin mengenal hati Tuhan. Kasih kepada Tuhan yang sejati bukan hanya perasaan, tetapi diwujudkan dalam langkah-langkah kehidupan yang terarah kepada kehendak-Nya.

3. Kasih yang Diwujudkan melalui Pengorbanan Yesus (Ibrani 9:11-14)

Ibrani 9:11-14 memberikan perspektif yang lebih dalam tentang kasih yang kita miliki kepada Tuhan, yaitu sebagai respons atas kasih Tuhan yang besar. Yesus Kristus, Imam Besar yang sempurna, mengurbankan diri-Nya sendiri untuk membersihkan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia. Pengorbanan Yesus bukan hanya simbol penghapusan dosa, tetapi sebuah pembaruan hubungan kita dengan Tuhan, memampukan kita untuk mengasihi-Nya dengan tulus.

Ketika kita merenungkan pengorbanan Yesus, kita disadarkan betapa besar kasih Tuhan yang telah diberikan kepada kita, dan kita dipanggil untuk merespons kasih itu dengan penuh hormat dan ketaatan.

4. Kasih kepada Tuhan dan Kasih kepada Sesama (Markus 12:28-34)

Dalam Injil Markus, seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus mengenai hukum yang paling utama. Yesus menegaskan bahwa kasih kepada Allah adalah hukum yang pertama dan terbesar, tetapi juga menambahkan bahwa kasih kepada sesama adalah yang kedua dan sama pentingnya. Kasih kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kasih kepada sesama. Bahkan, kasih kepada sesama adalah ekspresi nyata dari kasih kita kepada Tuhan.

Menariknya, ahli Taurat itu menyadari bahwa mengasihi Tuhan dan sesama adalah lebih penting dari semua persembahan dan korban. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kasih sejati kepada Tuhan tidak berhenti pada ritual atau ibadah semata, tetapi harus tercermin dalam tindakan kasih kepada sesama.

Kesimpulan

Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan berarti memberikan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Kasih ini ditunjukkan dalam ketaatan, kesetiaan, dan kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai Kristus. Kasih yang kita miliki bukan sekadar emosi, tetapi suatu komitmen yang nyata, diwujudkan dalam cara kita menghormati Tuhan dan memperlakukan sesama.

Marilah kita merenungkan, apakah hidup kita sudah menjadi bukti kasih kepada Tuhan? Sudahkah kita mendasarkan seluruh keputusan, tindakan, dan tujuan hidup kita pada kasih ini? Melalui pengorbanan Yesus, kita telah diberikan kesempatan untuk mendekat kepada Allah dan untuk mengasihi-Nya dengan kasih yang tak terbatas. Mari kita jadikan kasih kepada Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kita, yang diwujudkan dalam setiap langkah dan tindakan kita, agar nama Tuhan semakin dipermuliakan.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

378333
Users Today : 615
Users Yesterday : 1288
This Month : 2927
This Year : 206095
Total Users : 378333
Who's Online : 9