Be Joyful & Thankful

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”

(Rm. 12:12).

Kata “sukacita” pastinya bukan hal asing bagi telinga kita. Namun, sejauh mana kita menghidupi maknanya dalam keseharian kita? Apalagi ketika hidup sedang dalam kondisi tidak menyenangkan: konflik dalam relasi, kehilangan pekerjaan, kesulitan finansial, ada anggota keluarga yang sakit atau bahkan meninggal dunia. Di tengah pandemi yang berkepanjangan seperti sekarang, masihkah kita tetap dapat bersukacita?

Ada masa-masa kita sulit untuk bersukacita. Sebaliknya, justru kita merasa sedih, kecewa, khawatir, marah, takut, dan sebagainya. Sebagai manusia, hal itu merupakan perasaan yang wajar kita alami. Tuhan Yesus pun pernah mengalaminya. Namun, menjadi tidak wajar ketika kita mulai dikuasai oleh perasaan-perasaan tersebut. Terlebih jika sampai membuat kita pesimis, tidak ber- semangat, dan hilang harapan akan masa depan. Berhati-hatilah, karena barangkali titik itu menjadi tanda bahwa kita mulai tidak lagi bergantung kepada Tuhan.

Sebagai orang percaya, kita sadar bahwa mengikut Kristus bukan berarti “pasti bebas dari masalah”. Namun, mengikut Kristus artinya bagaimana kita mau memfokuskan hati dan pikiran kita kepada Allah, kepada kasih dan pemeliharaan-Nya yang sempurna, bahkan dalam situasi sulit sekali pun.

Apa dasar kita bersukacita?

Karena kita punya Bapa di Sorga yang memelihara kita (1Ptr. 5 : 7). Dalam keadaan yang sulit dan ketika menghadapi berbagai ketidakpastian dalam hidup, kita tetap dapat bersukacita karena mempunyai pengharapan. Baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, kata “pengharapan” dalam bahasa aslinya mengandung arti kepastian, kemantapan, tanpa kekhawatiran, tidak ada keraguan. Jadi, pengharapan menurut Alkitab adalah ekspektasi yang pasti dan terjamin, yang didasarkan pada fondasi yang pasti, sehingga kita nantikan dengan sukacita. Apa yang menjadi fondasinya? Pengharapan di dalam Tuhan saja, bukan pengharapan kepada manusia atau kekuatan sendiri (Yer 17 : 5-8).

Apa pentingnya bersukacita?

Hati yang gembira adalah obat yang menjaga kesehatan (Ams. 17 : 22). Sukacita membuat kita dapat menjalani hari dengan lebih bersemangat, lebih menyenangkan, lebih kuat, dan tidak membosankan. Sukacita sejati dibentuk dalam kesulitan, karena itu kita dapat bersyukur ketika Tuhan izinkan kesulitan terjadi di hidup kita. Dengan penuh kasih, Tuhan memakai pencobaan yang kita alami untuk menumbuhkan karakter kita supaya makin serupa dengan-Nya (Rm. 5 : 3-4).

Bagaimana cara bersukacita?

Orang Kristen diajarkan untuk bersukacita sebab kita tahu sumber sukacita bukan berasal dari situasi yang kita alami, tetapi pemahaman bahwa Tuhan ada beserta kita dalam segala situasi, bahkan masa tergelap sekali pun. Pemahaman akan hal ini memampukan kita untuk mengucap syukur kepada Allah karena dilandaskan pada kebenaran bahwa Tuhan “baik” dan “…untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Mzm. 118 : 1). Tuhan selalu menyertai dan menguatkan kita di tengah masalah yang kita hadapi (Ibr. 13 : 5-6).

Kita percaya bahwa setiap hal baik maupun buruk yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita, ada dalam kedaulatan Tuhan, dalam pemeliharaan-Nya. “Karena kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang me- ngasihi Dia…” (Rm. 8 : 28). Seperti pengalaman Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya, awalnya mungkin kita bertanya-tanya: mengapa Tuhan izinkan hal buruk terjadi? Namun, seiring waktu berlalu, kita tahu kemudian bahwa tidak pernah ada yang kebetulan terjadi dalam hidup kita (Kej. 50 : 20). Kita dapat meyakini bahwa melalui segala hal yang terjadi dalam hidup kita, Allah turut bekerja dan menopang.

Ketika kita memilih untuk bersukacita dan bersyukur atas pengalaman sulit yang kita alami, artinya kita mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Allah, dan membuat kita semakin menyadari betapa pemeliharaan Tuhan begitu besar akan hidup kita. Dalam keadaan mudah maupun sulit, Tuhan memampukan kita untuk dapat menjalani dan melewatinya, sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur. “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tes 5 : 16-18)

Bila topan k’ras melanda hidupmu .Bila putus asa dan letih lesu. Berkat Tuhan satu-satu hitunglah Kau niscaya kagum oleh kasih-Nya. Berkat Tuhan mari hitunglah… Kau ‘kan kagum oleh kasih-Nya. Berkat Tuhan mari hitunglah… Kau niscaya kagum oleh kasih-Nya  (ODR)

KEBAKTIAN MINGGU

AKU DILAYAKKAN

Yesaya 1:10-18; Mazmur 32:1-7; 2 Tesalonika 1:1-4, 11-12; Lukas 19:1-10

Kebaktian 2 November 2025 oleh Pdt. Debora Rachelina S. Simanjuntak

Kita sering berpikir bahwa untuk datang kepada Tuhan, kita harus sudah baik dulu. Kita merasa perlu merapikan diri, menyucikan perilaku, memperbaiki catatan hidup kita agar tampak pantas di hadapan-Nya. Seakan-akan Tuhan hanya menerima orang yang sudah layak, sudah bersih, sudah benar.

Namun, firman hari ini membalikkan cara pandang itu. Tuhan bukan menunggu kita menjadi layak. Dialah yang melayakkan kita.

1. Tuhan Melihat Kedalaman Dosa, Namun Tidak Menolak Orang Berdosa

Yesaya 1:10-18 menunjukkan keadaan umat yang rajin beribadah tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Ibadah mereka dipenuhi kebenaran diri dan kemunafikan. Tuhan tidak menutup mata terhadap dosa; Ia justru menegur dengan tegas.

Namun teguran itu bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk mengundang pertobatan:

“Marilah, baiklah kita berperkara!” firman Tuhan.
“Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju.” (Yes. 1:18)

Tuhan tidak meminta kita datang dalam keadaan putih. Ia berkata, “Datanglah apa adanya, Aku yang memutihkanmu.”

2. Bahagia Bukan Karena Kita Sempurna, Tetapi Karena Kita Diampuni

Pemazmur memahami bahwa kebahagiaan yang sejati bukan berasal dari prestasi rohani atau moral, tetapi dari pengampunan:

“Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya.” (Mzm. 32:1)

Pemazmur pernah memendam dosanya, berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Hasilnya? Tulang-tulangnya seakan remuk. Hidup terasa berat. Namun saat ia mengakui dosanya, ia menemukan kelegaan. Allah menjadi tempat persembunyian yang tidak pernah menekan, tetapi menyembuhkan.

3. Allah yang Melayakkan, Supaya Nama Yesus Dimuliakan dalam Hidup Kita

Dalam 2 Tesalonika 1:11-12, Paulus mendoakan jemaat agar Allah sendiri yang melayakkan mereka untuk panggilan-Nya. Bukan mereka yang membuat diri layak, tetapi Allah yang bekerja melalui kasih karunia-Nya.

Tujuannya jelas:

Agar Tuhan dipermuliakan melalui hidup kita.

Kita diubah bukan untuk membanggakan diri, tetapi supaya Kristus tampak dalam kita.

4. Yesus Datang Untuk Mencari yang Hilang, Termasuk Kita

Lukas 19:1-10 memperlihatkan kisah Zakheus yang penuh cela, seorang pemeras, seorang yang merugikan sesamanya. Ia tidak layak—dalam ukuran manusia.

Tetapi Yesus datang kepadanya:

“Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Luk. 19:5)

Yesus tidak berkata, “Perbaiki dulu hidupmu, baru Aku datang.”
Ia datang lebih dulu, dan kehadiran Yesuslah yang mengubah Zakheus.

Pertobatan bukan syarat untuk dikasihi.
Pertobatan adalah buah dari mengalami kasih itu.

Zakheus berubah setelah ia disentuh oleh kehadiran Yesus.

Penutup

Kita tidak dilayakkan karena ibadah kita, prestasi rohani kita, atau kebaikan yang kita kumpulkan. Kita dilayakkan oleh kasih karunia.

Tuhan berkata,

“Datanglah apa adanya.”
“Aku tahu dosamu, aku tahu lukamu.”
“Aku datang bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyembuhkan.”
“Aku tidak menunggu kamu benar. Aku yang membenarkan.”

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

949136
Users Today : 2454
Users Yesterday : 3096
This Month : 38233
This Year : 501286
Total Users : 949136
Who's Online : 7