Bebas dari Belenggu Ketakutan

Beberapa tahun lalu, kami sekeluarga berkesempatan menonton film ‘IMPOSIBLE’ yang menceritakan bagaimana liburan akhir tahun 2004 di sebuah resort di Thailand yang sedang dinikmati sebuah keluarga dengan 3 orang anak, berubah menjadi malapetaka ke-tika tsunami meluluhlantakkan tempat penginapan mereka dan daerah lain di sekitarnya. Mereka diceraiberaikan oleh gelombang tsunami. Salah satu tokoh dalam cerita tersebut, mengatakan kepada anaknya yang masih berusia 5 tahun, bahwa semua orang pernah merasakan takut, dan dia merasa sangat ketakutan ketika berhasil selamat dari amukan tsunami, keluar dari permukaan air, dan menyadari bahwa dia hanya sendirian… tidak ada orang lain yang terlihat termasuk orang-orang yang dikasihinya… Sebuah film yang menunjukkan betapa kecilnya manusia dibandingkan kekuatan alam ini, rasa takut, dan perjuangan para sebuah keluarga untuk bisa survive dan berkumpul kembali.

Kita semua pernah mengalami rasa takut terhadap sesuatu hal atau keadaan. Takut kebanjiran, takut gagal, takut bangkrut, takut dikecewakan, takut sakit, takut anjing, dan lain-lain. Rasa takut menunjukkan kita bahwa kita penuh keterbatasan dan kelemahan serta ketidakberdayaan dalam menghadapi obyek rasa takut tersebut. Ketakutan bisa datang kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja tanpa memandang status, usia, derajat atau keberadaan seseorang. Namun satu hal yang perlu kita ingat, jangan sampai ketakut-an tersebut membuat kita bertindak salah.

Daud, seorang raja yang besar, sanggup mengalahkan beribu-ribu orang musuhnya, yang biasa mengalahkan singa dan beruang pada masa mudanya di padang penggem-balaan, juga pernah mengalami rasa takut. Bahkan karena sangat takutnya, Daud berpura-pura menjadi orang yang sakit ingatan, seperti tertulis dalam 1 Samuel 21:12-13: Kata-kata itu merisaukan hati ’Daud, dan dia menjadi takut sekali kepada Akhis, raja Gat. Sebab itu, ia mengubah perilakunya di depan mata mereja seperti orang yang sakit ingatan di depan mata mereka dan bepura-pura gila di hadapan mereka. Ia menggores-gores pintu gerbang dan membiarkan air liurnya meleleh ke janggutnya”. Karena rasa takut yang berlebihan, Daud merendahkan diri dan lupa bahwa ia memiliki Tuhan yang luar biasa dan memberi kemenangan kepadanya selama ini. Dengan Tuhan, Daud mengalahkan berlaksa-laksa musuhnya, tapi ketakutan di hadapan seorang raja Akhis. Ketakutan telah membuatnya kehilangan akal sehat dan lupa sama sekali dengan Tuhan.

Dalam mengatasi rasa takut, kita bisa mencontoh salah satu tokoh Alkitab, yaitu Yosafat, yang merupaka seorang raja yang memerintah tanah Yehuda. Suatu ketika dia menghadapi serangan besar-besaran dari 3 bangsa yaitu Moab, Amon, dan Meunim. Wajar jika Yosafat menjadi sangat ketakutan karena mereka adalah bangsa yang kecil yang hanya terdiri dari 2 suku Israel dan di hadapkan pada pasukan yang sangat besar dan berasal dari 3 bangsa. Secara hitung-hitungan manusia, pasukan Yosafat akan dengan mudah dikalah-kan dan mungkin Yosafat sudah membayangkan hal-hal yang mengerikan yang akan di-alami oleh bangsanya termasuk dia dan keluarganya sendiri. Yosafat beserta keluarganya akan ditangkap dan dihukum mati.

Namun ditengah ketakutannya, Yosafat bertindak benar dan akhirnya menyelamatkannya dan seluruh rakyat Yehuda. Yosafat memutuskan mencari pertolongan Tuhan. Yosafat menyadari bahwa hanya Tuhanlah satu-satunya jawaban atas permasalahannya, tidak seperti Daud yang berpura-pura gila. Seluruh rakyat Yehuda diperintahkan untuk merendahkan diri dan bersama-sama berdoa memohon kemurahan dan pertolongan Tuhan. Dan Tuhan menjawab doa mereka melalui seorang Lewi dari bani Asaf seperti yang tertulis dalam 2 Tawarikh 20:15: ”… “Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman Tuhan kepadamu: Janganlah kamu takut dan kecut hati karena pasukan yang besar ini, sebab bukan kamu yang berperang, melainkan Allah. ”

Bagaimana dengan kita? ketakutan apa yang sedang kita hadapi saat ini? apakah masalah keluarga, ekonomi, kesehatan, masa depan anak-anak, hubungan dengan se-sama, atau masalah apapun itu, mari kita belajar dari raja Yosafat. Merendahkan diri dihadapan-Nya, menyadari kelemahan dan keterbatasan kita, dan memohon pertolongan-Nya. Karena Tuhan yang kita sembah, jauh lebih besar dari masalah apapun yang kita hadapi. Percayalah bahwa Tuhan yang akan berperang untuk kita dan memberi kita jalan keluar dari setiap permasalahan dan ketakutan kita.

Mari kita merenungkan dan mengimani Mazmur 91:1-7 ”Orang yang duduk dalam lindungan Yang Maha Tinggi akan bermalam dalam naungan Yang Maha Kuasa. Dia akan berkata kepada Tuhan: ” Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai”. Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari sampar yang mematikan. Dengan kepak-Nya, Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya menjadi perisai dan penangkis. Engkau tak usah takut terhadap kengerian malam, terhadap panah yang berterbangan di waktu siang, terhadap sampar yang menyelinap di dalam gelap, terhadap wabah yang mengamuk di rembang tengah hari. Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, malapetaka itu tidak akan menimpamu ”. Jadi… jangan takut! Soli Deo Gloria. (abt)

KEBAKTIAN MINGGU PASKA V (Putih)

KETAATAN SEBAGAI ANUGERAH ALLAH

Kisah Para Rasul 16:9–15; Mazmur 67; Wahyu 21:10, 22–22:5; Yohanes 14:23–29

Kebaktian 25 Mei 2025 oleh Pdt. Em. Jonathan Subianto (GKI Samanhudi)

“Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yohanes 14:23)

Ketaatan: Bukan Beban, Tapi Anugerah

Dalam kehidupan rohani, kata “ketaatan” sering terdengar seperti tugas berat yang harus dipikul untuk menyenangkan Tuhan. Kita membayangkan hidup yang penuh aturan dan pengorbanan. Namun, bacaan hari ini mengajarkan bahwa ketaatan bukanlah beban, tetapi respons dari hati yang sudah disentuh kasih karunia.

Kisah Paulus yang menerima visi Makedonia dalam Kisah Para Rasul 16 menegaskan hal ini. Ia tidak merancang sendiri perjalanannya, tetapi merespons pewahyuan Tuhan. Ia taat bukan karena keinginan pribadi, melainkan karena Allah yang terlebih dahulu menyatakan kehendak-Nya.

Lalu kita melihat Lidia, seorang perempuan yang hatinya “dibukakan Tuhan.” Ia percaya dan dibaptis, bukan karena dia mencari Tuhan lebih dahulu, tetapi karena Tuhan bekerja dalam hatinya. Dari kisah Paulus dan Lidia, kita belajar bahwa ketaatan dimulai dari anugerah, bukan inisiatif manusia.

Ketaatan Membawa Kesaksian

Mazmur 67 menyatakan kerinduan agar berkat Tuhan atas umat-Nya menjadi sarana kesaksian bagi bangsa-bangsa. Ketika umat Allah hidup dalam ketaatan, dunia akan melihat terang kasih dan kebenaran Allah. Ketaatan bukan hanya untuk membentuk karakter pribadi, tetapi menjadi sarana kesaksian global.

Ketaatan Berakar pada Visi Kekal

Wahyu 21–22 menunjukkan gambaran Yerusalem Baru—kota penuh terang, di mana Allah tinggal bersama umat-Nya. Inilah arah hidup kita. Bila kita sungguh percaya bahwa tujuan akhir kita adalah hidup kekal bersama Tuhan, maka hidup kita hari ini akan dibentuk oleh harapan itu. Ketaatan menjadi cara kita mempersiapkan diri bagi kemuliaan yang kekal.

Ketaatan Sebagai Ekspresi Kasih

Yesus menyatakan dengan jelas: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yoh. 14:23). Ketaatan bukanlah bentuk keterpaksaan, melainkan buah dari kasih. Dan lebih lagi, Yesus berjanji bahwa Allah akan tinggal bersama orang yang menaati-Nya. Ini adalah relasi, bukan sekadar aturan. Allah ingin berjalan bersama kita, menolong kita lewat Roh Kudus, agar kita dapat hidup dalam firman-Nya.

Aplikasi Praktis dalam Hidup Sehari-hari

  • Mulai Hari dengan Firman dan Doa. Luangkan waktu 10–15 menit setiap pagi untuk membuka Alkitab dan berdoa. Mulailah dengan satu ayat dan renungkan artinya untuk hidupmu hari itu.

  • Latih Ketaatan di Rumah. Bantu tanpa disuruh, ucapkan terima kasih, dan minta maaf saat salah. Rumah adalah tempat pertama untuk menumbuhkan karakter taat.

  • Jadi Terang di Tempat Kerja atau Sekolah. Tunjukkan kejujuran, bantu rekan kerja, dan ambil sikap positif. Orang lain akan melihat perbedaan ketika kita taat pada nilai-nilai Kristus.

  • Dengar dan Tanggapi Suara Roh Kudus. Saat tergerak untuk menolong, mengampuni, atau meminta maaf—responilah segera. Ketaatan sering dimulai dari langkah-langkah kecil.

  • Fokus pada Tujuan Kekal. Buat keputusan berdasarkan kekekalan. Apakah aktivitas ini membawa saya mendekat pada Tuhan? Apakah ini menyenangkan hati-Nya?

Penutup

Ketaatan tidak akan pernah terasa ringan jika kita memulainya dari usaha sendiri. Tetapi saat kita menyadari bahwa Tuhan sudah lebih dulu mengasihi kita, membuka hati kita, memberi visi kekal, dan menghadirkan Roh Kudus untuk menolong, maka kita dapat berkata: “Saya mau taat karena Tuhan begitu baik.”

Ketaatan bukan syarat untuk dikasihi. Kita taat karena sudah dikasihi. Dan dalam setiap langkah ketaatan, kita semakin mengenal dan mengalami hadirat-Nya yang nyata.

Mari kita hidupi ketaatan sebagai anugerah, bukan beban. Dan biarlah dunia melihat terang Tuhan melalui hidup kita yang taat.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

663729
Users Today : 300
Users Yesterday : 1857
This Month : 39311
This Year : 215879
Total Users : 663729
Who's Online : 15