Berita keadilan

 

 

 

Suatu hari terjadi keributan antara sang Kakak yang berumur 11 tahun dengan sang Adik yang berumur 6 tahun.  Sumber dari keributan ternyata hanya sepotong kue.  Ya, mereka berdua sedang berebut sepotong rainbow cake. Sebuah cerita klasik yang terjadi dalam sebuah keluarga.  Sang ibu mendengar keributan itu datang dan mencoba untuk bertindak dengan benar dan adil supaya kedua anaknya tidak bertengkar. 

Langkah klise yang sering terjadi adalah sang Ibu  membagi kue menjadi 2 bagian yang sama besarnya dan kemudian diberikan kepada masing masing anak sehingga mereka tidak lagi bertengkar. Kedua anak itu langsung dengan  cepat menyantap makanan dan redalah keributan sesaat tadi, karena semua sibuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Sang ibu lega dan dia merasa telah dapat menyelesaikan masalah keributan kue tadi dengan adil.

Benarkah itu sebuah keadilan?  Apakah adil itu adalah sama rata? Adil tidak selalu diartikan sebagai sama rata sama rasa.  Tentu dalam hal kue tadi, pembagian menjadi dua bagian yang sama besarnya belum tentu menjadi solusi adil, kalau ternyata sang Kakak masih merasa kekurangan atau lapar, sementara sang Adik tidak bisa menghabiskan kue karena kekenyangan dan meninggalkan sisa makanan.  Bahwa ternyata penyeragaman atau sama rata itu justru bisa membuat kita jatuh dalam ketidakadilan.

Keadilan haruslah dilihat di dalam konteks kapasitas dan talentanya, karena pada hakikatnya setiap orang berbeda. Tuhan Yesus memberikan ilustrasi yang sangat luar biasa dalam hal ini dalam di Matius 25 : 14-30 mengenai talenta.  Dikatakan bahwa majikan memberikan kepercayaan kepada hamba hambanya tidak sama dalam perspektif jumlahnya.  Tetapi majikan memberikan kepercayaan kepada hambanya sama dalam perspektif kemampuan. 

Jadi  prinsip pertama keadilan adalah memberikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing masing. Prinsip adil sangatlah penting di dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat dan bergereja.  Tanpa adanya keadilan akan muncul kesewenang-wenangan di satu pihak, iri hati, cemburu, akar pahit di pihak lain.  Dan kondisi ketidakadilan ini justru yang lebih sering terjadi di dunia, yang menghiasi sejarah peradaban manusia.  Munculnya peperangan, terjadinya kerusuhan, timbulnya pembunuhan dan lain-lain yang ada, akibat tidak adanya rasa adil.

Alkitab mencatat, mulai dari perjanjian lama, pergumulan mengenai ketidakadilan karena kesewenangan selalu muncul.  Dalam 1 Raja Raja 21 diceritakan mengenai kebun anggur Nabot yang diserobot oleh raja Ahab.  Juga teriakan nabi Habakuk dalam Habakuk 1 : 2-4 mengenai ketidakadilan.  Bahkan sampai perjanjian baru masalah ketidakadilan banyak terjadi seperti perlakuan terhadap Yesus untuk dihukum mati tanpa adanya satu kesalahan.   Sampai saat ini, di era modern ini lebih banyak orang menuntut haknya melebihi kewajiban yang harus dilakukan, sementara di lain pihak mengesampingkan hak orang lain serta menuntut kewajiban orang lain lebih besar.  Ini sebuah bentuk ketidakadilan yang ada di sekeliling kita. Dan prinsip kedua keadilan adalah memberikan hak kepada orang lain yang patut mendapatkannya dan melaksanakan kewajiban yang seharusnya kita lakukan.

Saat ini kita sudah berada di penghujung tahun 2013, dan bila kita tengok ke belakang, bagaimanakah hidup kita terkait keadlian yang kita beritakan dalam kehidupan sehari hari?  Adakah kita telah menjadi pembawa berita keadilan?
Ada beberapa refleksi buat kita semua:

 

  1. Apabila saya adalah seorang pemimpin, apakah saya sewenang wenang dalam mempergunakan kekuasaan saya? Kekuasaan adalah milik dan titipan Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan sepeti dalam Yer 23 : 5
  2. Apabila saya bukan sebagai pemimpin dan bukan juga sebagai korban, apakah saya akan berdiam diri apabila  saya melihat ketidakadilan di sekitar saya? Bandingkan dengan 1 Kor 13 : 6
  3. Apabila saya adalah korban ketidakadilan, apakah saya harus membalas? Bandingkan dengan Roma 12 : 19

Dari refleksi itu bagaimana cara kita untuk bisa menjalani hidup sebagai Pembawa Keadilan menyongsong tahun 2014 mendatang? Menurut John C. Maxwell tipsnya adalah:

 

  1. Mulai dari diri sendiri, jangan menuntut orang lain tetapi lakukan apa yang bisa kita lakukan.
  2. Mulallah dari yang sederhana, seperti ada dalam Lukas 6 : 31 untuk berbuat kepada orang lain sama seperti yang diharapkan orang lain terjadi pada kita.
  3. Mulailah dari sekarang dan jangan menunda waktu.

Bila kita coba untuk memahami prinsip prinsip ini, niscaya keadilan adalah bukan sesuatu yang ada di awing-awang.  Namun keadilan bisa diwujudkan melalui kita semua. Selamat bekerja sebagai Pembawa Berita Keadilan di tahun yang baru dan Selamat Tahun Baru 2014. (HSE)

 

 

 

KEBAKTIAN MINGGU PASKA V (Putih)

KETAATAN SEBAGAI ANUGERAH ALLAH

Kisah Para Rasul 16:9–15; Mazmur 67; Wahyu 21:10, 22–22:5; Yohanes 14:23–29

Kebaktian 25 Mei 2025 oleh Pdt. Em. Jonathan Subianto (GKI Samanhudi)

“Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yohanes 14:23)

Ketaatan: Bukan Beban, Tapi Anugerah

Dalam kehidupan rohani, kata “ketaatan” sering terdengar seperti tugas berat yang harus dipikul untuk menyenangkan Tuhan. Kita membayangkan hidup yang penuh aturan dan pengorbanan. Namun, bacaan hari ini mengajarkan bahwa ketaatan bukanlah beban, tetapi respons dari hati yang sudah disentuh kasih karunia.

Kisah Paulus yang menerima visi Makedonia dalam Kisah Para Rasul 16 menegaskan hal ini. Ia tidak merancang sendiri perjalanannya, tetapi merespons pewahyuan Tuhan. Ia taat bukan karena keinginan pribadi, melainkan karena Allah yang terlebih dahulu menyatakan kehendak-Nya.

Lalu kita melihat Lidia, seorang perempuan yang hatinya “dibukakan Tuhan.” Ia percaya dan dibaptis, bukan karena dia mencari Tuhan lebih dahulu, tetapi karena Tuhan bekerja dalam hatinya. Dari kisah Paulus dan Lidia, kita belajar bahwa ketaatan dimulai dari anugerah, bukan inisiatif manusia.

Ketaatan Membawa Kesaksian

Mazmur 67 menyatakan kerinduan agar berkat Tuhan atas umat-Nya menjadi sarana kesaksian bagi bangsa-bangsa. Ketika umat Allah hidup dalam ketaatan, dunia akan melihat terang kasih dan kebenaran Allah. Ketaatan bukan hanya untuk membentuk karakter pribadi, tetapi menjadi sarana kesaksian global.

Ketaatan Berakar pada Visi Kekal

Wahyu 21–22 menunjukkan gambaran Yerusalem Baru—kota penuh terang, di mana Allah tinggal bersama umat-Nya. Inilah arah hidup kita. Bila kita sungguh percaya bahwa tujuan akhir kita adalah hidup kekal bersama Tuhan, maka hidup kita hari ini akan dibentuk oleh harapan itu. Ketaatan menjadi cara kita mempersiapkan diri bagi kemuliaan yang kekal.

Ketaatan Sebagai Ekspresi Kasih

Yesus menyatakan dengan jelas: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yoh. 14:23). Ketaatan bukanlah bentuk keterpaksaan, melainkan buah dari kasih. Dan lebih lagi, Yesus berjanji bahwa Allah akan tinggal bersama orang yang menaati-Nya. Ini adalah relasi, bukan sekadar aturan. Allah ingin berjalan bersama kita, menolong kita lewat Roh Kudus, agar kita dapat hidup dalam firman-Nya.

Aplikasi Praktis dalam Hidup Sehari-hari

  • Mulai Hari dengan Firman dan Doa. Luangkan waktu 10–15 menit setiap pagi untuk membuka Alkitab dan berdoa. Mulailah dengan satu ayat dan renungkan artinya untuk hidupmu hari itu.

  • Latih Ketaatan di Rumah. Bantu tanpa disuruh, ucapkan terima kasih, dan minta maaf saat salah. Rumah adalah tempat pertama untuk menumbuhkan karakter taat.

  • Jadi Terang di Tempat Kerja atau Sekolah. Tunjukkan kejujuran, bantu rekan kerja, dan ambil sikap positif. Orang lain akan melihat perbedaan ketika kita taat pada nilai-nilai Kristus.

  • Dengar dan Tanggapi Suara Roh Kudus. Saat tergerak untuk menolong, mengampuni, atau meminta maaf—responilah segera. Ketaatan sering dimulai dari langkah-langkah kecil.

  • Fokus pada Tujuan Kekal. Buat keputusan berdasarkan kekekalan. Apakah aktivitas ini membawa saya mendekat pada Tuhan? Apakah ini menyenangkan hati-Nya?

Penutup

Ketaatan tidak akan pernah terasa ringan jika kita memulainya dari usaha sendiri. Tetapi saat kita menyadari bahwa Tuhan sudah lebih dulu mengasihi kita, membuka hati kita, memberi visi kekal, dan menghadirkan Roh Kudus untuk menolong, maka kita dapat berkata: “Saya mau taat karena Tuhan begitu baik.”

Ketaatan bukan syarat untuk dikasihi. Kita taat karena sudah dikasihi. Dan dalam setiap langkah ketaatan, kita semakin mengenal dan mengalami hadirat-Nya yang nyata.

Mari kita hidupi ketaatan sebagai anugerah, bukan beban. Dan biarlah dunia melihat terang Tuhan melalui hidup kita yang taat.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

663680
Users Today : 250
Users Yesterday : 1857
This Month : 39261
This Year : 215829
Total Users : 663680
Who's Online : 20