Bersukacita di Tengah Masalah, Mungkinkah?

Pekerjaan yang saya lakoni membuat saya berkesempatan berinteraksi dengan banyak pasien yang menderita penyakit kronis tertentu yang apabila tidak ditangani dengan tepat bisa mengakibatkan disabilitas. Mereka yang penyakitnya masih pada stadium awal biasanya belum merasakan gangguan yang berarti, namun apabila sudah pada stadium lanjut akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari ditambah lagi dengan harga obatnya yang sangat mahal dan harus jangka panjang. Saya perhatikan mereka memperlihatkan respons yang beragam menghadapi masalah sakit penyakit yang diidapnya. Sebagian besar akan merasa stress, tertekan sehingga akhirnya kehilangan rasa sukacita. Namun banyak juga di atara mereka yang bisa hidup sukacita bersama sakit kronis yang dialaminya.

Mungkinkah kita bisa bersukacita di tengah masalah? Tidak ada yang terlalu sulit bagi orang beriman! Bersukacita di tengah masalah memang tidak mudah, tidak semudah mengatakannya, namun sebagai anak Tuhan kita harus memahami bahwa ini adalah hal yang sangat Tuhan inginkan dari kita. Bersukacita adalah suatu sikap dan pilihan, tidak selalu perasaan yang kita rasakan setiap saat. Tentunya untuk bisa bersukacita di tengah permasalahan, apalagi penyakit yang berkepanjangan dan membutuhkan biaya besar, kita harus memiliki hati yang benar dan dasar keimanan yang kuat. Maka mari kita pelajari dasar-dasar firman Tuhan, agar kita dapat terus bersukacita di tengah badai permasalahan sakit-penyakit yang menimpa kita:

Tubuh lahiriah kita boleh saja lemah, tubuh fisik kita sudah tidak mampu lagi menopangnya, namun jangan biarkan tubuh batiniah kita melemah juga. Tetaplah semangat, optimis, memberi dan melayani semampu kita, serta senantiasa mengucap syukur. Firman Tuhan dari Mazmur 42:6 mengatakan: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku!”

Firman Tuhan dalam Mazmur 31:8 mengatakan: “Aku hendak bersorak-sorak dan bersukacita karena kasih setia-Mu, sebab Engkau telah menilik sengsaraku, telah mengetahui kesesakan jiwaku. Dari sini sangat jelas kita memang harus bersukacita atas kasih setia Allah yang besar, karena dalam keadaan apa pun Dia tidak akan pernah meninggalkan kita. Kalau kita memperhatikan kehidupan kita dan keluarga dan melihat kebesaran Tuhan dan pekerjaan tangan-Nya dalam hidup kita, maka kita sungguh tidak punya alasan untuk tidak bersukacita. Karena ternyata Tuhan memang sayang pada kita.

Kita bersukacita karena kita berada dalam rencana Tuhan (Kolose 1: 12-14). Berada dalam rencana Tuhan berarti Dia mengawasi kita, bahwa kita berada di bawah perlindungan-Nya, dan kita memiliki masa depan yang cerah. Jika kita ambil bagian di dalam Kristus, maka kita sudah berada dalam rencana-Nya. Jadi, ketika kita menghadapi masalah sakit-penyakit ataupun masalah kehidupan lainnya seperti pekerjaan, pernikahan, keuangan, dan lain-lain senantiasa bergembiralah terlebih dahulu karena Tuhan sudah memberikan jalan keluar yang indah pada waktu-Nya.

Sesungguhnya sakit penyakit atau masalah apapun yang kita hadapi dalam kehidupan ini tidak akan mengubah status kita sebagai anak Allah, oleh karenanya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukacita. Mulai sekarang dan sterusnya mari kita jadikan sukacita menjadi warna kehidupan kita seharihari. Hidup kita akan menjadi berkat bagi sesama ketika sukacita menjadi identitas kita. Belajarlah dari Paulus yang tetap bersukacita walaupun di tengah permasalahan. Akhirnya “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah” (Filipi 4:4). (KTA)

KEBAKTIAN MINGGU

AKU DILAYAKKAN

Yesaya 1:10-18; Mazmur 32:1-7; 2 Tesalonika 1:1-4, 11-12; Lukas 19:1-10

Kebaktian 2 November 2025 oleh Pdt. Debora Rachelina S. Simanjuntak

Kita sering berpikir bahwa untuk datang kepada Tuhan, kita harus sudah baik dulu. Kita merasa perlu merapikan diri, menyucikan perilaku, memperbaiki catatan hidup kita agar tampak pantas di hadapan-Nya. Seakan-akan Tuhan hanya menerima orang yang sudah layak, sudah bersih, sudah benar.

Namun, firman hari ini membalikkan cara pandang itu. Tuhan bukan menunggu kita menjadi layak. Dialah yang melayakkan kita.

1. Tuhan Melihat Kedalaman Dosa, Namun Tidak Menolak Orang Berdosa

Yesaya 1:10-18 menunjukkan keadaan umat yang rajin beribadah tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Ibadah mereka dipenuhi kebenaran diri dan kemunafikan. Tuhan tidak menutup mata terhadap dosa; Ia justru menegur dengan tegas.

Namun teguran itu bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk mengundang pertobatan:

“Marilah, baiklah kita berperkara!” firman Tuhan.
“Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju.” (Yes. 1:18)

Tuhan tidak meminta kita datang dalam keadaan putih. Ia berkata, “Datanglah apa adanya, Aku yang memutihkanmu.”

2. Bahagia Bukan Karena Kita Sempurna, Tetapi Karena Kita Diampuni

Pemazmur memahami bahwa kebahagiaan yang sejati bukan berasal dari prestasi rohani atau moral, tetapi dari pengampunan:

“Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya.” (Mzm. 32:1)

Pemazmur pernah memendam dosanya, berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Hasilnya? Tulang-tulangnya seakan remuk. Hidup terasa berat. Namun saat ia mengakui dosanya, ia menemukan kelegaan. Allah menjadi tempat persembunyian yang tidak pernah menekan, tetapi menyembuhkan.

3. Allah yang Melayakkan, Supaya Nama Yesus Dimuliakan dalam Hidup Kita

Dalam 2 Tesalonika 1:11-12, Paulus mendoakan jemaat agar Allah sendiri yang melayakkan mereka untuk panggilan-Nya. Bukan mereka yang membuat diri layak, tetapi Allah yang bekerja melalui kasih karunia-Nya.

Tujuannya jelas:

Agar Tuhan dipermuliakan melalui hidup kita.

Kita diubah bukan untuk membanggakan diri, tetapi supaya Kristus tampak dalam kita.

4. Yesus Datang Untuk Mencari yang Hilang, Termasuk Kita

Lukas 19:1-10 memperlihatkan kisah Zakheus yang penuh cela, seorang pemeras, seorang yang merugikan sesamanya. Ia tidak layak—dalam ukuran manusia.

Tetapi Yesus datang kepadanya:

“Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Luk. 19:5)

Yesus tidak berkata, “Perbaiki dulu hidupmu, baru Aku datang.”
Ia datang lebih dulu, dan kehadiran Yesuslah yang mengubah Zakheus.

Pertobatan bukan syarat untuk dikasihi.
Pertobatan adalah buah dari mengalami kasih itu.

Zakheus berubah setelah ia disentuh oleh kehadiran Yesus.

Penutup

Kita tidak dilayakkan karena ibadah kita, prestasi rohani kita, atau kebaikan yang kita kumpulkan. Kita dilayakkan oleh kasih karunia.

Tuhan berkata,

“Datanglah apa adanya.”
“Aku tahu dosamu, aku tahu lukamu.”
“Aku datang bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyembuhkan.”
“Aku tidak menunggu kamu benar. Aku yang membenarkan.”

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

949158
Users Today : 2476
Users Yesterday : 3096
This Month : 38255
This Year : 501308
Total Users : 949158
Who's Online : 7