Bertumbuh menjadi dewasa rohani
Bertumbuh menjadi dewasa rohani
Efesus4: 13
“sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentangAnak Allah, kedewasan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,”
Umumnya seseorang akan dianggap sudah dewasa, ketika menginjak usia 17-21 tahun. Nah, bagaimana dengan orang yang sudah menjadi Kristen selama 17-21 tahun? Dapatkah ia langsung dianggap sudah dewasa rohani? Jawabannya: belum tentu. Mengukur kedewasaan fisik lebih mudah ketimbang mengukur kedewasaan rohani seseorang. Dari usia, bentuk tubuh, dan caranya berbicara saja mungkin kita bisa menilai kedewasaan seseorang. Tetapi cara-cara seperti itu tidak berlaku untuk menilai kedewasaan rohani.
Kedewasaan rohani tidak diukur dari berapa lamanya seseorang menjadi Kristen, tidak juga diukur dari kefasihannya dalam berdoa panjang-panjang atau tinggi jabatannya di gereja dan kesibukannya dalam mengikuti kegiatan pelayanan, tetapi diukur dari kedekatan orang tersebut dengan Tuhan dan bagaimana ia menghasilkan buah-buah dari kehidupannya “jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” (Matius 7:20).
Semua orang Kristen, dari anggota sampai pemimpin gereja pasti mencita-citakan gereja yang dewasa. Seperti apakah gereja yang dewasa itu? Ada yang mendefinisikan secara kuantitatif, misalnya perkembangan jumlah anggota, penambahan asset, peningkatan ragam pelayanan dan lain sebagainya. Ada yang mendefinisikan secara kualitatif misalnya jemaat yang misioner.
Paulus mengungkapkan dalam Efesus 4:13-16 beberapa aspek pertumbuhan rohani yang menjadi kunci kedewasaan rohani:
1. Mengenal Allah lebih mendalam
Hubungan masing-masing jemaat denganTuhan bertumbuh terus makin intim (misalnya kehidupan doa, pemahaman Alkitab, pewartaan firman semakin solid). Selalu senantiasa mengandalkan Tuhan dan berserah penuh kepadaNya sehingga di segala keadaan masih tetap bisa mengucap syukur.
2. Mampu membedakan kebenaran dan kesalahan dalam ajaran
Tidak lagi hidup menurut keinginan daging namun hidup dalam pimpinan Roh Kudus karena sudah mampu menimbang dan membedakan mana yang berkenan kepada Tuhan dan mana yang tidak. Dalam Ibrani 5:14 dikatakan, “…makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai panca indera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat.” Jemaat dewasa akan semakin kudus, dan menjahui kompromi dengan kejahatan.
3. Menghasilkan buah.
Hidupnya menjadi berkat bagi orang lain dan memiliki komitmen dalam pelayanan; dan semua itu ia lakukan bukan karena rutinitas belaka, tapi didasari oleh kasihnya kepada Kristus. Pelayanan diakonia tidak saja terpusat kedalam, tetapi juga keluar gereja.
4. Mewartakan Injil.
Gereja dewasa adalah gereja yang missioner, yaitu yang aktif mewartakan Injil Kerajaan Allah kepada dunia sekitar
Sudahkah keempat hal di atas menjadi fokus hidup kita hari ini? Marilah kita periksa keadaan diri kita, apakah di dalam diri kita masih ada ciri-ciri orang yang belum dewasa rohani. Mari bertumbuh menjadi semakin serupa dengan Kristus setiap harinya, sehingga kita menjadi dewasa bukan hanya secara tubuh jasmani namun juga secara rohani. Jika ingin gereja kita dewasa, kita harus menumbuhkan keempat unsur ini. (HAR)