Bulan Separoh
BULAN SEPAROH
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku” (Yes.55:8)
Suatu malam Babby Bop melihat memandang ke angkasa dan ia melihat bulan separoh, kemudian ia berpikir “Kasihan bulan tinggal separoh, jangan-jangan yang separohnya lagi jatuh ke bumi, aku akan mencarinya dan menempelkannya kembali supaya bulan utuh kembali.” Lalu ia mencari ke sekitar tempat ia berdiri dan ketika ia memandang kedalam tempat penampungan air, ia melihat ada cahaya dari bulan separoh di sana, “Akh, rupanya separoh dari bulan jatuh ke tempat ini, aku akan mengambilnya.” Kemudian ia mengambil jaring penangkap kupu-kupu dan memasukkan ke dalam tempat penampungan air tersebut untuk mengambil separoh dari bulan tersebut.
Itulah sebuah penggalan kisah yang diambil dari sebuah DVD Anak-anak serial Barney yang menceritakan tentang kepedulian terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan kehidupan kita. Pemahaman sederhana dari anak-anak adalah bulan berbentuk bulat, ketika bulatan semakin berkurang, dikira ada bagian dari bulan yang jatuh ke bumi, dan saat bulan tidak kelihatan, ada yang berpikir mungkin Tuhan lupa menempelkan bulan yang baru di langit. Itulah yang terjadi dengan cara berpikir anak-anak, pengetahuan mereka menyebabkan cara berpikir mereka juga sederhana.
Pola pikir “Bulan Separoh” adalah pola pikir sempalan, tidak menyeluruh, ambil gampangnya saja, dan tidak menghayati apa makna dari sebuah kejadian. Orang Yahudi juga mengalami pemikiran “bulan separoh”, mereka sudah lama berada dalam penjajahan bangsa Romawi sehingga mendambakan seorang Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan. Ketika Yesus hadir di tengah-tengan mereka dengan segala perbuatan mujizat yang dilakukan seperti menyembuhkan berbagai penyakit, memberi makan lima ribu orang dengan hanya memakai dua ikan dan lima roti, dan menghidupkan orang mati, orang-orang Yahudi mengira bahwa Dia-lah sang Mesias yang dengan mudah akan membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi dan manjadi raja atas mereka.
Orang-orang Yahudi berpikir bahwa Allah akan seperti dulu mengirimkan Musa sebagai utusan-Nya, yang membuat tulah-tulah di Mesir sehingga memaksa Firaun untuk membebaskan umat Israel meninggalkan tanah perbudakan menuju tanah perjanjian. Pemikiran seperti itulah yang mendorong mereka menyambut Yesus dengan sorak-sorai, menggelar ranting muda dan jubah mereka guna lalunya keledai muda yang membawa Yesus memasuki Yerusalem dengan berteriak-teriak “Hosana, Hosana.”; sepertinya mereka hendak menobatkan Yesus menjadi raja atas bangsa Israel. Padahal tujuan Allah mengutus Anak Tunggal-Nya ke dalam dunia adalah jauh lebih luas daripada sekedar pembebasan atas penjajahan bangsa asing namun mereka tetap berkubang dalam dosa. Misi Yesus adalah menjadi juru damai antara manusia dengan Tuhan; misi Yesus adalah untuk merobek tirai dosa yang menghalangi hubungan Allah dengan manusia; dalam kitab Yesaya sudah dinubuatkan perihal kedatangan Yesus dengan misi-Nya sampai dengan kematian-Nya.
Beberapa saat setelah Petrus menyatakan pengakuan imannya kepada Yesus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat.16:16), Yesus menyatakan bahwa ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik menarik Yesus ke ssamping dan menegur Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Yesus tahu betul bahwa pernyataan Petrus tersebut didorong oleh rasa kasih terhadap Yesus dan berusaha menghibur-Nya dengan kata-kata yang seolah-olah lebih tahu daripada Yesus, namun Yesus juga tahu bahwa iblis selalu mengganggu dalam rencana Allah seperti yang dialami-Nya ketika berada di padang gurun. Kali ini iblis rupanya bekerja dan mempengaruhi pikiran Petrus agar Yesus menjadi tidak taat dan rencana Allah digagalkan. Namun Yesus tetap teguh dan setia menjalani rencana Allah, karena untuk itulah Ia dilahirkan ke dalam dunia melalui rahim perawan Maria; Yesus mengasihi Petrus, namun Ia tidak membiarkan iblis mempengaruhi-Nya, sehingga ia harus mengenyahkan iblis dari dalam hari dan pikiran Petrus agar tidak menjadi batu sandungan bagi rencana Allah.
Enam hari setelah Yesus bercakap-cakap dengan para murid di Kaisarea Filipi, Yesus mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes ke atas sebuah gunung (Mat.17:1-8), di sana Ia bertemu dengan Musa dan Elia, saat ketiga orang suci tersebut bercakap-cakap maka tampaklah wajah-Nya bercahaya dengan kemuliaan. Pada saat itu Petrus berusaha mempertahankan moment yang langka tersebut dengan menawarkan jasa baik untuk membangun tiga buah kemah bagi Yesus, Musa dan Elia; Petrus berpikir bahwa dengan demikian ia mempertahankan kebersamaan di antara orang-orang suci itu selama mungkin, padahal dengan demikian ia justru akan mengisolasi Yesus menjauhkan-Nya dari orang banyak yang menjadi tujuan daripada misi-Nya di dunia ini.
Kita sama dengan Babby Bop dalam memahami “Bulan Separoh” karena sesungguhnya tidak pernah tahu akan rencana Tuhan. Pada saat mengalami kesuksesan, kita merasa diberkati oleh Tuhan, sebaliknya ketika mengalami kesusahan, kita merasa Tuhan tidak memberkati kita. Kita perlu belajar dari Yusuf yang ditangkap oleh saudara-saudara-Nya, dimasukkan ke dalam sumur, lalu dijual kepada seorang pedagang budak. Ini adalah sebuah pengalaman yang menyedihkan yang harus dialami oleh Yusuf. Namun apakah ia melupakan Allah? Tidak, sebab ketika ia menjadi pembantu di rumah Potifar dan ia digoda oleh isteri Potifar untuk melakukan perbuatan yang tidak senonoh. Ia menolaknya dengan resiko ia difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara. Selama di dalam penjara, ia tetap berkelakuan baik sehingga disukai oleh kepala penjara dan Allah berkenan memberikan kepada Yusuf kemampuan untuk menafsirkan mimpi Firaun dengan benar sehingga pada akhirnya ia dipercaya oleh Firaun dan menjadi orang kedua dalam kerajaan-Nya. Kita tidak pernah tahu akan rencana Allah, namun yang penting adalah setialah kepada-Nya dan laksanakan firman-Nya dengan benar, maka Tuhan akan memberkati hidup kita.
Semoga kita semua bersedia belajar untuk melengkapi pemikiran kita dengan iman yang penuh kepada Tuhan Yesus; kita tidak perlu berusaha mencari tahu apa rencana Tuhan karena kita akan kembali seperti Babby Bop yang terus berjuang menjaring “bulan separoh” yang ada di ember sampai kelelahan dan tidak mendapatkannya. Belajarlah untuk berserah kepada Tuhan untuk segala sesuatu yang kita di sepanjang hidup kita dan selalu mengikuti segala perintah-perintah-Nya.
Soli Deo Gloria! (iks,01082016)