Gereja harus bertumbuh
GEREJA HARUS BERTUMBUH
“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat.16:13)
Dalam kamus Bahasa Indonesia, agen adalah orang atau lembaga yang bekerja untuk kepentingan perusahaan atau perseorangan yang diwakilinya. Agen pembaharuan akan bekerja untuk mendorong terciptanya sebuah perubahan ke arah yang lebih baik secara terencana.
Kita mengenal banyak orang yang berkesempatan menjadi agen pembaharuan dalam hidupnya, sebut saja Martin Luther, salah seorang tokoh reformasi gereja pada abad pertengahan. Ia melihat bahwa gereja pada masa itu sedang berjalan ke arah yang salah dengan menerbitkan dan menjual surat-surat penghapusan dosa (indulgensi) dengan imbalan sejumlah uang. Seolah-olah Tuhan bisa disuap dengan uang untuk menyelamatkan dan menghapuskan dosa seseorang, padahal sesungguhnya uang atau materi apapun yang ada di dunia ini adalah berasal dari Allah karena Dia-lah sang Pencipta, jadi tidak mungkin barang-barang yang fana dapat menarik hati Tuhan dan menjadi alat-tukar untuk menyelamatkan dan menghapuskan dosa manusia.
Menurut Martin Luther, keselamatan mutlak hanya berasal dari Allah yang diberikan melalui Kristus dan hanya karena anugerah-Nya (sola gratia) kepada manusia berdasarkan iman (sola fide) dan sesuai kesaksian Alkitab (Sola Scriptura), sebagaimana yang ditulis dalam surat rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9.).
Namun keselamatan bukanlah barang murahan, keselamatan manusia adalah sebuah anugerah mahal yang dianugerahkan kepada manusia melalui penderitaan dan pengorbanan darah Yesus Kristus yang tercurah sepanjang perjalanan dari Sanhedrin (gedung pengadilan bangsa Israel) sampai pada penyaliban dan kematian-Nya di bukit Golgota; Dietrich Bohnhoeffer, seorang teolog dari Jerman, mengatakan bahwa anugerah yang murah adalah seperti barang murahan yang diperoleh tanpa kerja keras dan semangat tinggi, sementara anugerah mahal adalah anugerah yang harus diperjuangkan dengan keteguhan iman yang berakar pada Yesus Kristus dan pengorbanan perasaan, tenaga, keringat dan darah bahkan nyawa. Anugerah murah seperti seorang yang menerima talenta dan menyembunyikannya di dalam tanah, tidak akan menghasilkan hal-hal yang berguna bagi si pemilik, anugerah mahal seperti orang yang menerima talenta dari sang pemilik dan memanfaatkan talenta tersebut sehingga menghasilkan keuntungan bagi sang pemilik.
Anugerah Allah juga diberikan kepada umat Israel yang sedang mengalami masa perbudakan di tanah Mesir, Allah juga mendengar keluh-kesah melalui doa-doa yang dipanjatkan mereka. Karena itu Allah mengutus Musa untuk membebaskan orang-orang Israel dan memimpin mereka menuju ke tanah perjanjian Allah. Tidak mudah membebaskan mereka yang sudah menjadi budak dan dianggap sebagai asset bagi Firaun untuk membangun istana-istananya dengan biaya yang murah; setelah beberapa tulah dialami oleh Firaun dan rakyatnya, barulah orang-orang Israel diperkenan meninggalkan Mesir. Namun proses untuk memperbarui mental, moral dan iman para mantan budak itu adalah jauh lebih sulit daripada membebaskan mereka dari genggaman Firaun sehingga Allah tidak memimpin mereka melalui jalan terpendek, melainkan mereka harus berjalan selama empat puluh tahun lamanya agar terjadi perubahan karakter mereka dari mental budak yang selalu berkeluh-kesah, manja, malas, tidak mandiri, tidak berterima kasih dan cenderung memberontak terhadap Allah maupun Musa sebagai pemimpin mereka, sehingga ketika tiba di tanah perjanjian, mereka mampu menjadi bangsa yang kuat, mandiri, berdaulat, dan siap menjalankan pemerintahan dengan benar serta selalu setia kepada Allah. Inilah anugerah Allah yang indah bagi umat Israel!
Yohanes Calvin menuliskan, “Ecleccia Reformata, Semper Reformanda”, artinya lebih-kurang adalah sebuah gereja yang menyatakan dirinya sebagai gereja reformasi adalah gereja yang bersedia terus-menerus memperbaharui (mereformasi) dirinya. Jadi gereja yang hidup harus bertumbuh, gereja yang bertumbuh adalah gereja yang bersedia memperbaharui atau diperbaharui ke arah yang lebih baik karena gereja yang tidak memperbaharui atau diperbaharui berarti akan mengalami stagnasi, mandek, mati, akhirnya ditinggalkan oleh para warganya dan hanya akan menjadi sebuah monumen bisu yang tidak bermakna dan tidak memberikan manfaat bagi Tuhan maupun umat manusia, untuk itu gereja memerlukan agen-agen pembaharuan yang akan menjadi lokomotif bagi jemaat sekaligus meniupkan angin pembaharuan yang menyegarkan bagi pertumbuhan gereja agar kinerja pelayanan gereja menjadi semakin baik dalam menyampaikan kasih Kristus kepada dunia.
GKI Kota Wisata yang kehadirannya diawali dengan sebuah Persekutuan Wilayah pada tahun 2004 yang hanya dihadiri oleh sekitar 20 orang warga jemaat, kini telah berkembang menjadi sebuah gereja dengan lebih dari 800 orang anggotanya dengan seorang pendeta, tigapuluh-dua orang penatua, ditambah dengan beberapa orang pembina dan banyak aktivis yang terlibat dalam berbagai kegiatan pelayanan gereja. Semuanya ini terjadi hanya karena kuasa Tuhan yang telah berkenan memberikan pertumbuhan bagi sebuah benih kecil yang ditanam di lahan perumahan Kota Wisata dan peran serta para aktivis pada waktu itu untuk bersama-sama merawat benih kecil tersebut.
Namun banyaknya jumlah anggota jemaat bukanlah satu-satunya indikator bagi pertumbuhan sebuah gereja, demikian pula jumlah Majelis Jemaat dan para aktifis yang mungkin terdiri dari orang-orang yang memiliki titel akademis hebat atau posisi puncak di institusi-institusi yang dipegang mereka; gereja yang bertumbuh adalah gereja yang selalu berpegang pada firman Tuhan, bersedia terus menerus belajar dan memperteguh iman serta yang terpenting adalah menghadirkan syalom (damai sejahtera) dalam kehidupan jemaatnya. Syalom akan tercipta dalam sebuah gereja ketika para anggota gereja bersedia bersikap ramah seorang terhadap yang lainnya dan mempedulikan orang-orang yang berkekurangan baik warga gereja maupun warga sekeliling; Tuhan Yesus juga mengingatkan dalam injil Matius 5:13-16 bahwa kita adalah “garam dan terang dunia” agar keberadaan gereja dapat dirasakan manfaatnya baik oleh warga gereja maupun oleh lingkungan sekelilingnya dan menjadi lilin-lilin kecil yang bercahaya untuk menerangi gelapnya kehidupan di dunia ini melalui kegiatan pelayanan yang dilaksanakannya.
Gereja yang bertumbuh seyogyanya juga adalah gereja yang bersedia melaksanakan Hukum Kasih (Mat.22:37-41) yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, yaitu “Mengasihi Tuhan, Allah kita dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi, dan mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri”, keduanya harus menjadi pegangan bagi gereja dalam melaksanakan misi Kristus di dunia ini. Semoga besarnya jumlah anggota jemaat tidak membuat gereja menjadi lupa untuk selalu memperbaharui diri ke arah yang lebih baik dan lebih baik lagi dengan pelaksanaan program kerja yang mengutamakan kasih ke dalam dan kasih ke luar gereja karena Tuhan Yesus, Sang Junjungan kita telah memberikan teladan-Nya sejak kelahiran-Nya hingga kematian, kebangkitan dan menjelang kenaikan-Nya ke sorga, dengan selalu mengasihi umat manusia dan tidak membeda-bedakan orang, baik Yahudi maupun non Yahudi, baik kaya maupun miskin, baik yang berpendidikan tinggi maupun yang perpendidikan rendah; baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak, semuanya sama berharga di mata Tuhan.
Selamat menjadi Gereja yang terus bertumbuh! Soli Deo Gloria! (iks, 190515)