Hidup dalam Hikmat Allah
1 Raja-raja 2:10-12; 1 Raja-raja 3; Mazmur 111; Efesus 5:15-20; Yohanes 6:51-58.
Pada waktu saya masih kanak-kanak, ayah saya mengajak saya untuk menghadiri persekutuan Oikumene di area tempat tinggal kami di Bandung. Anak- anak akan dipisahkan dari orang tuanya dan dibuatkan kelas seperti kelas sekolah minggu. Walaupun sebenarnya persekutuan itu selalu diadakan di hari Jumat. Saya ingat saat itu di kelas tersebut guru kami bercerita mengenai Salomo dan betapa berhikmatnya dia. Kesan mengenai Salomo pun membekas di hati saya. Saat itu anak-anak pun ditanya, bila kita diberikan kesempatan untuk meminta seperti Salomo, maka kita akan meminta apa? Tentu saja kebanyakan anak-anak akan berkata, bahwa mereka pun akan meminta hikmat kepada Tuhan seperti Salomo.
Cerita Salomo ini memang luar biasa, di mana ia mendapatkan tawaran dari TUHAN, untuk dapat meminta apa saja kepada TUHAN dan Ia akan memberikannya kepada Salomo (1Raj. 3:5). Namun Salomo tidak meminta harta kekayaan ataupun umur yang panjang atau nyawa musuhnya, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum (1Raj 3:11-12). Dan TUHAN pun memandang apa yang diminta Salomo itu baik dan bahkan menambahkan hal-hal yang tidak Salomo minta akan kekayaan, kemuliaan, serta Panjang umur sehingga tidak ada orang lain lagi yang seperti Salomo (1Raj 3:13). Dan seperti yang diceritakan di dalam alkitab, demikianlah Salomo hidupnya sangat diberkati dan ia pun memerintah Israel dengan hikmat yangluar biasa hingga bangsa-bangsa lain pun ingin melihat raja Salomo memerintah dengan hikmatnya itu.
Permintaan Salomo ini pastinya dilakukan oleh Salomo karena ia pun memiliki rasa takut akan TUHAN, bukan karena ego dan keinginannya sendiri. Salomo meminta dengan rasa takut akan TUHAN dan bukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Salomo sadar bahwa TUHAN-lah yang menunjukkan kasih setia-Nya kepada Daud dan Salomo, bahwa TUHAN-lah yang mengangkatnya menjadi raja atas Israel, dan Salomo butuh pertolongan TUHAN untuk memimpin bangsa Israel itu.
Mungkin Salomo telah mengingat Mazmur 111:10, “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik, puji- pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.” Di dalam terjemahan New International Reader’s Version ayat ini dituliskan sebagai berikut: “If you really want to become wise, you must begin by having respect for the Lord. All those who follow his rules have good understanding. People should praise him forever.”
Maka dari itu pula Paulus, di dalam suratnya kepada jemaat Efesus 5:1-10, menasihatkan untuk berhati-hati di dalam menjalani kehidupan jemaat agar hidup dengan bijaksana. Untuk mengisi kehidupan dengan hal-hal yang baik, untuk mengerti kehendak Allah dan selalu bersyukur untuk segala berkat-Nya. Dengan mengerti kehendak Allah, kita tahu apa yang baik, kita memiliki hikmat untuk terhindarkan dari hal-hal yang jahat. Itulah kehidupan orang-orang yang bijaksana.
Untuk itu, saudara-saudara terkasih di dalam Kristus, para pembaca sekalian, marilah kita hidup di dalam hikmat Allah. Dengan mencari wajah-Nya, kehendak-Nya, kita akan dapat mengerti apa yang diinginkan-Nya di dalam hidup kita untuk kita lakukan. Dengan hidup di dalam hikmat Allah, maka hidup kita akan terpelihara. Dengan hidup di dalam hikmat Allah, kita dapat lebih mensyukuri apa yang kita dapatkan di dalam kehidupan kita atas berkat karunia-Nya. Dengan hidup di dalam hikmat Allah, Dia akan menunjukkan kepada kita apa yang perlu kita lakukan untuk menjalani kehidupan kita bagi orang-orang di sekitar kita.
Semoga menjadi berkat bagi kita semua. Tuhan Yesus memberkati. (YSE)