Hikmat dalam pengambilan keputusan

HIKMAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

 

Pengkotbah 9:10 ” Segala sesuatu yang di jumpai tangamu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu dengan sekuat tenaga

Setiap hari kita selalu diperhadapkan pada pilihan untuk menentukan sikap, untuk mengambil suatu keputusan. Tetapi rasa-rasanya sejak kecil kita tidak pernah diajar secara khusus, secara sistematis untuk mengambil keputusan. Kita belajar secara alamiah saja sehingga banyak kesalahan yang kita lakukan dalam mengambil keputusan. Bagaimana sebenarnya kita harus bersikap dalam mengambil keputusan, khususnya sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus?

Untuk menjadi seorang pilot, kita harus belajar secara formal. Kita juga harus bersekolah untuk menjadi seorang arsitek, tetapi tidak ada sekolah khusu yang mengajarkan pada kita bagaimana caranya mengambil keputusan, memang ada modul Problem   Solving & Decision Making di sekolah Manajemen, tetapi itu saja tidak cukup.  Jadi seringkali yang terjadi kita jatuh bangun agar dapat membuat keputusan yang baik. Ada sebagian kita yang seringkali membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan, maka saya kira    tepatlah saat ini jika kita gunakan waktu untuk membahas prinsip-prinsip yang bisa digunakan dan ditimba dari Firman Tuhan untuk menolong bagaimana kita mengambil keputusan.

Marilah kita mendasarinya dengan mengambil cerita dari kisah Raja Rehabeam (1Raja-raja 12:3-11). Kisah ini memberikan kita suatu gambaran tentang seseorang yang gagal dalam mengambil keputusan secara bijaksana. Sebagai akibatnya bukan kemakmuran atau kesejahteraan yang ia hasilkan, namun justru kekacauan dan perpecahan yang terjadi di negaranya. Ada beberapa prinsip yang bisa kita petik dari kisah ini tentang pengambilan keputusan.

PRINSIP PERTAMA, keputusan yang benar tidak mesti dikaitkan dengan bagaimana orang lain melihat diri kita. Di sini kita lihat keinginan Rehabeam untuk dipandang berkuasa telah membuatnya mengambil keputusan yang salah. Dengan kata lain adakalanya keputusan kita itu menjadi sangat salah karena yang memotivasi kita mengambil keputusan adalah karena kita lebih mempedulikan bagaimana orang lain melihat kita. Kita ingin agar orang melihat kita sesuai dengan citra yang kita coba proyeksikan kepada orang lain.

PRINSIP KEDUA, keputusan yang benar didasari atas masukan dari sumber yang  memahami duduk masalahnya. Rehabeam  pertama-tama bertanya kepada para konselornya yaitu penasihatnya yang tua-tua, orang-orang yang mengerti kebijakan yang ditetapkan raja Salomo, ayah Rehabeam. Kesalahan Rehabeam adalah setelah mendengarkan nasihat dari para penasihat yang tua-tua itu dia lari kepada teman-teman sebayanya, yang tidak begitu mengerti duduk masalahnya. Akhirnya Rehabeam mengambil keputusan yang salah karena mendapatkan masukan dari orang-orang yang tidak kompeten. Namun, dalam mengambil keputusan sebenarnya yang betul adalah bukan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, tapi setepat- tepatnya.

PRINSIP KETIGA, keputusan yang benar berpijak pada konsep kebajikan yang universal. Misalnya apakah keputusan itu adil, apakah itu kasih, apakah itu baik. Nah di sini kita melihat Rehabeam menindas rakyat dengan menambahkan beban, tuntutan, tanggung jawab kepada rakyatnya. Hal itu tidak dapat dibenarkan oleh alasan apapun, penindasan tidak dibenarkan oleh alasan apapun. Jadi dalam pengambilan keputusan kita harus melihat juga aspek etis dan aspek moralnya. Apakah keputusan kita itu baik, apakah juga adil. Kadang-kadang hal itu baik untuk kita, tapi belum tentu baik untuk orang lain, otomatis kita coba untuk mengambil keputusan yang baik untuk semuanya. Apakah keputusan itu adil untuk kita dan untuk orang lain serta apakah ada unsur kasihnya, karena kasih adalah isi hati Tuhan yang paling dalam yang juga harus kita miliki. Jadi itu adalah aspek moral dalam keputusan yang kita mesti pertimbangkan.

PRINSIP KEEMPAT, apapun keputusan yang kita ambil membawa dampak kepada lingkungan atau bahkan kepada diri kita sendiri. Jika Rehabeam mengabulkan permintaan rakyatnya, dia akan dicintai dan ditaati, sebaliknya penolakannya memang membuat rakyat takut kepadanya namun lebih dari itu penolakannya membuat rakyat membencinya dan tidak menaatinya. Jadi dalam pengambilan keputusan, prinsip keempat harus juga kita ingat yaitu keputusan yang benar mesti mempertimbangkan dampak dari keputusan itu. Orang bijaksana akan selalu mengingat apa akibat keputusan ini bagi saya, bagi relasi saya dengan orang lain dan bagi orang- orang lain juga .

HAL TERAKHIR yang harus kita sadari adalah meskipun Tuhan bisa menggunakan segalanya, bahkan keputusan yang keliru tetap bisa dipakai untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28), tetapi tidak dapat disangkal bahwa kekeliruan dalam pengambilan keputusan kadangkala membawa dampak yang sangat besar. 

Rehabeam berpikir mungkin pada saat itu masalahnya hanyalah rakyat ingin mendapatkan keringanan kerja. Dia mungkin sekali tidak sadar bahwa gara-gara keputusannya itu kerajaan Israel terpecah dua. Bukankah ini suatu dampak yang sangat besar dan sangat parah? Nah adakalanya kita mesti mengingatkan diri kita agar berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Gunakan semua prinsip yang benar agar sampai pada keputusan yang benar itu. Sebab kadangkala keputusan yang salah dampaknya bisa berkepanjangan.

Lalu bagaimana agar kita dapat belajar menjadi lebih baik dalam mengambil keputusan. Pola berikut dapat memampukan untuk menhasilkan keputusan yang lebih baik :

* Doa, ibadah, dan Roh Kudus. Gaya hidup yang dibentuk oleh doa dan ibadah serta dibim-bing oleh Roh Kudus merupakan kebutuhan yang sangat penting.

* Gereja dan orang-orang lain. Persekutuan dengan orang percaya lainnya akan menguatkan, bahkan orang tidak percayapun mungkin mempunyai pengetahuan yang belum kita  punyai.

* Alkitab. Pengaruh Alkitab yang terpenting adalah membentuk iman dan karakter/tabiat  sehingga kita dibekali untuk mengambil keputusan sesuai dengan kehendak Tuhan.

* Bahan bacaan yang bermutu yaitu sumber pengetahuan di luar Alkitab. Alkitab mempunyai kewibawaan yang utama tapi tidak tunggal. Jadi Alkitab tetap menjadi tolok ukur bagi kebenaran yang berada di luar diri-Nya. 

 

-meA

Disarikan dari :  

Telaga-Kaset eKonsel Edisi 035 –  Pdt. Dr. Paul Gunadi

Pengambilan Keputusan Etis Dan Faktor-Faktor di Dalamnya-Rev. Dr. Malcolm Brownlee

 

 

 

 

KEBAKTIAN MINGGU PASKA V (Putih)

KETAATAN SEBAGAI ANUGERAH ALLAH

Kisah Para Rasul 16:9–15; Mazmur 67; Wahyu 21:10, 22–22:5; Yohanes 14:23–29

Kebaktian 25 Mei 2025 oleh Pdt. Em. Jonathan Subianto (GKI Samanhudi)

“Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yohanes 14:23)

Ketaatan: Bukan Beban, Tapi Anugerah

Dalam kehidupan rohani, kata “ketaatan” sering terdengar seperti tugas berat yang harus dipikul untuk menyenangkan Tuhan. Kita membayangkan hidup yang penuh aturan dan pengorbanan. Namun, bacaan hari ini mengajarkan bahwa ketaatan bukanlah beban, tetapi respons dari hati yang sudah disentuh kasih karunia.

Kisah Paulus yang menerima visi Makedonia dalam Kisah Para Rasul 16 menegaskan hal ini. Ia tidak merancang sendiri perjalanannya, tetapi merespons pewahyuan Tuhan. Ia taat bukan karena keinginan pribadi, melainkan karena Allah yang terlebih dahulu menyatakan kehendak-Nya.

Lalu kita melihat Lidia, seorang perempuan yang hatinya “dibukakan Tuhan.” Ia percaya dan dibaptis, bukan karena dia mencari Tuhan lebih dahulu, tetapi karena Tuhan bekerja dalam hatinya. Dari kisah Paulus dan Lidia, kita belajar bahwa ketaatan dimulai dari anugerah, bukan inisiatif manusia.

Ketaatan Membawa Kesaksian

Mazmur 67 menyatakan kerinduan agar berkat Tuhan atas umat-Nya menjadi sarana kesaksian bagi bangsa-bangsa. Ketika umat Allah hidup dalam ketaatan, dunia akan melihat terang kasih dan kebenaran Allah. Ketaatan bukan hanya untuk membentuk karakter pribadi, tetapi menjadi sarana kesaksian global.

Ketaatan Berakar pada Visi Kekal

Wahyu 21–22 menunjukkan gambaran Yerusalem Baru—kota penuh terang, di mana Allah tinggal bersama umat-Nya. Inilah arah hidup kita. Bila kita sungguh percaya bahwa tujuan akhir kita adalah hidup kekal bersama Tuhan, maka hidup kita hari ini akan dibentuk oleh harapan itu. Ketaatan menjadi cara kita mempersiapkan diri bagi kemuliaan yang kekal.

Ketaatan Sebagai Ekspresi Kasih

Yesus menyatakan dengan jelas: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yoh. 14:23). Ketaatan bukanlah bentuk keterpaksaan, melainkan buah dari kasih. Dan lebih lagi, Yesus berjanji bahwa Allah akan tinggal bersama orang yang menaati-Nya. Ini adalah relasi, bukan sekadar aturan. Allah ingin berjalan bersama kita, menolong kita lewat Roh Kudus, agar kita dapat hidup dalam firman-Nya.

Aplikasi Praktis dalam Hidup Sehari-hari

  • Mulai Hari dengan Firman dan Doa. Luangkan waktu 10–15 menit setiap pagi untuk membuka Alkitab dan berdoa. Mulailah dengan satu ayat dan renungkan artinya untuk hidupmu hari itu.

  • Latih Ketaatan di Rumah. Bantu tanpa disuruh, ucapkan terima kasih, dan minta maaf saat salah. Rumah adalah tempat pertama untuk menumbuhkan karakter taat.

  • Jadi Terang di Tempat Kerja atau Sekolah. Tunjukkan kejujuran, bantu rekan kerja, dan ambil sikap positif. Orang lain akan melihat perbedaan ketika kita taat pada nilai-nilai Kristus.

  • Dengar dan Tanggapi Suara Roh Kudus. Saat tergerak untuk menolong, mengampuni, atau meminta maaf—responilah segera. Ketaatan sering dimulai dari langkah-langkah kecil.

  • Fokus pada Tujuan Kekal. Buat keputusan berdasarkan kekekalan. Apakah aktivitas ini membawa saya mendekat pada Tuhan? Apakah ini menyenangkan hati-Nya?

Penutup

Ketaatan tidak akan pernah terasa ringan jika kita memulainya dari usaha sendiri. Tetapi saat kita menyadari bahwa Tuhan sudah lebih dulu mengasihi kita, membuka hati kita, memberi visi kekal, dan menghadirkan Roh Kudus untuk menolong, maka kita dapat berkata: “Saya mau taat karena Tuhan begitu baik.”

Ketaatan bukan syarat untuk dikasihi. Kita taat karena sudah dikasihi. Dan dalam setiap langkah ketaatan, kita semakin mengenal dan mengalami hadirat-Nya yang nyata.

Mari kita hidupi ketaatan sebagai anugerah, bukan beban. Dan biarlah dunia melihat terang Tuhan melalui hidup kita yang taat.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

663602
Users Today : 173
Users Yesterday : 1857
This Month : 39184
This Year : 215752
Total Users : 663602
Who's Online : 9