Kasih dan Persaudaraan

“Hari itu, adalah musim salju yang paling ekstrim di Kanada. Banyak binatang yang mati akibat rasa dingin yang teramat sangat.

Di suatu daerah, tinggal sekelompok hewan (sejenis landak). Mereka memutuskan untuk tinggal secara berkelompok di dalam sebuah gua, agar tetap hangat. Mereka mendekatkan diri satu sama lain. Namun ketika mulai berdekatan, duri-duri mereka melukai teman-teman terdekat mereka.

Setelah beberapa saat, mereka pun memutuskan untuk menjaga jarak satu sama lainnya. Akibatnya, mereka mulai merasakan dingin yang membeku, dan akhirnya terancam mati. Jadi mereka harus memutuskan: menerima duri-duri temannya, atau mati!

Secara bijaksana, mereka memutuskan untuk kembali bersatu. Mereka pun belajar untuk hidup dengan luka-luka kecil akibat jarak yang sangat dekat dengan sahabat-sahabatnya supaya dapat merasakan kehangatan. Cara inilah yang membuat mereka akhirnya selamat dan bisa bertahan hidup.”

Kasus positif COVID-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020 dan sampai saat ini kita semua masih berjuang untuk keluar dari situasi ini. Baik keluar dari pandemi itu sendiri maupun akibat-akibat lain yang ditimbulkan yang telah memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan ekonomi, maupun sosial.

Rasa Lelah dan putus asa tidak jarang muncul dalam menjalani kehidupan tatanan baru ini. Para tenaga medis di satu sisi mengorbankan diri baik secara waktu dan keluarga untuk berjuang memberikan pengobatan kepada yang terdampak, namun di sisi yang lain kita masih melihat begitu banyaknya masyarakat yang abai terhadap PROKES yang diharapkan akan dapat mngendalikan dan mengurangi dampak penyebaran virus ini.
Di sisi yang lain juga semakin banyak persoalan keluarga yang muncul sebagai salah satu dampak yang diakibatkan oleh pandemi ini, perselisihan, kekerasan dalam rumah tangga bahkan meningkatnya angka perceraian dalam keluarga.

Sebuah keluarga akan terpecah ketika terjadi perbedaan visi-misi atau tujuan hidup. Perbedaan yang ada tidak bisa diselaraskan, apalagi disatukan. Semua hendak berjalan dengan kepentingan dan ego masing-masing. Padahal dalam kehidupan keluarga ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk saling menguatkan dan mendukung. Memang proses untuk menjadi keluarga seperti ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Oleh karenanya “masing-masing pihak hendaknya bersedia untuk menerima duri-duri temannya atau mati”

Dibutuhkan komitmen bersama dan rasa saling percaya satu sama lain, sekalipun ada hal yang sulit untuk kita mengerti, berat untuk diterima karena bertentangan dengan prinsip yang diyakini, bahkan terkadang rasa sakit yang kita rasakan terjadi dalam proses tersebut. Perbedaan pendapat, kesalahpahaman, pertengkaran acap kali muncul. Dengan adanya pengampunan dan penerimaan akan memunculkan pemulihan yang akan mengembalikan hubungan keluarga menjadi baik. Dalam keluarga yang beriman semua tujuan dilandasi oleh kehendak dan kasih Allah. Tekad untuk menjalankan kehendak Allah akan menolong kita mengingat sebuah misi Tuhan, yakni menjalin persaudaraan dan kasih dalam nama Yesus Kristus,

Sebagaimana tertulis di dalam kitab Injil:

Yohanes 13:34-35 “Aku memberikan peritah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku,yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Matius 12:50 “Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudaraku-perempuan, dialah ibu-Ku.”

Hubungan yang terbaik dalam hidup ini bukanlah hubungan yang membawa orang-orang yang sempurna dalam kelompok. Tetapi ketika semua individu belajar hidup dengan ketidaksempurnaan orang lain, serta mampu “mengapresiasi” semua kehangatan yang diberikan oleh teman-temannya.

Hal inilah yang membuat hidup kita menjadi lebih “hidup” (bermakna) & “mampu bertahan” dalam situasi atau lingkungan yang ekstrim sekalipun.

(KKR)

KEBAKTIAN MINGGU

DITUNJUK, DIUTUS, DAN DIPERLENGKAPI

Yesaya 66:10–14; Mazmur 66:1–9; Galatia 6:7–16; Lukas 10:1–11,16–20

Kebaktian 6 Juli 2025 oleh Pdt. Anwar Tjen (Lembaga Alkitab Indonesia)

Hidup orang percaya adalah hidup yang ditunjuk, diutus, dan diperlengkapi oleh Tuhan. Dalam Lukas 10, Yesus menunjuk tujuh puluh murid dan mengutus mereka berdua-dua ke kota-kota yang hendak Ia kunjungi. Mereka tidak berangkat tanpa arah atau kekuatan, melainkan dengan doa, pengajaran, dan kuasa yang Yesus berikan. Mereka dipanggil untuk membawa damai sejahtera dan menegaskan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, sambil menyadari bahwa penolakan yang mereka alami adalah penolakan terhadap Yesus sendiri. Ini adalah pengingat bahwa menjadi utusan Kristus berarti berjalan dalam ketaatan, kerendahan hati, dan keberanian, bukan untuk kemuliaan diri tetapi demi hadirnya kabar baik di tengah dunia.

Mazmur 66 memanggil kita untuk memuji Allah atas karya penyelamatan-Nya yang besar. Pemazmur mengingatkan betapa Allah telah menuntun umat-Nya melewati air dan api, menjaga kaki mereka dari terpeleset. Kesadaran akan pemeliharaan Tuhan inilah yang menjadi dasar kita diutus: bukan karena kekuatan kita sendiri, melainkan karena Allah yang setia menuntun. Dalam Yesaya 66, kita melihat gambaran Allah yang penuh penghiburan dan kelembutan seperti seorang ibu yang menggendong dan menghibur anaknya. Ketika kita merasa letih, takut, atau sendiri dalam menjalankan panggilan Tuhan, kita diingatkan bahwa Allah menyertai kita dengan kasih dan penghiburan-Nya.

Paulus dalam Galatia 6 menasihatkan agar kita menabur di dalam Roh dan berbuat baik kepada semua orang. Ia menekankan bahwa salib Kristus adalah kemegahan sejatinya, penanda identitas dan sumber kekuatan seorang utusan Allah. Inilah panggilan kita bersama: hidup menabur kebaikan, bersandar pada kasih karunia Tuhan, dan bangga hanya pada salib Kristus. Kiranya kita senantiasa membuka hati untuk panggilan-Nya, mau diutus menjadi saksi-Nya di manapun kita berada, sambil percaya penuh bahwa Tuhan yang menunjuk dan mengutus kita juga akan senantiasa memperlengkapi kita. Amin.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

732563
Users Today : 184
Users Yesterday : 1173
This Month : 18765
This Year : 284713
Total Users : 732563
Who's Online : 16