Kasih yang mengubah
Kasih yang mengubah
Dalam bacaan Injil Yohanes 21 : 15-19, kita akan membaca sebuah kisah percakapan antara Tuhan Yesus dengan Simon Petrus di Pantai danau Tiberias. Pertemuan Tuhan Yesus di pantai danau Tiberias ini adalah penampakkan diri Tuhan Yesus dihadapan para muridNya pasca kebangkitanNya, walau kali ini hanya ada 7 murid Tuhan Yesus yang hadir disana yaitu Simon Petrus, Tomas, Natanael, 2 anak Zebedeus dan 2 murid lain.
Fokus perikop ini memang berbicara secara khusus tentang Simon Petrus. Dikutip dari sebuah sumber dituliskan bahwa Simon Petrus ini adalah murid Tuhan Yesus yang paling banyak mengungkapkan dirinya dari pada murid-murid lain. Simon Petrus memiliki sifat alamiah yang amat menarik – ditambah anugerah rohani dan pendidikan yang ia terima dari Tuhan Yesus – membuat banyak orang terpikat. Dalam berbicara dan bertindak, Simon Petrus melakukan dengan satu cara yang khusus mengungkapkan sifatnya. Ia tidak pernah meniru gaya dan kepribadian orang lain. Keaslian yang dimilikinya merupakan salah satu modal dalam kepemimpinannya yang sejati. Ia adalah seorang yang tidak berpikir dalam-dalam, berhati ramah, suka menurut kata hati dan bertindak cepat, yang dikuasai oleh dorongan pada saat itu juga. Disisi lain kita juga mengenal Simon Petrus adalah murid Yesus yang menyangkal Tuhan Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok sebagaimana ditulis di Yohanes 13 : 38.
Bisa dibayangkan perasaan Petrus ketika terjadi perjumpaan di pantai danau Tiberias itu, pasti dirinya akan merasa serba salah , canggung , atau Bahasa sekarang ‘ mati gaya ‘ ; Yesus yang ia sangkal dengan begitu hebat sekarang sedang sarapan bersamanya. Dalam diri seorang Simon Petrus pasti ada perasaan malu, menyesal dan takut , kalau-kalau Yesus akan mengabaikan dirinya, marah kepadanya. Sesuatu yang wajar mengingat apa yang sudah dilakukannya pada Yesus.
Uniknya, Yesus tidak melakukan seperti yang dibayangkan oleh Petrus. Yesus menyapanya dengan penuh kasih bahkan memanggilnya dengan panggilan yang sangat pribadi. Kasih Tuhan Yesus kepada seorang Simon Petrus ternyata tidak berubah sejak Yesus bertemunya pertama kali , bahkan sampai saat ini ketika Dia tahu seorang Simon ini telah pernah menyangkalNya sekalipun, Dia tetap mengasihi Simon Petrus bahkan tetap mempercayakan Simon Petrus untuk mengembalakan domba-dombaNya.
Pengalaman itulah yang kemudian membuat seorang Simon Petrus berubah diri, Petrus semakin giat melayaniNya dan akhir kisahnya menunjukkan kesetiaannya kepada Yesus ketika ia dihukum mati dengan disalib , ia meminta agar disalibkan dengan posisi terbalik karena ia memandang dirinya tidak layak untuk disalibkan dalam posisi yang sama dengan Tuhannya. tetapi dengan salib yang terbalik untuk menunjukkan ketidak layakan dirinya dibandingkan dengan Yesus.
Saat ini ketika kita merayakan Paskah, kita kembali diingatkan akan Kasih Yesus yang telah rela mati disalib dan bangkit. Kasih Yesus tidak pernah berubah , tetap mengasihi setiap umatNya, sekalipun seringkali kita menyusahkan dan mendukakanNya. Oleh karena itu, saatnya kita mengingat kembali akan Kasih itu dan kiranya Kasih itu kembali mengubah hidup kita menjadi selalu baru , selalu semangat untuk membawa Kasih Tuhan kepada kehidupan yang dipercayakanNya. Mari kita menjadi ” Simon Petrus ” yang mendedikasikan hidupnya untuk kemuliaan Tuhan saja. Selamat Paskah, Tuhan telah bangkit !. Bagaimana hidup kita sekarang?. ( ALZ ).