Kehendak Allah dan kehendak diri sendiri
KEHENDAK ALLAH DAN KEHENDAK DIRI SENDIRI
Tidak semua orang percaya, bahkan orang yang telah mengambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan sekalipun, bisa mengerti dengan mudah pikiran Allah, atau bisa mengerti apa yang menjadi rencana Allah, atau apa yang menjadi kehendak Allah.
Itulah kenapa seringkali apa yang kita lakukan, dan kita anggap apa yang kita lakukan itu adalah kehendak Allah, ternyata salah. Sebab seringkali apa yang kita pandang baik, tidak selamanya itu merupakan kehendak Allah. Akan tetapi apa yang kita pandang baik itu seringkali merupakan kehendak diri kita sendiri.
Kehendak diri kita sendiri yang dimaksudkan disini adalah, pikiran dan perasaan kita yang masih dikuasai oleh manusia lama kita. Persoalannya, jika kita melakukan segala sesuatu yang merupakan kehendak diri kita sendiri, maka terkadang apa yang kita lakukan itu, tanpa kita sadari pikiran dan perasaan kita sedang dikuasai oleh pikiran iblis. Walaupun kita menganggap apa yang kita lakukan itu baik menurut kita, tetapi tanpa kita sadari yang kita lakukan itu berdasarkan pikiran iblis yang menguasai pikiran kita.
Ini adalah sebuah persoalan serius yang harus kita pikirkan. Sebab banyak hal yang kita lakukan dalam hidup ini lebih sering mengikuti pikiran dan kata hati kita sendiri. Oleh sebab itu, betapa pentingnya kita harus sungguh-sungguh mau belajar mengerti apa yang menjadi kehendak Allah yang harus kita lakukan.
Suatu bukti bahwa betapa sulitnya bisa mengerti pikiran Allah, bisa kita lihat dari apa yang Petrus lakukan saat ia menarik Tuhan Yesus dan menegor Tuhan Yesus, saat Tuhan Yesus katakan bahwa Ia akan menanggung banyak penderitaan. Firman Tuhan katakan di dalam Matius 16:21 – 23
16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”
16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Tuhan Yesus menyatakan hal itu, karena apa yang hendak Tuhan Yesus lakukan itu adalah bagian dari apa yang Allah Bapa di Sorga rencanakan. Tuhan Yesus mengerti benar apa yang Allah Bapa pikirkan. Dan hal itu menunjukan bahwa dalam keadaan-Nya sebagai manusia sekalipun, Tuhan Yesus selalu hidup mengenakan pikiran dan perasaan Allah, sehingga Tuhan Yesus sepikiran dan seperasaan dengan Allah Bapa di Sorga.
Berbeda dengan Petrus, sebab apa yang Petrus lakukan dengan menarik Tuhan Yesus dan menegor Tuhan Yesus, jelas menunjukan bahwa Petrus tidak sepikiran dan seperasaan dengan Allah. Tetapi saat itu Petrus berpikir apa yang ia buat itu demi untuk kebaikan Tuhan Yesus, padahal hal tersebut salah dihadapan Tuhan. Bahkan seperti Tuhan Yesus katakan; “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Jadi ketika kita berpikir mengikuti pikiran kita sebagai manusia, maka hal itu sama dengan kita mengenakan pikiran iblis. Sekalipun menurut kita itu baik. Yang perlu kita ingat adalah, baik menurut kita belum tentu itu baik menurut Tuhan. Jadi sebenarnya apa yang Petrus lakukan itu berdasarkan cara berpikir dari manusia lama yang ada di dalam dirinya, yang masih menguasai pikirannya.
Pada akhirnya kita bisa menyadari sekarang mengapa firman Tuhan katakan kita harus mengenakan pikiran dan perasaan yang juga terdapat dalam Kristus Yesus. Dan hal itulah yang dikatakan oleh Paulus dalam Filipi 2:5
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.
Kata pikiran dan perasaan yang digunakan dalam ayat firman Tuhan diatas, sama dengan kata “yang dipikirkan” dalam (Matius 16:23) diatas. Disini kita bisa mengerti bahwa betapa sulitnya membedakan pikiran dan perasaan kita yang masih dikuasai oleh manusia lama, dengan pikiran dan perasaan Allah. Dalam hal ini spirit atau gairah cara berpikir kita itu masih dikuasai oleh pikiran iblis.
Pertanyaannya sekarang, jika demikian bagaimana kita bisa membedakan manakah pikiran yang berasal dari iblis dan manakah pikiran yang berasal dari Allah?. Tentu tidak mudah membedakannya, akan tetapi kita bisa membedakannya yaitu dengan cara, kita harus melihat apa yang kita pikirkan itu untuk kepentingan dan kesenangan diri sendiri, atau untuk kemuliaan Allah.
Jadi ketika kita memikirkan segala sesuatu hanya demi kepentingan diri kita sendiri, apa yang bisa kita nikmati dan itu menyenangkan bagi kehidupan kita, maka apa yang kita pikirkan itu adalah pikiran yang berasal dari iblis.
Tetapi jika apa yang kita pikirkan dan kita lakukan, sekalipun kita harus menderita, namun itu demi kepentingan banyak orang, dan hal itu kita lakukan semata-mata hanya untuk hormat dan kemuliaan nama Allah Bapa di Sorga, maka itulah pikiran yang berasal dari Allah.
Lihat, apa yang Tuhan Yesus lakukan, saat Ia maih hidup di dunia ini, tidak ada yang dilakukan-Nya untuk kepentingan dan kesenangan diri-Nya sendiri. Tetapi semua yang Tuhan Yesus lakukan, semata-mata untuk kepentingan seluruh umat manusia, dan itulah yang Allah Bapa di Sorga kehendaki. Sekalipun Ia harus menderita, tetapi Ia tetap taat, bahkan taat sampai mati di atas kayu salib.
Itulah kenapa, sebagai orang percaya kita harus menanggalkan cara hidup kita yang lama yang akan menemui kebinasaan. Dengan kata lain, kita harus menanggalkan manusia lama, dan hidup sebagai manusia baru di dalam Tuhan Yesus Kristus. Firman Tuhan katakan di dalam Efesus 4:22 – 24
4:22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,
4:23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,
4:24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
Jangan pernah berkata bahwa kita adalah orang percaya, kalau kita masih hidup menuruti manusia lama yang ada dalam diri kita dengan segala keinginannya. Dan kita harus tetap ingat, kalau kita tetap hidup dengan pikiran dan perasaan kita sebagai manusia lama, maka hal itu sama dengan kita sedang berjalan menuju kebinasaan kekal.
Tetapi, jika kita berjuang untuk mengenakan pikiran dan perasan Kristus dalam kehidupan kita, selama kita masih hidup di dunia ini, sekalipun harus melewati berbagai penderitaan, namun jika semuanya itu hanya untuk hormat kemuliaan Allah Bapa di Sorga, maka sesungguhnya kita sedang berjalan menuju Kerajaan Allah Bapa di Sorga.
Kiranya Roh Kudus memampukan kita untuk peka terhadap pikiran dan kehendak Tuhan di setiap keputusan/tindakan yang kita lakukan (ABT-dari berbagai sumber)