Kepemimpinan di era ‘Digital disruption’

KEPEMIMPINAN DI ERA “DIGITAL DISRUPTION”

Beberapa bulan belakangan ini, korporasi kami sering mengundang CEO perusahaan- perusahaan yang sedang melakukan transformasi bisnis, untuk sharing experience sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi kami, yang juga sedang dan akan terus melakukan transformasi bisnis. Benang merah dari sharing experience tersebut adalah bahwa saat ini sebagian besar industri sedang mengalami apa yang disebut dengan digital disruption sehingga harus mentransformasikan bisnis mereka masing-masing agar tidak kalah dan tenggelam ditelan gelombang perubahan. Diperlukan tiga hal mendasar bagi suatu organisasi untuk berhasil dalam mengarungi era digital disruption, yaitu:

1. Leadership
2. Business Model Innovation
3. Culture

Pada kesempatan kali ini, penulis mencoba merenungkan hal “leadership” dengan belajar dari Yosua. Penulis sangat yakin bahwa dalam pekerjaan/organisasi, sebagian dari kita memiliki tanggung jawab yang berakibat langsung terhadap arah perusahaan/organisasi kita di masa yang akan datang. Salah satu keunggulan yang perlu dibangun adalah leadership yang kuat. Belajar dari Yosua, ada tiga faktor pembangun leadership yang kuat, yaitu Keberanian, Kompetensi dan Integritas.

Keberanian
Keberanian dimulai dari memercayai apa yang kita yakini. Itu sebabnya, Tuhan ber- ulang kali meminta Yosua untuk menguatkan dan meneguhkan hatinya, semata-mata agar ia me- miliki keberanian untuk memimpin bangsa Israel, menggantikan pemimpin kharismatik sebelumnya yaitu Musa. Perlu diingat bahwa saat itu Yosua sudah tua (diperkirakan umur Yosua saat menggantikan Musa sekitar 70-80 tahun. Yosua meninggal pada usia 110 tahun). Dalam dunia bisnis saat ini, di mana perubahan terjadi dengan kecepatan yang eks- ponensial, maka sangat dibutuhkan pemimpin yang berani. Berani mengambil risiko karena memang kecepatan perubahan menuntut keputusan yang cepat pula. Dan keputusan yang cepat biasanya lebih mudah diambil oleh para pemimpin yang berani mengambil risiko.

Kompetensi
Yosua adalah salah satu pemimpin Israel yang memiliki kompetensi yang tinggi. Salah satu ciri pemimpin yang memiliki kompetensi adalah bertindak hati-hati. Dalam konteks kepemimpinan, bertindak hati-hati adalah keberanian mengambil risiko yang terukur. Ia melakukan analisa dan menggunakan intuisinya untuk mengukur risiko yang terjadi. Ciri lain dari pemimpin yang memiliki kompetensi adalah kemampuan mengembangkan strategi “berperang”. Yosua mengirim 2 orang pilihannya untuk memetakan keadaan lawan dan keadaan sekitar saat akan menaklukkan Yeriko (dalam ilmu manajemen strategi, ada tools yang diberi nama “Five Forces Porter”). Lalu kita melihat, bagaimana Yosua menyerang langsung jantung pertahanan lawan, saat menaklukkan daerah Ai (dalam ilmu manajemen strategi, kita mengenal istilah “competitive advantage”).

Integritas
Yosua adalah salah satu pemimpin Israel yang berhasil mempertahankan inte- gritasnya selama menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Kepemimpinan Yosua dimulai saat Tuhan memilihnya dan memberinya “sumpah jabatan” agar selama memimpin, ia tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri serta selalu taat akan firman Tuhan. Dan memang Alkitab memperlihatkan kepada kita bahwa Yosua selalu mencari kehendak Tuhan sebelum mengambil keputusan strategis untuk menaklukkan bangsa-bangsa yang menghalangi Israel masuk ke tanah perjanjian. Yosua menjadikan Tuhan sebagai pusat dari setiap keputusan yang akan dia ambil. Inilah integritas pribadi yang harus dibangun oleh seorang pemimpin Kristen.

Mari lebih jauh lagi kita merenungkan, bahwa ternyata Yosua juga membangun integritas keluarga dengan memastikan bahwa keluarganya adalah keluarga yang beribadah kepada Tuhan (Yos. 24:15). Ini memberi pesan kepada kita untuk jangan meremehkan pengaruh keluarga terhadap keberhasilan seorang pemimpin. Bukankah jika kita perhatikan, banyak sekali pemimpin besar sebuah perusahaan/organisasi, di belakangnya berdiri keluarga yang takut akan Tuhan. Jadi, pemimpin Kristen harus membangun, bukan saja integritas pribadi, namun juga integritas keluarga. Pertanyaannya, bagaimana caranya? Belajar dari Yosua:

  1. Belajar memiliki waktu pribadi untuk merenungkan firman Tuhan dan berdoa
  2. Belajar mencari kehendak Tuhan sebelum mengambil keputusan strategis yang menentukan arah perusahaan/organisasi di masa depan
  3. Mari jadikan rumah kita sebagai rumah doa yang di dalamnya dinaikkan doa-doa dan pujian.

Dalam era digital disruption, segala sesuatu berubah dengan sangat cepat. Menjadi pemimpin dalam era seperti itu, sungguh merupakan tantangan yang sangat tidak mudah. Alkitab menolong kita untuk belajar dari Yosua. Belajar menjadi pemimpin yang memiliki keberanian, kompetensi dan inte- gritas. Dan lihatlah keberhasilan akan mengikuti kita sesuai janji Tuhan. Yosua telah membuktikan- nya. Dia berhasil membawa bangsa Israel masuk ke tanah perjanjian. Bukan itu saja, Yosua bahkan berhasil menaklukkan 31 raja selama masa kepemimpinannya. Selamat menjadi berkat! (PSI)

 

 

 

KEBAKTIAN MINGGU

TIDAK HINA TETAPI BERHARGA

Keluaran 32:7-14; Mazmur 51:1-10; 1 Timotius 1:12-17; Lukas 15:1-10

Kebaktian 14 September 2025 oleh Ibu Siska Febriyani Lumban Gaol, S.Si. (Teol)

Pendahuluan

Dalam hidup, sering kali manusia terjebak pada rasa bersalah, malu, bahkan hina karena kesalahan dan dosa yang dilakukan. Ada orang yang merasa dirinya tidak layak lagi di hadapan Allah. Namun, firman Tuhan menegaskan bahwa kasih karunia Allah lebih besar daripada segala kejatuhan kita. Di hadapan Allah, kita tidak dihina, melainkan ditebus menjadi berharga.

1. Keluaran 32:7-14 – Allah yang Murah Hati

Kisah anak Israel yang membuat anak lembu emas adalah contoh nyata kebodohan manusia. Setelah diselamatkan dari Mesir, mereka justru berpaling kepada berhala. Secara manusiawi, mereka layak dihukum habis. Namun, Musa menjadi pengantara, dan Allah menunjukkan belas kasih-Nya dengan tidak jadi membinasakan umat-Nya.
Pesan: Dosa memang hina, tetapi Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Dia memberi kesempatan untuk kembali. Hidup kita pun sering jatuh pada “berhala modern” – uang, status, atau kenikmatan dunia – namun Allah tetap berbelas kasih.

2. Mazmur 51:1-10 – Hati yang Hancur, Allah Pulihkan

Mazmur ini lahir dari pergumulan Daud setelah jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba. Daud sadar bahwa dosanya membuatnya najis dan hina. Namun, ia tidak berhenti pada rasa bersalah, melainkan datang memohon pengampunan.
“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu…” adalah doa yang menunjukkan keyakinan bahwa Allah penuh kasih. Daud tahu hanya Allah yang bisa membersihkan dan memulihkan.
Pesan: Pengakuan dosa bukan tanda kita hina, tetapi justru pintu menuju pemulihan. Allah melihat kita berharga ketika kita rendah hati datang kepada-Nya.

3. 1 Timotius 1:12-17 – Paulus: Dari Pendosa Menjadi Pelayan

Paulus pernah menghina jemaat, menganiaya orang percaya, bahkan menjadi musuh Injil. Secara moral ia hina. Tetapi kasih karunia Kristus menjadikannya rasul. Ia bersaksi: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa; dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.”
Pesan: Tuhan memilih orang hina menurut dunia untuk dipakai sebagai alat-Nya. Paulus yang dulu merusak jemaat, kini justru membangun jemaat. Itu bukti bahwa Allah melihat nilai berharga dalam diri setiap orang, sekalipun pernah jatuh.

4. Lukas 15:1-10 – Allah yang Mencari yang Hilang

Yesus memberikan perumpamaan domba yang hilang dan dirham yang hilang. Dalam pandangan dunia, satu domba dari seratus atau satu dirham dari sepuluh tidak seberapa. Tetapi bagi Allah, yang satu itu sangat berharga. Ia rela mencari sampai ketemu, dan bersukacita ketika yang hilang ditemukan.
Pesan: Hidup kita, sekalipun kotor oleh dosa, tetap dianggap berharga oleh Allah. Ia tidak berhenti sampai kita ditemukan, dipulihkan, dan dirangkul kembali dalam kasih-Nya.

Aplikasi

  1. Jangan terjebak pada rasa hina. Dosa memang membuat kita jatuh, tetapi jangan berhenti di situ. Datanglah kepada Allah yang penuh kasih.

  2. Syukuri anugerah Allah. Kita bisa berdiri hari ini bukan karena kekuatan kita, melainkan karena belas kasihan Tuhan.

  3. Lihat diri dan sesama sebagai berharga. Jangan mudah merendahkan diri sendiri atau orang lain, sebab Allah mengasihi setiap jiwa.

  4. Hidup sebagai saksi kasih karunia. Seperti Paulus, biarlah hidup kita menjadi kesaksian bahwa Allah sanggup mengubah yang hina menjadi mulia.

Penutup

Manusia mungkin memandang kita hina karena kegagalan atau dosa. Bahkan hati kita sendiri bisa berkata “aku tidak layak.” Namun, firman Tuhan menegaskan: kita tidak hina, melainkan berharga di mata Allah. Dia yang mencari, mengampuni, dan memulihkan kita.

Mari kita hidup dalam keyakinan ini: kasih karunia Allah lebih kuat daripada rasa hina kita. Di hadapan-Nya, kita bukan orang buangan, melainkan anak-anak yang berharga, dikasihi, dan dipakai untuk kemuliaan-Nya.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

822332
Users Today : 1344
Users Yesterday : 1620
This Month : 25322
This Year : 374482
Total Users : 822332
Who's Online : 12