Ketika Harus Memilih
Tergiur dengan posisi, gaji serta fasilitas yang lebih tinggi, seorang teman sebut saja A memutuskan untuk meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja.Sesungguhnya posisi, gaji dan fasilitas yang diterima oleh A di tempat kerja lama cukup baik. Tetapi seperti kata pepatah bahwa rumput di halaman tetangga selalu lebih hijau dibandingkan di pekarangan sendiri, A memilih untuk meninggalkan kantornya yang lama. Beberapa teman lainnya telah memperingatkan A bahwa kondisi di kantor yang baru, sebut saja PT X, sesungguhnya tidaklah seindah yang dibayangkan. A tetap kukuh pada pendiriannya.
Masa-masa kerja di PT X, menjadi masa yang berat dan penuh tekanan bagi A, yang mempengaruhi kondisi fisik dan juga kualitas hubungan A dengan keluarga dan Tuhan. A harus berhadapan dengan tuntutan manajemen yang begitu tinggi, budaya dan sistem kerja yang buruk serta orang-orang yang enggan untuk berubah. Tidak tahan dengan kondisi kerja di PT X, A memutuskan untuk mencari pekerjaan baru setelah bergabung setahun.
Hal yang sama terjadi pada Lot ketika memilih tempat di mana ia dan keluarganya akan bermukim. Seperti A yang mendasarkan pilihannya hanya atas materi (posisi, gaji dan fasilitas), Lot tampaknya hanya mengandalkan pandangan matafisiknya dalam memilih. “Lot melayangkan pandangannya dan dilihatnya bahwa seluruh lembah Yoran banyak airnya, seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir sampai ke Zoar” (Kej 13:10). Atas dasar itu, Lot memilih untuk pergi ke sebelah timur, ke wilayah yang subur. Wilayah itu berdekatan dengan kota Sodom yang ternyata penduduknya “jahat dan berdosa terhadap Tuhan” (Kej. 13:13). Kelak persoalan kota itu akan mempengaruhi perjalanan hidup Lot dan keluarganya. Pada kisah selanjutnya kita tahu Tuhan memusnahkan kota Sodom dan Gomora dan hal itu membuat Lot kehilangan istrinya dan harta bendanya (Kej. 19).
“Memilih” merupakan kegiatan rutin manusia. Tuhan menciptakan manusia bukan sebagai robot yang hanya mengerjakan apa yang sudah ditentukan oleh sang pemilik. Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang memiliki kehendak bebas (free will). Kehendak bebas itulah yang mendorong manusia menentukan pilihan secara bebas di tengah kehidupan. Tidak jarang pilihan itu mudah untuk diputuskan. Tetapi memilih bisa menjadi rumit ketika pilihan yang ada tampak sama baiknya, atau kita belum pernah memiliki pengalaman berhadapan dengan pilihan- pilihan tersebut atau ketika dampak yang ditimbulkan akibat salah memilih sangatlah besar. Proses memilih yang baik melibatkan serangkaian langkah dimulai dari identifikasi masalah, pengumpulan informasi, menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang tersedia, hingga menjalankan keputusan yang dipilih. Tingkat kedalaman dari setiap langkah bergantung pada rumitnya permasalahan.
Cara terbaik untuk memilih adalah melibatkan Tuhan dalam setiap langkah pemilihan. Yakobus 4:13-15 berkata. ”Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” Dengan demikian relasi yang akrab dengan Tuhan menjadi sangat penting. Melalui hubungan baik denganTuhan kita akan mendapatkan hikmat-Nya memampukan kita dalam memilih yang terbaik.
Melibatkan Tuhan berarti senantiasa memulai proses memilih dengan pencarian kehendak Allah. Melibatkan Tuhan memampukan kita melihat proses pemilihan secara utuh, tidak hanya mengandalkan kriteria materi/jasmani seperti pada kasus A dan Lot di atas dan bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kemuliaan Tuhan. (ITS)