Makna Adven

MAKNA ADVEN
Oleh. Pdt. Eka Darmaputera      

     Setiap tahun tentu kita merayakan minggu-minggu Adven. Tetapi apakah kita tahu maknanya?  O, tentu tahu! Adven artinya kedatangan. Minggu-minggu Adven, artinya minggu-minggu menantikan kedatangan Sang Kristus, Sang Mesias, Sang Almasih alaihi salam! Setelah empat minggu Adven, lalu Natal! Natal artinya kelahiran
    Baiklah! Anda dapat angka 100. Nah, sekarang kalau Natal, kita tahu bagaimana merayakannya! Pohon terang, lilin-lilin, lagu Malam Kudus, Hai Mari Berhimpun, dan sebagainya. Tetapi minggu-minggu Adven– bagaimana merayakannya? Itu yang ingin saya bahas berikut ini. Bagaimana merayakan minggu-minggu Adven? Suasana atau sikap hati yang bagaimana yang harus ada, agar minggu-minggu Adven itu benar-benar punya makna? Nah, Anda siap? Baik.
    Orang hanya dapat memahami dan menghayati makna Adven, jika ia menyadari nasib buruk yang membelitnya, dan kesuraman masa depan yang dihadapinya! Yang penting, ia menyadari bahwa hal yang menyakitkan itu adalah akibat ulahnya sendiri. Oleh karena itu, bukan hanya ada teriak kepedihan dan kesakitan, tetapi juga ratap penyesalan.
    Inilah suasana hati yang dapat kita rasakan ketika Israel berteriak kepada Tuhan, seperti yang kita baca dalam Yesaya 64:5-6: Sesungguhnya, Engkau ini murka, sebab kami berdosa; terhadap Engkau kami memberontak sejak   dahulu kala. Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.
    Menyadari, mengakui, meratapi dosa-dosa serta kejahatan kita! Menyadari, mengakui dan meratapi betapa ngeri dan celakanya kita bila murka Allah itu sungguh-sungguh menimpa kita! Oleh karena itu, bukan saja mengaduh dan meratap, tetapi juga berharap kepada Allah, sungguh-sungguh merasa tergantung kepada Allah. Ayat 8 berbunyi: Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, kami sekalian adalah buatan tangan-Mu!
    Ada penyerahan diri yang sungguh dan penuh kepada Allah. Apakah Anda merasakan hal itu?
Kemungkinan besar tidak! Hampir semua orang mengakui bahwa dirinya tidak sempurna, ada cacatnya, ada kurangnya, ada salahnya, ada dosanya! Anda juga begitu, bukan? Iya! Tetapi apa Anda menyesalinya? Benar-benar menyesalinya? Atau, dengan enteng, kita mengatakan, “Ya maklum aja deh. Namanya juga manusia!?”
    Ini kecenderungan orang. Selalu menganggap enteng dosanya sendiri. Kalau dosa atau kesalahan orang lain? Wow, kita teropong pakai kaca pembesar! Tetapi dosa dan kesalahan sendiri, kita teropong pakai kaca pengecil. Amat sulit memaafkan orang lain, tetapi begitu gampang memaafkan diri sendiri. Begitu bukan?
    Selama sikap mental kita seperti ini, ya tidak mungkin kita bertobat. Lha mau bertobat bagaimana, wong merasa salah saja tidak! Kalau tidak merasa perlu bertobat, memperbaiki dan memperbarui diri, kita juga tidak akan merasakan perlunya Juruselamat. Apa perlunya Juruselamat, kalau kita merasa safe dan baik-baik saja? Kalau tidak merasa memerlukan Juruselamat, kita juga tidak merasa perlu menanti, berharap, dan merindukan kedatangan Sang Juruselamat, bukan? Adven jadi tidak punya arti.
    Ada saatnya kita betul-betul menantikan kedatangan seseorang. Wah, kalau sudah begini, satu menit rasanya satu jam. Satu hari, rasanya satu abad. Kenapa? Karena kita betul-betul memerlukan kehadiran orang itu. Celakalah kita, jika orang itu tidak datang! Kedamaian hati kita betul-betul tergantung pada kedata-ngan dan kehadiran orang itu. Oleh karena itu, ketika dari jauh kita melihat orang itu datang, betapa leganya kita. Hati kita rasanya ingin bersorak! Kaki kita rasanya ingin berlari       menyongsongnya! Tangan kita ingin segera memeluknya!
    Apakah ada perasaan seperti itu dalam diri kita sekarang ini? Tidak? Ini terjadi karena sebenarnya kita tidak betul-betul merindukan kedatangan Yesus. Tentu kita membuat pesta Natal setiap tahun. Tetapi pesta itu lebih sering merupakan pesta untuk kita, bukan pesta untuk Yesus. Kita yang berpesta. Yesus ada kek, tidak ada kek, tidak ada bedanya. Jarang, atau mungkin malah tidak pernah, dalam pesta Natal kita sampai gelisah, setiap kali melongok ke kanan dan ke kiri: mana sih Yesus? Yesus datang nggak sih? Pernah-kah Anda merasakan hal itu?
    Tentu pernah kita betul-betul, malah    sering dengan tidak sabar, menanti-nantikan  Tuhan datang. Ayo Tuhan! Cepat Tuhan!    Datang Tuhan! Sekarang! Celaka saya kalau sampai Engkau tidak datang! Kapan? Pada saat hidup kita mengalami krisis! Pada saat kita menyadari kecelakaan kita, merasakan pe-rihnya luka kita, saat kita betul-betul menyadari bahwa kita tidak berdaya kalau Tuhan tidak datang menolong kita. O, betapa khusyuknya kita berdoa pada saat seperti itu!
    Tetapi hanya pada saat-saat seperti itu. Jika hidup sudah berjalan normal dan biasa lagi, Tuhan akan kita kembalikan lagi ke latar belakang. Dia hadir kek, tidak hadir kek, kita tidak merasa apa-apa. Tuhan sering seperti petugas pemadam kebakaran. Kalau suasana normal, kita tidak memerlukan mereka. Tidak pula mengingat mereka. Tetapi bila ada kebakaran, nah, kehadiran mereka baru terasa   gunanya.
    Inilah sifat khas manusia! Habis manis sepah dibuang. Kalau Tuhan sudah tidak kita perlukan, karena kita merasa bahwa semuanya dapat kita atasi sendiri, Tuhan kita simpan di gudang! Ada sih ada. Bahkan dekat dengan kita. Tetapi ya itu, di gudang.
    Persoalannya, kapan sih sebenarnya kita tidak memerlukan Dia? Kalau Tuhan itu kita pahami sebagai “barang di gudang”, ya memang ada kalanya kita membutuhkan Dia, ada kalanya tidak. Tetapi sejak Kitab Kejadian,  Alkitab sudah menyatakan Tuhan itu bukan seperti barang di gudang, tetapi adalah napas kita sendiri. Ia yang mengembuskan napas kehidupan itu, sehingga kita hidup. Napas itu yang membentuk kita dari lempung yang mati, menjadi manusia yang hidup. Nah, kalau Tuhan itu kita pahami seperti udara, kapan kita tidak membutuhkan-Nya? Setiap saat kita membutuhkan Dia!
    Anda mau menghayati makna Adven yang sebenarnya? Ikutilah resep Augustinus. Ia mengatakan, kita harus menyadari bahwa kita seolah-olah seperti orang yang sedang tenggelam. Sebab itu, kita meronta-ronta,    tangan kita menggapai-gapai, kita berusaha mengangkat kepala kita dari dalam air. Untuk apa? Untuk mencari udara! Untuk bisa bernapas. Sebab kita tahu, itulah satu-satunya cara untuk bisa bertahan hidup! Kata Augustinus, semestinyalah orang Kristen itu mencari Tuhan seperti orang tenggelam mencari udara! Hidup kita senantiasa merupakan Adven.
    Mudah-mudahan sekarang jelas bagi kita, bagaimana seharusnya merayakan Adven dan Natal itu. Bagaimana caranya agar Adven dan Natal itu sungguh-sungguh bermakna dan tidak sekadar sebagai pesta semalam suntuk yang amat meriah, tetapi keesokan harinya hanya menyisakan onggokan sampah yang bertebaran, tak ada apa-apa yang tersisa di dalam hati.
    Paling sedikit, Anda tahu apa sebabnya kalau Adven dan Natal sering terasa hambar. Sangat boleh jadi, itu adalah karena kita kurang mengharapkan kedatangan dan kehadiran-Nya, karena kita kurang merasa membutuhkan Dia, karena kita kurang menyadari kecelakaan kita, keseriusan dosa kita, ketidakberdayaan kita mengatasi persoalan-persoalan hidup, juga kecenderungan-kecenderungan buruk diri kita sendiri.
    Martin Luther pernah berkata begini, dan saya kira ia benar,”Orang hanya dapat mengalami manisnya dan indahnya anugerah pengampunan Tuhan, kalau ia menyadari betapa tidak berdayanya ia melawan dosa, dan betapa celakanya bila dosa itu tetap menguasainya! Hanya ketika kita merasakan betapa perlu kita ditolong, kita akan merasakan  indahnya pertolongan itu!”
    Kita menyaksikan sekian puluh orang– banyak anak-anak muda – yang menyerahkan diri kepada Tuhan, mau mengaku percaya dan dibaptis. Hati saya tentu saja bersyukur dan bergembira. Tetapi juga ada perasaan dan pertanyaan lain yang menyelinap di dalam hati saya: Apa yang ada di hati saudara-saudara kita ini? Apakah juga ada keseriusan dalam mencari Tuhan, seperti orang tenggelam yang begitu serius mencari udara? Apakah ada kesadaran, bahwa betapa mencari dan menemukan Tuhan itu adalah soal hidup-mati, masalah to be or not to be?

Alangkah celakanya saya, kalau sampai saya tidak menemukan  Tuhan dan Tuhan tidak menemukan saya!   Mudah-mudahan!.

Oleh: Pdt. Eka Darmaputera
Tatkala Allah Melawat Umat-Nya: Khotbah-khotbah tentang Adven dan Natal

 

 

 

KEBAKTIAN MINGGU Pra-Paska 3 (Ungu)

Yesus Pemberi Kesempatan

Yesaya 55:1-9; Mazmur 63:1-8; 1 Korintus 10:1-13; Lukas 13:1-9

Kebaktian 23 Maret 2025 oleh Pdt. Debora Rachelina S. Simanjuntak

Pendahuluan

Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan, melakukan kesalahan, atau merasa tidak layak di hadapan Tuhan. Namun, dalam kasih-Nya, Tuhan selalu memberi kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Firman Tuhan hari ini menegaskan bahwa kasih karunia-Nya tidak hanya menuntut pertobatan, tetapi juga menawarkan kesempatan bagi mereka yang mau berbalik kepada-Nya.

1. Undangan untuk Bertobat (Yesaya 55:1-9)

Dalam Yesaya 55, Tuhan memberikan undangan terbuka bagi semua orang untuk datang dan menerima anugerah-Nya: “Hai, semua orang yang haus, marilah dan minumlah!” (Yes. 55:1). Tuhan tidak hanya menawarkan makanan dan minuman rohani, tetapi juga mengajak kita untuk meninggalkan jalan yang jahat dan berpaling kepada-Nya, karena “Ia memberi pengampunan dengan limpahnya” (Yes. 55:7). Ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah Allah yang sabar, memberi kesempatan bagi umat-Nya untuk kembali sebelum terlambat.

2. Allah, Sumber Kepuasan Sejati (Mazmur 63:1-8)

Pemazmur menggambarkan bagaimana jiwanya rindu kepada Tuhan seperti tanah kering yang haus akan air. Dia menemukan kepuasan sejati dalam hadirat Allah. Ini mengajarkan kita bahwa kesempatan yang Tuhan berikan bukan hanya sekadar pengampunan dari dosa, tetapi juga panggilan untuk hidup dalam keintiman dengan-Nya. Kita sering mencari kepuasan dalam hal-hal duniawi, tetapi hanya dalam Tuhan kita mendapatkan kepuasan sejati.

3. Peringatan dari Sejarah (1 Korintus 10:1-13)

Paulus mengingatkan jemaat Korintus agar tidak mengulangi kesalahan nenek moyang mereka yang, meskipun telah mengalami pertolongan Tuhan, tetap jatuh dalam dosa. Dia menekankan bahwa cobaan yang kita hadapi tidak melebihi kekuatan kita, karena Tuhan selalu menyediakan jalan keluar. Ini menunjukkan bahwa kesempatan yang Tuhan berikan bukan untuk disia-siakan, tetapi untuk kita manfaatkan dengan bijaksana.

4. Perumpamaan tentang Pohon Ara yang Tidak Berbuah (Lukas 13:1-9)

Dalam perumpamaan ini, Yesus menggambarkan seorang pemilik kebun yang ingin menebang pohon ara karena tidak berbuah selama tiga tahun. Namun, pengurus kebun meminta agar pohon itu diberi satu tahun lagi, dengan perawatan ekstra. Ini adalah gambaran tentang kesabaran Tuhan yang memberikan kesempatan bagi kita untuk bertobat dan menghasilkan buah dalam kehidupan kita.

Kita bisa bertanya pada diri sendiri: Apakah hidup kita sudah menghasilkan buah bagi Tuhan? Ataukah kita masih menjalani kehidupan yang jauh dari-Nya? Tuhan dalam kasih-Nya memberikan kesempatan kedua, tetapi kesempatan itu tidak akan selalu ada selamanya. Ada batas waktu bagi kita untuk bertobat dan berbuah.

Penutup

Yesus adalah pemberi kesempatan bagi kita untuk bertobat dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Undangan-Nya terbuka bagi semua yang haus akan kasih dan pengampunan-Nya. Namun, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan, sebab suatu saat kesempatan itu akan berakhir. Marilah kita menggunakan waktu yang masih Tuhan berikan untuk bertumbuh dalam iman, berbuah dalam kehidupan, dan semakin dekat dengan-Nya.

Pertanyaan refleksi:

  • Bagaimana saya menggunakan kesempatan yang Tuhan berikan dalam hidup saya?
  • Apakah saya sudah bertobat dan menghasilkan buah yang berkenan kepada-Nya?
  • Dalam hal apa saya masih perlu berbenah sebelum kesempatan itu habis?

Doa:
Tuhan yang penuh kasih, terima kasih atas kesempatan yang Engkau berikan kepada kami untuk bertobat dan hidup bagi-Mu. Tolong kami untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang masih ada, tetapi sungguh-sungguh hidup dalam ketaatan dan menghasilkan buah yang berkenan di hadapan-Mu. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

565339
Users Today : 571
Users Yesterday : 1594
This Month : 32928
This Year : 117489
Total Users : 565339
Who's Online : 12