Mau jadi apa gereja ?
“MAU JADI APA GEREJA?”
Ketika seorang ibu menanyakan kepada anaknya yang berusia 6 tahun, “Anakku, kalau kamu nanti sudah besar, mau jadi apa?” Sang anak dengan keceriaannya menjawab, “Aku mau jadi insinyur!”. “Oh ya!”, sahut sang Ibu. “Iya bu, aku mau jadi insinyur pesawat terbang!”. “Kalau begitu, kamu harus rajin belajar ya Nak, jangan malas dan jangan cepat putus asa!” sang Ibu menasehati anaknya.
Sang anakpun menganggukkan kepala seakan akan dia menyetujui dan mengerti akan nasehat sang Ibu.
Berkaca dari percakapan sang Ibu dan anaknya di atas, pertanyaan serupa bisa ditujukan kepada kita jemaat GKI Kota Wisata. Mau jadi apa GKI Kota Wisata nanti?. Sesuai dengan visi dan misi kita untuk menjadi garam dan terang di sekitar kita. Dan jawaban itu seharusnya juga diikuti dengan anggukkan kepala setiap anggota jemaat sebagai tanda bahwa kita semua mengerti atas jawaban kita tersebut. Mengapa? Karena untuk itulah diharapkan keberadaan GKI Kota Wisata dapat memberikan dampak bagi masyarakat sekitarnya seperti tertulis di dalam Matius 5:13-16 yang begitu terkenal dan tidak asing lagi. “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah aia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. ….dst.
Lalu bagaimana kita memaknai hal tersebut?
Pertama:
Kata “MENJADI” mau merujuk pada adanya sebuah proses yang secara terus menerus harus dilakukan, diperjuangkan dan ditingkatkan.
Di dalam analogi di atas, apabila sang anak ingin menjadi insinyur maka mau tidak mau dia harus masuk dan terlibat ke dalam sebuah proses MENJADI insinyur yaitu dengan bersekolah. Tidak cukup hanya bersekolah saja namun ia harus naik kelas dan lulus SD kemudian lanjut ke SMP, SMA, Perguruan Tinggi S1 bahkan mungkin S2 atau S3.
Dalam hal Gereja ingin menjadi “Garam dan Terang”, maka seluruh jemaat mau tidak mau harus masuk dan terlibat ke dalam proses MENJADI GARAM dan TERANG yaitu dengan mau menjawab panggilan Allah, mau belajar dan mendalami FirmanNya, mau dibentuk menjadi saksiNya serta mau diutus melayani pekerjaanNya di dalam dunia dan dalam kehidupan bersama. Setiap jemaat haruslah memiliki KARAKTER Kristus di dalam kehidupannya. Dan kata MENJADI adalah mau BELAJAR seperti Kristus. Di dalam Roma 12:2 dikatakan “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:….”. Dan ini haruslah dimaknai bahwa menjadi garam dan terang tidak boleh sama seperti dunia ini.
Kedua:
Kata “MENJADI” mau menggambarkan adanya perubahan status. Artinya ketika sang anak itu menjadi insinyur maka ia bukan lagi seorang anak yang bercita cita ingin menjadi insinyur melainkan dia adalah seorang insinyur dengan pola pikir seorang insinyur.
Sebagai Gereja, seharusnya setiap anggota jemaat mengalami perubahan status yaitu dari orang yang berdosa menjadi orang merdeka, dari anak anak kegelapan menjadi anak anak terang. Artinya bahwa kita haruslah membawa terang dan menjadi pembeda di tengah masyarakat.
Menjadi Garam dan Terang haruslah diikuti juga dengan perubahan pola pikir dan pola laku, sehingga sebagai Gereja, tiap anggota jemaatnya bisa mengembangkan diri untuk memerankan fungsinya dengan lebih baik dan benar. Dan ini haruslah dimaknai sebagai usaha pembaharuan diri untuk menjadi serupa dengan Kristus untuk menjadi pembaharu di tengah masyarakat.
Ketiga:
Kata “MENJADI” juga hendak menunjukkan adalah sebuah proses yang tidak pernah berhenti sampai pada apa yang dipahami sebagai visi dan misi itu terjadi dan terwujud. Dan dalam konteks ini mengandung unsur waktu yang bisa saja cepat, namun bisa juga sangat panjang dan melelahkan.
Artinya, kita selaku jemaat tidak boleh berpuas diri hanya dengan status sudah menjadi Gereja seperti saat ini. Kita haruslah tetap berusaha dan berproses untuk menjadi Garam dan terang itu sendiri, yang mungkin kita tidak pernah tahu kapan akan terjadi, namun kita mengimani hal itu pasti akan terwujud apabila kita masing masing jemaat mau ambil bagian dalam usaha tersebut. Saling mendukung dalam pelayanan, saling menguatkan dalam kondisi sulit dan tidak cepat lelah dalam saling melayani menjadi sebuah kondisi yang dapat mewujudkan damai sejahtera Allah di dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu, patutlah apabila kita merenungkan :
- Apakah Gereja GKI Kota Wisata (mulai dari Pendeta, Penatua, pengurus komisi, Panitia, Aktifis, anggota jemaat dan simpatisan) mau belajar untuk ber-KARAKTER Kristus?
- Apakah Gereja GKI Kota Wisata (mulai dari Pendeta, Penatua, pengurus komisi, Panitia, Aktifis, anggota jemaat dan simpatisan) sudah melakukan perubahan pola pikir dan pola laku yang merujuk pada pembaharuan diri untuk menjadi serupa dengan Kristus?
Kiranya Tuhan menolong kita semua. (HSE)