Melayani-Nya Selamanya
Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi (1 Timotius 6:12)
Tempat kita berada sekarang adalah tempat yang tepat untuk memulai melayani Tuhan. Terkadang kita berpikir bahwa hanya para Penatua dan Pendeta saja yang dipanggil untuk melayani Tuhan. Padahal sebagai anak Tuhan, kita adalah orang-orang yang juga dipanggil keluar dengan suatu tugas yang spesifik, yaitu untuk menaati Kristus dalam segala hal. Melayani Tuhan bukanlah pekerjaan paruh waktu. Kita harus melayani-Nya dengan konteks kekekalan, karena Allah telah menetapkan kekekalan dalam hati manusia (Pkh. 3:11).
Ingatkah kita akan Maria, saudari Marta dan Lazarus? Maria ingin duduk di kaki Tuhan Yesus untuk belajar dari-Nya. Suatu hari Maria ada bersama Tuhan Yesus dan orang-orang lainnya di rumah Simon, orang kusta. Saat itu, Maria mengambil sebuah buli-buli pualam berisi minyak yang mahal. Ia membuka buli-buli tersebut dan kemudian mencurahkan minyak wangi yang mahal itu ke atas kepala Tuhan Yesus. Melihat hal itu, Yudas menegur dan mencemoohnya dengan mengatakan bahwa minyak tersebut bisa saja dijual dengan harga mahal dan uangnya bisa digunakan untuk memberi makan orang miskin. Akan tetapi Tuhan Yesus membela Maria, dan mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa “Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku” (Mrk. 14:6). Maria telah mempraktikkan hidup melayani dalam kekekalan.
Gereja seharusnya terdiri atas orang-orang seperti Maria, yang melakukan apa yang bisa mereka lakukan untuk kemuliaan nama Tuhan. Orang-orang percaya dipanggil untuk bisa saling melayani. Sebagai orang Kristen yang sudah dipanggil, marilah kita menjawab panggilan itu dengan berperilaku hidup yang berkenan kepada Tuhan serta setia melaksanakan tugas yang telah dipercayakan kepada kita, yaitu bersaksi tentang nama- Nya dan melakukan kehendak-Nya. Pekerjaan Tuhan bukan hanya diberikan kepada Penatua dan Pendeta saja, tetapi setiap orang percaya diberikan tanggung jawab yang besar, yaitu dipanggil untuk menjadi terang Allah di tengah kehidupan pekerjaannya, usaha dan bisnisnya, dalam bersosialisasi di tengah masyarakat, bahkan di lingkungan tempat tinggal kita untuk menyatakan kasih-Nya di tengah-tengah kegelapan rohani.
Ada kisah sepasang suami istri lanjut usia yang berdoa, agar Tuhan menunjukkan kepada mereka bagaimana cara bagi mereka untuk bisa melayani-Nya. Secara fisik, mereka tidak mau mengambil resiko pergi jauh dari rumah. Suatu hari seorang ibu muda, tetangga mereka, mengetuk pintu rumah mereka dan memberikan beberapa roti. Pasangan suami istri lanjut usia ini merasa sangat senang dengan pemberian roti dari ibu muda tersebut. Sang ibu muda diundang masuk ke dalam rumah mereka. Memandang wajah ibu muda tersebut, yang terlihat pucat dengan lingkaran hitam di bawah matanya, sepasang suami istri tahu bahwa si ibu muda menderita suatu penyakit serius. Sang suami yang berusia lanjut itu bertanya kepada ibu muda, apakah mereka bisa berdoa bersama? Seketika itu juga, air mata ibu muda ini mengalir di pipinya. Si ibu muda mengatakan bahwa tak seorang pun yang pernah mendoakannya sebelumnya. Minggu demi minggu dan bulan demi bulan berlalu, pasangan suami istri lanjut usia ini semakin mengenal sang ibu muda. Kadang-kadang pasangan suami istri yang telah lanjut usia ini membantu menjaga anak-anak ibu muda ini, sementara ia pergi untuk menjalani perawatan medis. Pasangan suami istri tersebut membuat kue-kue dan mengajarkan cerita Alkitab kepada anak-anak si ibu muda, setelah mereka pulang sekolah. Pada akhirnya seluruh keluarga ibu muda itu mengenal Tuhan. Doa pasangan suami istri lanjut usia itu pun terjawab. Mereka bisa melayani Tuhan melalui peristiwa tersebut dan mereka tidak malu bersaksi tentang kasihTuhan.
Kisah di atas mengingatkan kepada kita satu hal penting, yakni bahwa Kristus memanggil setiap pengikut-Nya untuk memproklamirkan pesan-Nya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara. Melayani jiwa orang-orang, jauh lebih berharga daripada hanya menyediakan kebutuhan fisik. Saat ini, di mana pun kita berada, ambillah kesempatan untuk dapat melayani Tuhan. Kita bisa mulai di tempat kita berada saat ini. Mungkin saja di sekitar kita ada orang-orang yang membutuhkan pelayanan kita. Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan kepada kita untuk melayani sesama. Selamat melayani- Nya selamanya, di mana pun Tuhan tempatkan kita, baik dalam komunitas kita, gereja kita, kota kita, negara kita, bahkan di tengah-tengah dunia. Agar kita bisa menjadi pengaruh bagi kebaikan hidup orang-orang yang dikaruniakan Kristus. Kiranya Tuhan senantiasa memberkati. Amin. (CAD)