Melayani sepenuh hati dengan integritas
Melayani sepenuh hati dengan integritas
“Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah- bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,” – Filipi 2:14-15
Ciri utama pelayanan adalah pengorbanan. Jika belum ada pengorbanan, sesungguhnya kita masih belum melayani Tuhan dengan sungguh. Meng- apa? Karena tidak ada yang dikorbankan bagi Tuhan. Umumnya kita hanya mau melayani saat keadaan sedang baik atau normal. Padahal sebenarnya pengorbanan itulah yang sangat diperhitungkan oleh Tuhan. Jadi kita dapat dikatakan sedang melayani Tuhan jika kita telah berkorban bagi Tuhan, apapun keadaan- nya (di segala situasi). Karena itu belajarlah setia melayani Tuhan, baik atau tidak baik keadaannya, krisis atau diberkati, suka atau duka. Apapun yang telah kita korbankan bagi Tuhan tidak pernah sia-sia, pasti diperhitungkan-Nya.
Melayani dengan integritas memerlukan mental yang ikhlas dalam meningkatkan standar kejujuran diri sendiri. Diperlukan komitmen untuk menjalani. Diperlukan keinginan, dan keyakinan yang kuat untuk menjalani pelayanan yang berintegritas.
Seseorang tidak bisa memisahkan antara diri sebagai pelayan Tuhan dengan hidupnya. Status pelayanannya tidak bisa dipisahkan dari hidupnya. Jadi seorang Guru Sekolah Minggu, pengurus, majelis, ke manapun mereka berada, status sebagai pelayan Tuhan terbawa. Kehidupan dia adalah panggung pela- yanannya. Bukan saja saat berada di gereja pada hari Minggu tapi seluruh kehidupannya adalah panggung pelayanannya.
Rasanya semua anak Tuhan setuju kalau dalam hidup ini kita butuh campur tangan Tuhan. Ada kalanya beban hidup dan permasalahan itu datang sedemikian rumitnya, sehingga kemampuan manusia yang sangat terbatas ini rasanya tidak sanggup mengatasi hal tersebut sendirian. Tuhan selalu ada, dan selalu punya waktu untuk anak-anak-Nya yang datang kepada-Nya .
Dalam melayani Tuhan jangan pernah memiliki ambisi ingin dihormati dan dihargai, namun kejarlah karakter seorang hamba yaitu rendah hati, tekun, setia dan taat. Pada saatnya, promosi dari Tuhan pasti akan datang dengan sendirinya, “Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain.” (Mzm. 75:7). Jangan sekali-kali kita mengharapkan upah manusia, tapi berharaplah hanya kepada Tuhan. “Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” (Kol. 3:24). Manusia seringkali melihat hasil, tetapi Tuhan lebih menghargai suatu proses; manusia lebih memerhatikan penampilan jasmaniah, tetapi Tuhan melihat hati atau motivasi saat kita melakukan segala sesuatu.
Selagi ada waktu dan kesempatan layanilah Tuhan sepenuh hati dan berilah yang terbaik bagi Dia. Percayalah Ia tidak pernah kekurangan cara untuk memberkati orang-orang yang setia melayani-Nya. Setiap jerih lelah, pengorbanan dan harga yang telah kita bayar untuk melayani Tuhan tak satupun yang terlewatkan dan tak dicatat oleh Tuhan. Pelayanan itu bukanlah beban, melainkan suatu hal yang mulia yang tak ternilai harganya.
Kristus rela mengorbankan nyawa-Nya bagi kita, masakan kita tidak mau berkorban bagi Dia? Mari melayani Tuhan dengan sepenuh hati dan sungguh- sungguh karena Tuhan tidak pernah setengah-setengah memberkati kita. Tuhan memberkati kita. Amin. -TMP