Melayani Tuhan

 

 

 

Melayani, melayani, lebih sungguh
Melayani, melayani, lebih sungguh
Tuhan lebih dulu, melayani kepadaku
Melayani, melayani lebih sungguh

dst

Sepenggal bait dari lagu pujian tsb mencoba kembali mengingatkan arti sebuah pelayanan kita. Mengapa kita melayani Dia? Bagaiamana melayani Dia yang adalah Allah kita? Dan apakah pelayanan kita itu sudah pada jalur yang benar?

Mari kita mencoba merenungkan kisah di dalam Injil Yohanes 12:1-7.  Dalam kisah tersebut digambarkan ada 3 orang yang terlibat aktif dalam kejadian itu, yaitu Yesus sebagai tokoh utama, dan ada Maria serta Yudas.  Apabila kita hanya melihat pada penggalan kisah tanpa melihat siapa jati diri Yudas akhirnya, maka tentu kita akan setuju dengan perkataan Yudas yang kelihatan sangat bijak dengan berkata “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang orang miskin?”. Sungguh pernyataan yang sangat agung dan bijaksana.
Mari kita coba hitung berapa padanan dari harga 300 dinar dari minyak narwastu tersebut.
 
* 1 dinar adalah sama dengan upah pekerja harian di masa itu.
* Apabila disamakan dengan UMR di DKI per hari saat ini maka nilainya
   kurang  lebih upah buruh adalah Rp 96.000 per hari.
* Maka harga minyak yang dituang = 300 X Rp 96.000 = Rp 28.800.000—

Wow, ternyata nilainya sangat fantastis. Hampir mencapai Rp 30.000.000- !! Dan nilanya tentu bukan sebuah nilai uang yang dengan gampang dikumpulkan oleh seorang  buruh atau siapapun juga di saat ini.  Dan menjadi lebih tidak mudah apabila kemudian diberikan melalui cara seperti yang dilakukan Maria kepada Yesus.

Tetapi apakah Yesus terpesona dengan penyataan Yudas itu? Ternyata tidak. Lho, kenapa? Berarti ada sesuatu yang  dinilai Yesus berbeda dengan apa yang dilihat kita sebagai manusia. Yesus, ternyata tidak memberikan penilaian hanya atas dasar apa yang dilihat dan didengar, namun Ia melihat jauh ke dalam hati yang tidak tampak.  Dalam hal ini, penilaian bukan dilihat dari nilai materi yang diberikan, karena di lain sisi Yesus justru menyatakan persembahan seorang janda miskin, yang memberi dua peser uang, namun dikatakanNya bahwa pemberian janda itu melebihi semua orang (Lukas 21:41-44). 

Singkat kata, apa yang dilihat Yesus adalah MOTIVASI dalam memberi!

Dengan demikian, maka ungkapan Yudas menjadi salah, walaupun ucapannya baik, karena dilandasi oleh motif ingin mencuri (Yoh 12:6).  Sebaliknya tindakan Maria, yang menurut orang adalah pemborosan, namun dibenarkan oleh Yesus.  Tepatnya, Maria dibenarkan oleh karena motivasinya.

Lalu, pertanyaan yang muncul adalah “ Apa sebenarnya motivasi Maria meminyaki kaki Yesus?”.
Pertama, dalam Yoh 12 ayat 1 dikatakan, “Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati”.  Artinya di sini, Maria telah mengalami dan menyaksikan bagaimana Yesus membangkitkan Lazarus.  Dari ingatan dan kesaksian tersebut memunculkan iman Maria pada Kristus. Dia yakin bahwa Yesus adalah Tuhan. Kedua, pemberitaan akan kematian Yesus juga telah beberapa kali disampaikan oleh Yesus kepada murid muridNya termasuk didengar oleh Maria. Dan hal itu memunculkan harapan kepada Yesus sebagai juruselamat yang menebus dosa.

Melalui dasar iman dan pengharapan itu menjadi motivasi utama Maria menuangkan minyak narwastu yang mahal dan menyeka kaki Yesus dengan rambutnya.  Tindakan Maria itu menjadi tindakan kasih (bisa dibaca sebagai pelayanan) yang dilandasi oleh iman dan pengharapan.

Berkaca dari apa yang telah dilakukan Maria, maka pertanyaan yang muncul di dalam diri kita masing masing adalah, bagaimana motivasi pelayanan kita selama ini dihadapan penilaian Tuhan? Kita haruslah mengakui secara jujur bahwa tidaklah mungkin ada seseorang yang memiliki motivasi melayani yang benar benar murni, selalu ada motivasi ikutannya.  Kita tahu betapa kompleksnya hati manusia, betapa rumitnya hidup beriman dan betapa sulitnya memiliki hati yang murni di hadapan Tuhan. 

Namun dalam keterbatasan kita, hendaklah kita mencoba memeriksa diri dengan bertanya pada diri sendiri:

 

  • Apakah pelayanan saya bukan sekedar demi memenuhi keinginan dihormati atau diperhatikan atau dihargai?
  • Apakah pelayanan saya bukan sekedar mencari rasa aman dan kepuasan diri atau takut tidak memperoleh berkat?
  • Apabila motivasi saya memiliki motivasi ikutan dan dimanakah letaknya?
  • Bila di bawah motivasi utama, maka kita mohon kekuatan agar selalu bisa mengontrolnya
  • Bila di atas motivasi utama, maka kita harus mohon ampun karena pelayanan menjadi tercemar
  • Apakah motivasi ikutan itu membantu kita dalam pelayanan atau menggangu pelayanan? Misalkan kita aktif dalam pelayanan karena memiliki motivasi ikutan agar kita bisa ikut membina diri maka motivasi ikutan yang demikian dapatlah dimaklumi namun tidak dibenarkan sejauh tidak mengganggu pelayan utama.

Semua refleksi tersebut hanya kita masing masing pribadi yang bisa menjawabnya dengan jujur di hadapan Tuhan.  Dan hendaknya kita selalu mengingat bahwa melayani Tuhan adalah sebuah kerinduan untuk bertemu muka dengan Tuhan, dan semua itu adalah sebuah kesempatan dan anugerah.  Tuhan memberkati.  (dari berbagai sumber – HSE)

 

 

 

KEBAKTIAN MINGGU (HIJAU)

KASIHILAH TUHAN ALLAHMU

Ulangan 6:1-9; Mazmur 119:1-8; Ibrani 9:11-14; Markus 12:28-34

Kebaktian 3 November 2024 oleh Pdt.Gordon S. Hutabarat

Pendahuluan

Pada inti kehidupan rohani umat Allah, kita menemukan panggilan untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita. Perintah ini bukan sekadar hukum yang harus ditaati, melainkan undangan untuk mengalami kedekatan yang tulus dengan Sang Pencipta. Melalui berbagai bacaan Alkitab, kita diajak untuk memahami arti, bentuk, dan penerapan dari kasih yang sungguh-sungguh kepada Allah.

1. Kasih sebagai Hukum Utama (Ulangan 6:1-9)

Di dalam Ulangan 6:1-9, Musa mengajarkan hukum terpenting bagi umat Israel: “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:4-5). Kasih kepada Tuhan bukan hanya satu dari sekian banyak perintah, melainkan yang utama, yang menjadi dasar bagi semua hukum lainnya. Kasih ini menuntut kesetiaan, komitmen, dan kesungguhan yang bukan hanya bersifat emosional, melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan.

Pentingnya perintah ini bagi generasi selanjutnya juga terlihat dari anjuran untuk mengajarkan hukum ini kepada anak-anak. Artinya, kasih kepada Tuhan harus menjadi budaya keluarga, gaya hidup, dan bagian dari percakapan sehari-hari.

2. Kasih yang Mengalir dalam Ketaatan (Mazmur 119:1-8)

Mazmur 119 adalah salah satu mazmur yang mengagungkan firman Tuhan sebagai sumber kebahagiaan dan kesukaan bagi mereka yang setia. Di dalam ayat-ayat pertama, pemazmur menyatakan kebahagiaan orang yang hidup tanpa cela dan yang berjalan dalam Taurat Tuhan. Pemazmur ingin agar hati umat Tuhan dipenuhi oleh firman-Nya, karena hanya dengan merenungkan dan menaati firman itulah kita dapat semakin mengasihi Tuhan.

Ketaatan ini adalah bukti kasih yang tulus. Ketika kita mengikuti jalan-Nya, kita semakin mengenal hati Tuhan. Kasih kepada Tuhan yang sejati bukan hanya perasaan, tetapi diwujudkan dalam langkah-langkah kehidupan yang terarah kepada kehendak-Nya.

3. Kasih yang Diwujudkan melalui Pengorbanan Yesus (Ibrani 9:11-14)

Ibrani 9:11-14 memberikan perspektif yang lebih dalam tentang kasih yang kita miliki kepada Tuhan, yaitu sebagai respons atas kasih Tuhan yang besar. Yesus Kristus, Imam Besar yang sempurna, mengurbankan diri-Nya sendiri untuk membersihkan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia. Pengorbanan Yesus bukan hanya simbol penghapusan dosa, tetapi sebuah pembaruan hubungan kita dengan Tuhan, memampukan kita untuk mengasihi-Nya dengan tulus.

Ketika kita merenungkan pengorbanan Yesus, kita disadarkan betapa besar kasih Tuhan yang telah diberikan kepada kita, dan kita dipanggil untuk merespons kasih itu dengan penuh hormat dan ketaatan.

4. Kasih kepada Tuhan dan Kasih kepada Sesama (Markus 12:28-34)

Dalam Injil Markus, seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus mengenai hukum yang paling utama. Yesus menegaskan bahwa kasih kepada Allah adalah hukum yang pertama dan terbesar, tetapi juga menambahkan bahwa kasih kepada sesama adalah yang kedua dan sama pentingnya. Kasih kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kasih kepada sesama. Bahkan, kasih kepada sesama adalah ekspresi nyata dari kasih kita kepada Tuhan.

Menariknya, ahli Taurat itu menyadari bahwa mengasihi Tuhan dan sesama adalah lebih penting dari semua persembahan dan korban. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kasih sejati kepada Tuhan tidak berhenti pada ritual atau ibadah semata, tetapi harus tercermin dalam tindakan kasih kepada sesama.

Kesimpulan

Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan berarti memberikan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Kasih ini ditunjukkan dalam ketaatan, kesetiaan, dan kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai Kristus. Kasih yang kita miliki bukan sekadar emosi, tetapi suatu komitmen yang nyata, diwujudkan dalam cara kita menghormati Tuhan dan memperlakukan sesama.

Marilah kita merenungkan, apakah hidup kita sudah menjadi bukti kasih kepada Tuhan? Sudahkah kita mendasarkan seluruh keputusan, tindakan, dan tujuan hidup kita pada kasih ini? Melalui pengorbanan Yesus, kita telah diberikan kesempatan untuk mendekat kepada Allah dan untuk mengasihi-Nya dengan kasih yang tak terbatas. Mari kita jadikan kasih kepada Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kita, yang diwujudkan dalam setiap langkah dan tindakan kita, agar nama Tuhan semakin dipermuliakan.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

378350
Users Today : 632
Users Yesterday : 1288
This Month : 2944
This Year : 206112
Total Users : 378350
Who's Online : 6