Memahami Bentuk Kepedulian dan Kasih

Pandemi yang sudah berlangsung satu setengah tahun ini, kondisinya naik turun. Kita pernah pada kondisi agak membaik, yang ditunjukkan dengan jumlah orang yang terpapar Covid-19 dan berkurangnya angka kematian. Saat itu, kita merasa sedikit lega. Namun, ternyata lonjakan jumlah orang yang terpapar dan tingkat hunian RS yang melonjak kembali terjadi dan harus kita hadapi.

Perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai hal sepertinya harus dijalankan dengan serius dan penuh kesadaran. Misalnya, dalam hal bertamu. Dulu, kita merasa tidak sopan jika menemui tamu hanya di depan pintu, tidak mempersilakan masuk ke rumah. Namun, sekarang hal itu berubah. Saya merasa bersyukur, ketika sahabat saya dari GKI Buaran dan beberapa teman lain yang berkunjung ke rumah dan mereka memahami kenapa saya hanya menemui di luar rumah. Kami saling memahami bahwa persahabatan dan ikatan persaudaraan tidak terganggu walau saya tidak mempersilakan mereka masuk ke dalam rumah. Keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan lebih utama daripada hura-hura berkumpul. Sayangnya, masih banyak orang yang abai dengan tatanan kehidupan baru. Mereka lebih mengedepankan ego, hasrat untuk bertemu, berkumpul, makan bersama seperti sulit untuk ditahan.

Fenomena adanya kluster paska liburan terjadi di negara kita. Ketika ada beberapa hari libur, masyarakat banyak yang tidak dapat menguasai diri. Hasrat pergi ke luar kota, pulang kampung, dan rekreasi menguasai diri mereka. Mereka menganggap himbauan Pemerintah untuk tetap di rumah sebagai suatu hal yang mengada-ada. Paska masa libur, grafik peningkatan jumlah orang terpapar, hunian RS, dan jumlah orang meninggal meningkat secara signifikan. Sungguh menyedihkan, rumah sakit padat, bahkan orang yang berobat dan perlu dirawat berada di ruang gawat darurat selama beberapa hari. Ada yang terbaring di bangsal atau tenda karena kamar rawat penuh.

Apakah hal itu akan membuat masyarakat menjadi jera? Kita berharap dan berdoa agar ke depan masyarakat bisa bersatu padu, menyadari, dan mendukung setiap program Pemerintah dalam rangka mengatasi pandemik. Tidak lagi berbuat sesuka hati dan tidak patuh, tetapi lebih berhati-hati dan tidak bepergian kecuali ada hal yang mendesak.

Ada sebuah kisah seorang bayi yang bernama Bev, lahir pada tanggal 8 Juni 2021. Bermula saat keluarga besar mengunjungi ibu dan bayi Bev yang baru lahir. Akibat kunjungan tersebut, bayi Bev dan 17 anggota keluarga tertular Covid- 19. Bahkan papa, mama dan kakak laki Bayi Bev juga tertular. Kakek Bev yang tertular meninggal, disusul oleh bayi Bev yang meninggal pada usia baru 29 hari.

Mari jadikan peristiwa bayi Bev ini sebagai contoh. Jangan berpikir bahwa keluarga pasti aman. Kadang kerinduan untuk berkumpul atau berkunjung dengan keluarga pada saat pandemi begini dapat menjadi musibah atau membahayakan keselamatan Keluarga kita. Sudah banyak yang positiv Covid karena NGUMPUL dengan keluarga yang tidak serumah. Kita harus beradaptasi dengan tatanan baru. Menolak untuk dikunjungi bukan berarti tidak rindu atau sayang dengan keluarga. Untuk sementara gantilah pertemuan langsung dengan pertemuan melalui media digital, melalui telepon atau video call. Mari kita berjuang Bersama untuk kebaikan, agar kita bisa segera menikmati rasa aman dan nyaman.

Kita perlu terus belajar menahan diri, bukan menyusahkan atau menyiksa diri. Perlu saling pengertian dan menghargai satu dengan yang lain untuk kebaikan. Untuk itu kita perlu memiliki pemahaman yang sama agar dapat saling melindungi. Terbuka dalam kebersamaan demi kesehatan dan keselamatan bersama. Mari kita belajar dari nasihat Paulus kepada Jemaat Filipi. “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, dengan tiada digentarkan sedikit pun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah. Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, dalam pergumulan yang sama sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku” (Flp. 1:27-30). (WLI)

KEBAKTIAN MINGGU ADVEN (UNGU)

MENANTI DALAM PENGHARAPAN DAN PENYERAHAN DIRI

Yesaya 64:1-9; Mazmur 80:2-8, 18-20; I Korintus 1:3-9; Markus 13:24-37

Kebaktian 3 Desember 2023, Pdt. Grace Bustami (TPG GKI Cipinang Indah)

Tidak terasa, kita kembali merayakan Adven yang adalah awalTahun Liturgi atau Kalender Gerejawi. Rasid Rachman menjelaskan bahwa Kalender Gerejawi adalah penanggalan yang dibuat oleh gereja untuk mengenang peristiwa yang Kristus lakukan
sebagaimana tertulis di dalam Alkitab Hari ini kita merayakan Adven. Seperti yang telah kita ketahui bersama Adven berasal dari kata Latin: adventus, yang berarti kedatangan. Di dalam Adven kita diminta untuk mempersiapkan kedatangan Kristus yang sudah, sedang dan akan datang. Kristus sudah datang ribuan tahun yang lalu dalam wujud seorang bayi, saat ini Kristus sedang bersama kita dalam seluruh aspek hidup kita, dan pada akhir zaman nanti Kristus akan datang dengan kemuliaan-Nya untuk menjadi Hakim yang Agung.

Secara umum dalam keempat minggu Adven yang ada kita diajak untuk mempersiapkan kedatangan Kristus melalui sikap hati yang penuh dengan pertobatan. Oleh karena itu warna liturgis yang digunakan pada minggu ini adalah ungu, warna yang melambangkan pertobatan. Dalam Adven pertama yang kita rayakan pada minggu ini, kita diajak untuk menghayati kembali tentang kedatangan Kristus di akhir zaman nanti. Kedatangan Kristus di akhir zaman seringkali digambarkan dengan hal-hal yang mengerikan. Seolah-olah dunia ini akan hancur lebur sebelum Kristus datang. Maka tidak heran jika ada banyak orang yang takut dalam menghadapi akhir zaman. Ada orang-orang yang membangun bunker yang begitu kokoh, dirancang agar manusia yang hidup di dalamnya dapat bertahan hidup bertahun-tahun jika akhir itu betul-betul terjadi. Ada juga yang mencoba meramal kapan akhir zaman terjadi atau apa yang mengakibatkan akhir zaman itu terjadi. Hollywoodpun sudah banyak yang menghasilkan film-film yang bertema akhir zaman, seperti: “2012”, ” Armageddon”, “Left Behind”, dan masih banyak film-film lainnya yang ber-genre sama. Dalam kekristenan, akhir zaman pun sangat ramai diperbincangkan, mulai dari seminar-seminar sampai pada nubuatan-nubuatan tentang kapan dan bagaimana tejadinya akhir zaman. Lalu bagaimana seharusnya sikap iman kita ketika menanti kedatangan Kristus di akhirz zaman nanti? Takut, khawatir, cemas ataukah justru penuh pengharapan seperti tema besar pada adven pertama ini. Pengharapan seperti apa yang seharusnya kita hayati dalam menantikan kedatangan Kristus pada akhir zaman?

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda setiap minggu ketiga Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

161579
Users Today : 231
Users Yesterday : 339
This Month : 10213
This Year : 78950
Total Users : 161579
Who's Online : 3