Menantikan Tuhan
Seorang pemuda galau ketika belum juga mendapatkan pekerjaan. Sudah banyak lamaran diajukan, ada yang sudah proses interview tapi hasilnya belum juga keluar. Kemudian mengajukan lagi lamaran baru, diinterview dan akhirnya mendapatkan pekerjaan yang mestinya lumayan baik. Tak sampai bekerja 2 minggu di perusahaan ini, dia memutuskan keluar karena lamarannya yang sebelumnya di BUMN dinyatakan diterima.
Apakah keputusan pemuda ini meninggalkan pekerjaan yang baru saja ditandatanganinya dan dijalaninya lalu memilih keluar begitu saja untuk menjadi pegawai BUMN adalah tepat? Bisa diperdebatkan, tergantung dari sudut pandang masing-masing.
Yang pasti sang pemberi kerja yang baru saja menerimanya kecewa. Dan yangmerekomendasikan pemuda ini untuk diterima juga kecewa. Di sisi lain, pemuda ini dan keluarganya mungkin bersyukur diterima di BUMN, pekerjaan yang banyak diimpikan orang.
Tapi dari kisah ini mungkin kita bisa belajar beberapa hal:
- Belajar menantikan Tuhan akan keputusan yang akan kita ambil, bukan sekedar berdasarkan pertimbangan manusia. Tuhanlah yang empunya kala, Dia sendirilah Sang Kala. Dia bisa menjadikan kita apapun sesuai kehendak-Nya, sehingga kita tidak perlu sampai melanggar janji & komitmen untuk mendapatkan sesuatu. Mazmur 27:14 “Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!”
- Tuhan ingin kita menepati janji sekalipun kita “rugi”. Sama seperti Dia adalah setia dengan janji-Nya, Tuhan juga ingin kita setia dengan janji dan komitmen kita. Mazmur 15:1, 4b “Tuhan, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?… Yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;” Kita tidak akan kehilangan apapun ketika kita bersama dengan Allah. Tuhan sanggup menggantikan beberapa kali lipat untuk apa yang kita rasakan “hilang” di dunia ini sepanjang kita berjalan bersama Dia. Sesungguhnya Tuhan menyimpan dan akan memberikan apa yang menjadi bagian kita pada waktunya.
- Setia kepada perkara kecil, maka Tuhan akan memberikan perkara yang lebih besar. Tuhan ingin kita menjaga integritas dan menjadi pengelola yang baik atas kesempatan yang Tuhan berikan. Lukas 16:10 ”Barangsiapa setia dalam perkara- perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara- perkara besar.”
Tuhan menyatakan jelas kok kehendak-Nya, dan sesungguhnya Dia memberi jaminan-jaminan untuk kita pegang. Ketika kita mencari Tuhan dan menantikan-Nya, Dia akan menunjukkan jalan yang hendak kita tempuh. Mazmur 32:8 “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kau tempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.” Bahkan ketika kita menanti-nantikan Tuhan, kita mendapat kekuatan baru. Yesaya 40:31 “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”
Menantikan Tuhan tidak hanya butuh kesabaran, kesiapan, tapi juga iman. Kesabaran, karena kita dilatih olehnya. Di dalam penantian itu, kita bisa menikmati pembentukan-Nya. Kesiapan, supaya ketika Tuhan menyatakan kehadiran-Nya, kita siap. Tidak seperti perumpamaan wanita bodoh yang tidak berjaga-jaga dengan pelitanya. Iman, percaya bahwa:
- Tuhan bisa bertindak menolong kita
- Tuhan menjawab di waktu yang tepat
- Tuhan tahu yang terbaik buat kita
- Tuhan menuntun kita ke jalan kasih setia dan kebenaran.
Tuhan tahu kok kita menantikan-Nya. Kita yang sering terlalu prematur tidak sabar menantikan jawaban-Nya, cara-Nya dan jalan-Nya. Mari bertanding dengan iman ketika kita menanti-nantikan Tuhan.
Tuhan memberkati kita. (REP)