Menghitung hari dengan bijaksana
MENGHITUNG HARI DENGAN BIJAKSANA
Bila kita hidup sampai 65 tahun, berarti waktu yang kita miliki adalah sekitar 600.000 jam. Anggaplah kita berumur 18 tahun saat menyelesaikan SMU, maka kita masih memiliki 47 tahun, atau hampir 412.000 jam untuk hidup setelah kelulusan itu.
Jika kita menghabiskan waktu 8 jam sehari untuk tidur; 8 jam untuk kegiatan pribadi, kemasyarakatan, dan rekreasi; dan 8 jam untuk bekerja, maka dalam 47 tahun kita memiliki 137.333 jam dalam setiap kategori. Bila kita memasukkan waktu bekerja, melayani dan bermain dalam hitungan jam, maka waktu yang terpakai mungkin terasa lama.Namun bila dilihat dalam terang kekekalan, waktu yang ada akan terasa berlalu begitu cepat. Oleh karena itu, kita harus menggunakan setiap waktu yang ada dengan bijak.
D.J. De Pree, mantan anggota Dewan Direktur RBC yang hidup sampai usia hampir 100 tahun, telah bertahun-tahun memperhitungkan usianya dalam hitungan hari. Bila Anda menanyainya, “Berapa usia Anda?” ia segera akan menjawab dalam hitungan hari. Ia mendasarkan kebiasaannya ini pada Mazmur 90:12, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Kebiasaan, menghitung hari ini mengingatkannya akan perjalanan waktu yang begitu cepat dan perlunya hidup dengan memandang pada nilai-nilai kekekalan.
Namun, sangat disayangkan, terlalu banyak dari kita yang memfokuskan waktu, uang dan tenaga pada perkara-perkara yang kelihatan dan akan lenyap habis dimakan ngengat atau karat dan diambil oleh pencuri. Kita lupa untuk menginvestasikan semua milik kita pada perkara-perkara yang kekal. Kesibukan pekerjaan bahkan kesibukan aktivitas pelayanan membuat kita lupa tujuan sebenarnya kita di dunia ini, mengenal Kristus dan memperkenalkan Kristus.
Agenda yang dipenuhi dengan jadwal pertemuan, rekreaksi, dsb, begitu membelenggu kita hingga kondisi rohani kita yang merupakan aspek penting dalam hidup ini menjadi terbengkalai.Ketika saya berada di tengah-tengah keramaian di antara ratusan orang dalam terminal, stasiun, gedung pencakar langit, airport, saya bertanya, “Adakah mereka memikirkan Tuhan barang sedetikpun? Berpakaian rapi dengan jas berharga mahal, sepatu hitam yang mengkilat, handphone di tangan kiri sambil menjinjing tas yang kelihatannya penuh berisi, saya bertanya dalam hati,”Adakah mereka berpikir tentang Tuhan barang sekejappun?
Kelihatannya mereka bahagia? Tertawa sambil mengisap rokok putih, menyeruput secangkir kopi sambil membicarakan masalah pekerjaan atau bercanda tentang reproduksi manusia.Tampaknya tidak ada yang salah dengan hal itu.Kita berpikir, masih adakah orang-orang yang meluangkan waktunya sedikit saja untuk berbicara tentang Tuhan?
Sinisme jaman ini membuat kita gentar untuk menjadi seorang Kristen yang sungguh-sungguh. Identitas kita di dalam Kristus disembunyikan untuk mendapatkan penerimaan dari orang lain. Benar-benar tindakan yang bodoh.Hari-hari dilalui tanpa pemikiran yang mendalam bahwa Tuhan memberikan kita suatu tugas pelayanan.
Pernahkah kita berhenti dan berpikir sejenak, mengarahkan pandangan ke langit biru nan cerah, melihat awan-awan berbaris dan bergerak perlahan, merenung bahwa ada seorang Pribadi yang telah menentukan bagaimana seharusnya waktu dan hari ini dilalui? Mata yang telanjang tidak dapat melihat menembus langit yang biru itu, tetapi kita tahu, di baliknya ada suatu sistem tata surya yang bergerak dinamis, dengan kecepatan tertentu, dengan waktu tertentu, melakukan perintah dari Sang Pencipta. Bumi mengelilingi matahari dengan kecepatan kurang lebih 107.823 km per jam.Sistem tata surya kita bergerak mengitari pusat galaksi pada kecepatan 788.557 km per jam.
Kenyataan ini membuat kita berpikir dan bertanya, “Adakah waktuku, semua milikku dipersembahkan hanya bagi Tuhan? Adakah aku mau meluangkan waktu untuk mengenal dan berbicara dengan Tuhan? Adakah hari-hariku berkenan di hadapanTuhan dan mengikuti waktunya Tuhan?Adakah hari-hariku dipenuhi dengan melakukan perintahTuhan?
Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu kita, menjalani kehidupan dalam keputusasaan dan kesia-siaan. Semua kita sedang bergerak cepat menuju kekekalan. Tuhan tahu isi hati kita.Dia tahu motivasi kita dalam pekerjaan atau aktivitas kita saat ini. Sudahkah kita memandang segala sesuatu dan melakukan segala sesuatu melalui lensa kekekalan, perkara-perkara yang tidak kelihatan, investasi surgawi?
Jadi, kita harus selalu waspada dan tidak lengah sedetik pun! Kita harus bertanggung jawab menjalani hidup sepanjang waktu yang diberikanTuhan, sebab waktu yang kita jalani ini sedang bergerak menuju kekekalan, dan hidup yang kita jalani sekarang ini memiliki dampak kekekalan. Pertanyaannya: apakah hari-hari yang kita jalani sekarang ini sejalan dengan kehendak Tuhan? Karena apa pun yang kita lakukan sekarang sangat menentukan status kita di hadapanTuhan kelak. (DDT)