Menjadi pelaku sportivitas

Menjadi pelaku sportivitas

Bagi penggemar olah raga tenis lapangan, tentu nama pemain Andy Roddick sudah tidak asing lagi. Pada era tahun 2000 dia pernah menduduki posisi pemuncak rangking pemain putra, dan mengantongi 1 gelar Grandslam selama karirnya.Dia adalah pemain pujaan di USA, bukan karena prestasinya yang sangat spektakuler namun karena sikap dan sifatnya yang baik.

Pada tahun 2005, dalam sebuah kejuaraan babak ke tiga di Roma Master, Andy Roddick menghadapi lawan tangguh dari Spanyol, yaitu Fernando Verdasco. Dalam kondisi yang tertinggal dari lawannya, dan Verdasco memegang keuntungan karena posisi serve.Andy Roddick harus bisa mematahkan serve lawan untuk menghindari dari kekalahan.

Dalam game terakhir itu posisi Andy Roddick tertinggal 0:40 dan Verdasco akan melakukan serve yang ke dua, dan serve kedua dilakukan, lalu wasit garis menyatakan bahwa bola keluar. Wasit menyatakan point untuk Andy Roddick. Namun Andy Roddick mengangkat raketnya dan berjalan ke titik di mana bekas bola serve dari Verdasco jatuh dan dia tampak berbicara kepada wasit. Andy Roddick menyatakan bahwa bola serve dari Verdasco posisinya masuk dan dia menunjukkan buktinya kepada wasit. Sebuah hal yang tidak masuk akal telah dilakukannya. Dan kemudian wasit merevisi keputusannya dan mengesahkan serve Verdasco tersebut masuk dan memperoleh point, sehingga Verdasco memenangkan game tersebut. Dan akhir pertandingan, Verdasco memenangkan pertandingan tersebut melawan Andy Roddick.

Apa yang dilakukan oleh Andy Roddick adalah sebuah kondisi yang sangat langka. Dan untuk sebagian orang, apa yang dilakukannya dianggap sebuah kebodohan karena merugikan dirinya sendiri. Kondisi dunia yang menuntut persaingan yang ketat, terkadang menyebabkan orang melakukan segala hal dan upaya baik dengan cara benar maupun curang, dan kondisi ini sudah menjadi hidangan kita setiap hari di masa sekarang ini.Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan apapun bentuknya sudah menjadi hal yang umum. Yang penting saya menang, peduli amat dengan orang lain.

Namun Alkitab berbicara lain. Sebuah kemenangan bukan saja terletak pada hasil akhir, namun terletak pada proses pencapaiannya yang dinilai lebih penting. Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengingatkan kepada kita untuk menjunjung sportivitas, kejujuran, dan keadilan sesuai dengan aturan lomba yang ada.Membaca dalam 2Timotius 2:5 dikatakan :“Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga”. Paulus di sini secara tegas menyatakan bahwa sebuah mahkota juara (yang diingikan semua orang) itu bernilai bila dicapai dengan cara cara yang benar dan sesuai aturan. Dengan kata lain, kita hanya bisa dikatakan menang jika kita mengikuti aturan. Peraturan-peraturan dibuat ternyata bukan saja untuk membuat segala sesuatu berjalan tertib dan teratur, tetapi juga untuk membuat kita bisa menang.

Sebuah pameo mengatakan : Hidup adalah sebuah perlombaan. Dan tentunya di dalam setiap perlombaan itu harus ada pemenang.Namun, sebagai insan Kristen, bagaimana cara kita dalam menyikapi perlombaan itu menjadi lebih penting. Apakah kita sudah cukup serius dalam melakukannya atau kita masih terus menyia-nyiakan kesempatan atau bahkan melakukan kecurangan serta pelanggaran akan peraturan-peraturan Tuhan yang telah Dia tetapkan sebelumnya.

Lalu apakah yang menjadi pengangan kita dalam menjalani pertandingan di dalam kehidupan agar kita tidak jatuh dalam menghalalkan segala cara?Marilah kita mencoba dengan mengarahkan pandangan kepada Yesus, bukan kepada masalah yang merintangi kita. Fokus yang salah kepada kesusahan, himpitan beban hidup dan sebagainya yang lambat laun akan membuat kita bisa bersikap menghalalkan segala sesuatu walau kadang secara hati nurani kita tahu itu tidak dibenarkan.

Paulus mencapai garis akhirnya dengan gemilang. Dia mengatakan: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” (2 Timotius 4:7-8).

Ketaatan terhadap peraturan Tuhan merupakan hal yang tidak bisa kita abaikan.Yesus menang bukan lewat menbinasakan orang-orang yang jahat, tetapi justru karena ketaatanNya terhadap kehendak Bapa.Ini bisa menjadi gambaran yang jelas bagi kita untuk memperhatikan betul bagaimana cara kita untuk mencapai keberhasilan demi keberhasilan dalam perlombaan hidup kita hingga mencapai garis akhir.

Apa yang telah dilakukan oleh Andy Roddick dalam pertandingan saat itu tentu akan selalu diingat oleh banyak orang. Memang dia bukanlah pemenang dalam pertandingan tenis tersebut, tetapi dia menjadi pemenang atas pertandingan moral. Dan satu hal lain,apa yang dilakukannya akan dicatat juga oleh para wasit apabila suatu saat mereka menjadi pengadil lapangan saat Andy Roddick bermain tentu akan memperhatikan setiap apa yang dia sampaikan dalam setiap pertandingan di kemudian hari. Nilai kejujuran akan melekat pada pribadinya, yang akan membuat orang percaya padanya.

Hal serupa yang seharusnya dilakukan oleh anak anak Allah di dalam bersikap dan bertindak.Ketika dunia berpikir bahwa adalah wajar untuk melakukan apapun asal bisa menang, orang-orang percaya seharusnya memperhatikan proses yang dilakukan untuk mencapainya. Sebab tanpa itu semua, kita tidak akan pernah bisa memperoleh mahkota kehidupan sebagai seorang juara di mata Tuhan.

Jadilah juara yang sejati tanpa mengorbankan nilai nilai dan aturan.

HSE (diolah dari beberapa sumber)

 

 

 

 

KEBAKTIAN MINGGU

AKU DILAYAKKAN

Yesaya 1:10-18; Mazmur 32:1-7; 2 Tesalonika 1:1-4, 11-12; Lukas 19:1-10

Kebaktian 2 November 2025 oleh Pdt. Debora Rachelina S. Simanjuntak

Kita sering berpikir bahwa untuk datang kepada Tuhan, kita harus sudah baik dulu. Kita merasa perlu merapikan diri, menyucikan perilaku, memperbaiki catatan hidup kita agar tampak pantas di hadapan-Nya. Seakan-akan Tuhan hanya menerima orang yang sudah layak, sudah bersih, sudah benar.

Namun, firman hari ini membalikkan cara pandang itu. Tuhan bukan menunggu kita menjadi layak. Dialah yang melayakkan kita.

1. Tuhan Melihat Kedalaman Dosa, Namun Tidak Menolak Orang Berdosa

Yesaya 1:10-18 menunjukkan keadaan umat yang rajin beribadah tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Ibadah mereka dipenuhi kebenaran diri dan kemunafikan. Tuhan tidak menutup mata terhadap dosa; Ia justru menegur dengan tegas.

Namun teguran itu bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk mengundang pertobatan:

“Marilah, baiklah kita berperkara!” firman Tuhan.
“Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju.” (Yes. 1:18)

Tuhan tidak meminta kita datang dalam keadaan putih. Ia berkata, “Datanglah apa adanya, Aku yang memutihkanmu.”

2. Bahagia Bukan Karena Kita Sempurna, Tetapi Karena Kita Diampuni

Pemazmur memahami bahwa kebahagiaan yang sejati bukan berasal dari prestasi rohani atau moral, tetapi dari pengampunan:

“Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya.” (Mzm. 32:1)

Pemazmur pernah memendam dosanya, berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Hasilnya? Tulang-tulangnya seakan remuk. Hidup terasa berat. Namun saat ia mengakui dosanya, ia menemukan kelegaan. Allah menjadi tempat persembunyian yang tidak pernah menekan, tetapi menyembuhkan.

3. Allah yang Melayakkan, Supaya Nama Yesus Dimuliakan dalam Hidup Kita

Dalam 2 Tesalonika 1:11-12, Paulus mendoakan jemaat agar Allah sendiri yang melayakkan mereka untuk panggilan-Nya. Bukan mereka yang membuat diri layak, tetapi Allah yang bekerja melalui kasih karunia-Nya.

Tujuannya jelas:

Agar Tuhan dipermuliakan melalui hidup kita.

Kita diubah bukan untuk membanggakan diri, tetapi supaya Kristus tampak dalam kita.

4. Yesus Datang Untuk Mencari yang Hilang, Termasuk Kita

Lukas 19:1-10 memperlihatkan kisah Zakheus yang penuh cela, seorang pemeras, seorang yang merugikan sesamanya. Ia tidak layak—dalam ukuran manusia.

Tetapi Yesus datang kepadanya:

“Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Luk. 19:5)

Yesus tidak berkata, “Perbaiki dulu hidupmu, baru Aku datang.”
Ia datang lebih dulu, dan kehadiran Yesuslah yang mengubah Zakheus.

Pertobatan bukan syarat untuk dikasihi.
Pertobatan adalah buah dari mengalami kasih itu.

Zakheus berubah setelah ia disentuh oleh kehadiran Yesus.

Penutup

Kita tidak dilayakkan karena ibadah kita, prestasi rohani kita, atau kebaikan yang kita kumpulkan. Kita dilayakkan oleh kasih karunia.

Tuhan berkata,

“Datanglah apa adanya.”
“Aku tahu dosamu, aku tahu lukamu.”
“Aku datang bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyembuhkan.”
“Aku tidak menunggu kamu benar. Aku yang membenarkan.”

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

949143
Users Today : 2461
Users Yesterday : 3096
This Month : 38240
This Year : 501293
Total Users : 949143
Who's Online : 10