Menjadi Ranting yang Berbuah
Pandemi COVID-19 yang membatasi kegiatan warga ternyata memunculkan berbagai kegiatan kreatif. Salah satunya adalah budidaya anggur yang menjadi tren baru warga Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Selain mengasyikkan, kegiatan tersebut juga bernilai ekonomis tinggi, karena anggur merupakan salah satu buah mahal. Manfaat lainnya “Memperkuat imun tubuh, karena begitu melihat buah anggur tumbuh subur, hati menjadi bahagia” aku seorang pelaku budidaya (Antara News Minggu, 5 September 2021). Memang bagi seorang penanam anggur, tiada yang lebih menggembirakan daripada menyaksikan pohon anggur yang ditanamnya mampu berbuah banyak dan berkualitas baik. Nilai sebuah pohon anggur bagi kebanyakan orang terletak dari kemampuannya menghasilkan buah, bukan dari banyaknya daun atau ranting. Melalui buahnya itulah orang menikmati dan menerima manfaat dari keberadaan pohon anggur. Anggur sendiri merupakan tanaman yang paling banyak disebut di Alkitab, melampaui semua tanaman atau tumbuhan lain. Dan pohon anggur telah menjadi tanaman yang amat diperhatikan dan dibudidayakan.
Pada Perjanjian Baru (Yohanes 15:1-8), Yesus menggunakan perumpamaan pokok anggur yang benar untuk menggambarkan hubungan-Nya dengan para murid. Yesus mengibaratkan diri-Nya sebagai pokok anggur – bukan sembarang pokok anggur, akan tetapi pokok anggur yang “benar”. “Benar”karena Allah sendirilah pengusahanya. Sedangkan para murid diibaratkan sebagai rantingranting. Dan sebagaimana seorang petani anggur, Allah menginginkan agar kita sebagai ranting dapat berbuah banyak dengan kualitas yang baik. Akan tetapi ranting tidak mampu hidup dan berbuah sendiri. Ranting bergantung sepenuhnya kepada pokok. Ranting harus menyatu dengan pokok. Hanya dengan demikian, ranting dapat bertahan hidup, tumbuh dan berbuah. “Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” demikian kata Yesus. Yesus lah sumber kehidupan dan kekuatan.
Pesan yang disampaikan Yesus menjadi sangat relevan di masa pandemi Covid-19. Yesus sang pokok anggur adalah satu-satunya sumber kekuatan ketika kita, ranting-rantingnya, menghadapi berbagai masalah dan tantangan. Bukan itu saja, terlebih penting lagi, kehidupan kita dapat menjadi berkat bagi sesama dan lingkungan sehingga nama Tuhan dipermuliakan.
Allah yang baik sesungguhnya telah menyediakan segala sesuatu bagi kita untuk mampu berbuah. Melalui darah Yesus, dosa kita dibersihkan dan kita telah diberikan kehidupan yang baru. Melalui Yesus, Allah telah menyatakan firman- Nya. Allah juga telah menurunkan Roh Kudus untuk menuntun kita dalam menjalani kehidupan. Walaupun demikian tidak setiap kita dapat menghasilkan buah. Sebagian berbuah walau tidak optimal. Mungkin terlalu banyak dedaunan dalam kehidupan kita yang tampaknya indah, akan tetapi sesungguhnya menjadi penghambat untuk mampu menyerap asupan yang disediakan Allah. Kesibukan kita mungkin menyita waktu, pikiran dan hati, sehingga kita tidak sempat untuk merenung dan memahami kehendak Allah. Lingkungan pergaulan mungkin tidak menjadikan kita lebih baik, tetapi semakin menjauhkan kita dari Allah. Sikap dan tingkah laku serta orientasi kehidupan saat ini mungkin membuat kita menjadi batu sandungan, atau bahkan penghancur bagi kehidupan sesama dan keluarga, yang tanpa disadari hanya menjadikan kita layaknya ranting yang tidak berbuah dan menjadi parasit bagi ranting-ranting lainnya.
Melalui perumpamaan ini kita diingatkan untuk memeriksa kembali hu- bungan kita dengan Tuhan. Kita juga diingatkan untuk mau menjalani proses pembersihan untuk mampu berbuah lebih banyak. Suatu proses yang tidak mudah dan mungkin menyakitkan karena kita mungkin harus melalui berbagai pergumul- an dan harus kehilangan hal-hal yang kita sukai dan kita pandang baik selama ini. Seperti saudara-saudara kita di Banjarmasin, mari kita menggunakan masa-masa ini untuk “bertanam anggur dan menjadi ranting yang semakin berbuah”. Walau berat, Allah yang baik senantiasa menyertai dan membantu kita. (ITS)