Menuju Jalan Tuhan

Judul di atas adalah sebuah tema salah satu acara pada televisi swasta yang beberapa waktu lalu saya saksikan. Pernyataan seorang komentator pada awal acara sungguh membuka hati saya. Komentator tersebut menyampaikan bahwa masih ba- nyak orang baik di dunia ini. Namun, cara mereka dalam melakukan kebaikan sering menjadi kontroversi dan bahkan membuat orang lain tidak bisa menerima dengan akal sehat. Tayangan itu menghadirkan dua figur untuk diwawancara, yakni seorang Ustad dan seorang Pendeta. Keduanya sama-sama rohaniawan yang melakukan tugas pelayanan kerohaniawannya di tempat-tempat, yang bagi orang awam dianggap sebagai tempat sumber dosa, yakni lokalisasi dan tempat yang dianggap sebagai hunian bagi sampah masyarakat, yang beberapa penghuninya sedang menunggu eksekusi mati karena perbuatan yang telah diperbuatnya, yakni penjara.

Pak Ustad, yang bernama Gus Miftah, melakukan pelayanan di sebuah lokalisasi. Suatu tempat yang dipandang rendah dan sinis atas orang-orang yang bekerja di situ. Banyak orang tak dapat dan tak mau memahami bagaimana mereka bisa terjerumus ke dalam lembah dosa dan tidak berusaha melakukan apa-apa untuk membantu dan mengubah orang-orang yang mereka anggap hina dan berdosa itu. Padahal, sebenar- nya orang-orang yang dianggap hina dan berdosa itu, memiliki keiinginan untuk bisa kembali ke jalan yang benar dan diangkat dari kubangan dosa. Hanya saja, mereka tidak tahu bagaimana caranya atau tidak ada yang membimbingnya. Gus Miftah menerjemahkan apa yang dilakukannya dengan “Menyalakan lampu di tempat yang gelap dan menyapu di tempat yang kotor; Sebaik-baiknya tempat/orang ada buruknya dan seburuk-buruknya tempat/orang pasti ada baiknya”. Manusia sering menjadi hakim bagi orang lain dan pengacara bagi dirinya sendiri. Padahal yang Tuhan kehendaki adalah adanya pertobatan dan bukan kemunafikan.

Demikian juga dengan sosok Ibu Pendeta Karina de Vega yang mendapat julukan “Ratu Nusakambangan” karena sudah 16 tahun, sejak tahun 2004, beliau keluar masuk Nusakambangan. Bahkan mungkin hampir semua Lembaga Pemasyarakatan sudah beliau kunjungi. Beliau melakukan pelayanan dengan menjadi “sahabat” bagi para narapidana. Membimbing dan menemani para narapidana sampai pada detik-detik ter- akhir menjalani hukuman mati. Beliau bercerita ada seorang narapidana yang meminta dimakamkan di tanah yayasan yatim piatu yang beliau kelola di Boyolali. Selain menjadi sahabat bagi para narapidana, beliau juga membangun perpustakaan, wartel, memberikan pelatihan ketrampilan. Salah satu yang menjadi prinsip dalam pelayanan beliau adalah mendedikasikan hidupnya untuk mereka yang terabaikan, termarjinalkan, dan bahkan mereka yang terhilang.

Pelayanan dua tokoh dalam acara dengan tema ‘Menuju Jalan Tuhan’ tersebut sungguh sangat mulia. Mereka membantu orang-orang yang termarjinalkan, orang- orang yang dianggap dosa dan hina untuk kembali mengenal Tuhan. Proses transformasi ini memang bukanlah proses instan, tentu memerlukan waktu yang panjang. Namun dengan melibatkan kasih, ketulusan, dan kesabaran, maka akan banyak jiwajiwa yang akan terselamatkan. Sebagaimana dalam Lukas 15:7 “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

Ribuan orang ingin berubah, bertobat, namun tidak tahu bagaimana caranya. Mereka seperti orang yang berada dalam kegelapan dan memerlukan seseorang yang membawa cahaya lilin bagi mereka. Kita mungkin tidak sanggup menolong setiap orang yang kita jumpai, tetapi seseorang memerlukan kita untuk memberikan perhatian, kehangatan, kepercayaan, kasih ataupun kesempatan. Melalui kata-kata, pikiran, dan perbuatan, kita dapat menjadi saluran berkat bagi orang banyak. Karenanya, jangan pernah menunda perbuatan baik!

Maka izinkanlah Allah mengasihi orang lain melalui kita dan izinkanlah Allah mengasihi kita melalui orang lain. Tuhan Yesus memberkati. (KKR)

KEBAKTIAN MINGGU

DITUNJUK, DIUTUS, DAN DIPERLENGKAPI

Yesaya 66:10–14; Mazmur 66:1–9; Galatia 6:7–16; Lukas 10:1–11,16–20

Kebaktian 6 Juli 2025 oleh Pdt. Anwar Tjen (Lembaga Alkitab Indonesia)

Hidup orang percaya adalah hidup yang ditunjuk, diutus, dan diperlengkapi oleh Tuhan. Dalam Lukas 10, Yesus menunjuk tujuh puluh murid dan mengutus mereka berdua-dua ke kota-kota yang hendak Ia kunjungi. Mereka tidak berangkat tanpa arah atau kekuatan, melainkan dengan doa, pengajaran, dan kuasa yang Yesus berikan. Mereka dipanggil untuk membawa damai sejahtera dan menegaskan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, sambil menyadari bahwa penolakan yang mereka alami adalah penolakan terhadap Yesus sendiri. Ini adalah pengingat bahwa menjadi utusan Kristus berarti berjalan dalam ketaatan, kerendahan hati, dan keberanian, bukan untuk kemuliaan diri tetapi demi hadirnya kabar baik di tengah dunia.

Mazmur 66 memanggil kita untuk memuji Allah atas karya penyelamatan-Nya yang besar. Pemazmur mengingatkan betapa Allah telah menuntun umat-Nya melewati air dan api, menjaga kaki mereka dari terpeleset. Kesadaran akan pemeliharaan Tuhan inilah yang menjadi dasar kita diutus: bukan karena kekuatan kita sendiri, melainkan karena Allah yang setia menuntun. Dalam Yesaya 66, kita melihat gambaran Allah yang penuh penghiburan dan kelembutan seperti seorang ibu yang menggendong dan menghibur anaknya. Ketika kita merasa letih, takut, atau sendiri dalam menjalankan panggilan Tuhan, kita diingatkan bahwa Allah menyertai kita dengan kasih dan penghiburan-Nya.

Paulus dalam Galatia 6 menasihatkan agar kita menabur di dalam Roh dan berbuat baik kepada semua orang. Ia menekankan bahwa salib Kristus adalah kemegahan sejatinya, penanda identitas dan sumber kekuatan seorang utusan Allah. Inilah panggilan kita bersama: hidup menabur kebaikan, bersandar pada kasih karunia Tuhan, dan bangga hanya pada salib Kristus. Kiranya kita senantiasa membuka hati untuk panggilan-Nya, mau diutus menjadi saksi-Nya di manapun kita berada, sambil percaya penuh bahwa Tuhan yang menunjuk dan mengutus kita juga akan senantiasa memperlengkapi kita. Amin.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

732518
Users Today : 139
Users Yesterday : 1173
This Month : 18720
This Year : 284668
Total Users : 732518
Who's Online : 8