Menyenangkan-Mu
“..menyenangkan-Mu, senangkan-Mu.. hanya itu kerinduanku..”
Syair lagu tersebut pasti tidak asing bagi kita dan syair lagu ini juga yang menginspirasi saya ketika menulis renungan ini. Saya menjadi Kristen sejak dalam kandungan ibu dan lahir dalam keluarga Kristen. Namun hingga saat ini, saya masih tetap belajar bagaimana menjadi murid Kristus yang selalu menyenangkan hati-Nya. Mem- bicarakannya memang sangat mudah. Bahkan ketika membuat komitmen untuk senantiasa mau menyenangkan hati Tuhan sepanjang hidup, tidaklah sulit. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak mudah berperilaku menyenangkan hati Tuhan. Saat kita bertemu dengan gelombang atau riak-riak kehidupan yang tidak bisa kita atasi, terkadang kita tergoda dan terburu-buru mengambil jalan lain, yang kita tahu bertentangan dengan kehendak dan firman-Nya, untuk mengatasinya. Harus kita akui bahwa seringkali kita berdiri di persimpangan jalan. Kita menjadi bimbang dan sulit memutuskan mau bergerak kearah mana, mengutamakan kedagingan atau mengikuti kata Tuhan?
Mari kita belajar dari apa yang terjadi pada jemaat Galatia. Mereka begitu cepat berbalik dari Tuhan dengan mengikuti pemberitaan injil lain. Injil yang menyesatkan dan bermaksud memutarbalikkan Injil Kristus (lihat Galatia 1:6-7). Merespon sikap jemaat Galatia tersebut, dengan tegas Rasul Paulus mengingatkan “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia” (Gal. 1:8). Selanjutnya dalam Galatia 1:10 Rasul Paulus mengatakan “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” Menerima pengajaran yang bertentangan atau berbeda dan bertolak belakang dengan kebenaran Firman-Nya, tidak menyenangkan hati-Nya dan menjadikan hati Tuhan sedih. Ada pepatah yang penuh hikmat berkata: “Jangan sekali-kali bimbang di dalam kegelapan tentang apa yang telah Allah katakan kepadamu di dalam terang.” Firman Tuhan menyatakan dengan tegas bahwa Allah memperhatikan milik-Nya. Tuhan tidak menjanjikan jalan yang selalu menyenangkan, tetapi Dia berjanji untuk menolong kita dan membawa kita keluar dari setiap persoalan. Tuhan tidak membuang batu-batu dari jalan kita, tetapi Dia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk memastikan bahwa kita tidak akan terantuk pada batu-batu itu.
Tuhan sekali-kali tidak akan meninggalkan kita. Sekalipun iman kita goyah, Ia tetap setia dan Firman-Nya tidak pernah berubah. Tuhan menolong kita sebab Dia mengasihi kita. Sayangnya, seringkali kita mengabaikan-Nya dan tidak sungguh-sungguh mengasihi- Nya. Kita sering gagal mengasihi dan menyenangkan hati Tuhan karena kita lebih menyukai perbuatan daging dan mengabaikan pimpinan Roh Kudus. “Perbuatan daging telah nyata, yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu – seperti yang telah kubuat dahulu – bahwa barang siapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (Gal. 5:19- 21).
Sudah berapa kali iblis mencoba membuat kita bimbang? Ketika kita menghadapi sakit penyakit? Saat kita menghadapi pergumulan dalam rumah tangga? Saat kita mengalami hubungan suami-isteri, orangtua-anak yang tidak harmonis? Ketika kita menemui masalah pekerjaan atau usaha yang membuat hampir putus asa? Seringkali kita mempunyai gambaran bahwa Tuhan beserta kita, saat jalan kehidupan mudah. Namun, apabila kita merasa jalan menjadi berat, kita beranggapan bahwa Tuhan telah meninggalkan kita. Padahal yang sering terjadi justru kita yang meninggalkan Tuhan. Betapa seringnya kita lupa kepada Tuhan bila jalan hidup kita mudah dan enak. Kita mulai bersandar kepada kepandaian dan kekuatan kita sendiri. Bila jalan hidup menjadi berat, barulah kita mencari dan mendekat kepada Tuhan, karena kita sungguh memerlukan pertolongan- Nya.
Memang tidak dipungkiri, sebagai anak Tuhan kita banyak menghadapi tantangan dan pergumulan dalam perjalanan hidup. Namun, belajarlah memprioritaskan Tuhan di atas segala kepentingan yang ada, karena Ia selalu mau menolong dan memberikan yang terbaik bagi kita. “Tuhan setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya” (Mzm. 145:13b). Sekalipun kita sering menyakiti hati-Nya dan mengecewakan-Nya, Tuhan tetap bertanggung jawab atas hidup kita dan tidak pernah mengecewakan. Apa respons kita terhadap kesetiaan Tuhan? Tiada cara lain, yaitu senantiasalah hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan. Tetaplah hidup dengan selalu mau menyenangkan hati-Nya, melalui setiap kata dan perbuatan dalam kebenaran. (CAD)