Merubah cara pandang
Sebuah bank pernah menerima banyak keluhan nasabah mengenai kurang ramahnya para petugas garda depan. Manajemen kemudian langsung mengirimkan para petugas tersebut kepelatihan “Service with smile”. Setelah mengikuti pelatihan para petugas ini berusaha untuk melayani pelanggan dengan senyuman tetapi itu hanya 2 Minggu pertama. Minggu ke 3 kondisinya kembali seperti semula. Memang dipagi hari para petugas masih ramah dan tersenyum tetapi lewat tengah hari karena sudah letih mereka kembali memasang muka angker. Jadi dimana letak persoalannya ? Persoalannya adalah karena pelatihan tersebut hanya mengubah perilaku orang bukan paradigmanya. Para petugas memang bisa tersenyum tetapi mereka masih melihat nasabah sebagai “beban”, sebagai “pekerjaan”, dan bukannya sebagai “rezeki”. Karena paradigma mereka belum berubah maka perubahan perilaku yang terjadi hanya bersifat semu. Akar semua persoalan yang kita hadapi adalah paradigma.
Coba bayangkan suatu minggu pagi yang cerah, matahari bersinar lembut ,udara terasa sejuk, dan di kejahuan terdengar suara burung – burung berkicau riang. Anda telah merasakan indahnya hari ini, sambil bersiul – siul kecil Anda membuka pintu rumah Anda nampaklah sebuah kotak bewarna coklat didepan pagar. Ternyata pagi itu Anda mendapat bingkisan. Pengirimnya pun tertera jelas disitu : Tetangga sebelah rumah. Dengan tergesa – gesa Anda segera membuka kotak itu ternyata isinya sangat mengejutkan Anda : setumpuk kotoran sapi. Bagaimana perasaan Anda ? Anda mungkin bingung, kesal, atau marah.“ Ini sudah keterlaluan!” pikir Anda. “Tetangga sebelah itu harus diberi pelajaran !” Lantas apa yang akan Anda lakukan ?Anda mungkin langsung melabraknya. Atau paling tidak mempersiapkan serangan balasan. Nah, kalau Anda jadi melaksanakan niat Anda tersebut, bagaimana respon tetangga Anda ? Bisa dibayangkan “perang” yang terjadi di hari berikutnya bisa lebih seru dari perang AS – Irak tempo hari.
Namun Anie seorang kawan yang mengalami hal ini ternyata memberikan respon yang berbeda. Ia memang terkejut melihat kotoran sapi itu .Tapi kemudian ia berpikir, “Betapa baiknya tetanggaku ini. Ia benar – benar memperhatikan pekaranganku. Ia tahu persis bahwa rumput dan tanamanku tidak terlalu subur. Karena itu ia menyediakan pupuk untukku. Luar biasa, aku harus ke rumahnya sekedar menyampaikan rasa terima kasihku ! “ Pelajaran menarik apa yang dapat diambil dari cerita sederhana tadi? Ternyata kita tidak melihat dunia ini sebagaimana adanya, tetapi sesuai dengan keadaan kita sendiri. We see the worls as we are, not as it is. Dengan demikian sebuah persitiwa yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda tergantung dari mana Anda melihatnya. Bagi kita kotoran sapi dipersepsikan sebagai penghinaan dan ajakan “berperang”. Karena itu kita pun marah dan mempersiapkan serangan balasan. Sementara Anie menganggap kotoran sapi sebagai hadiah dan bukti perhatian tetangganya. Ia justru berterimakasih. Jadi dimana letak masalahnya ? Pada kotoran sapi atau pada cara kita memandang suatu masalah adalah masalah itu sendiri. Dalam bahasa sehari-hari cara kita memandang ini sering disebut dengan berbagai istilah seperti persepsi, asumsi, wawasan, keyakinan, pemikiran, prasangka, prejudis dsb. Semuanya istilah ini terangkum dalam kata paradigma. Paradigma adalah jendela untuk melihat dunia. Saya berani mengatakan bahwa paradigm ini merupakan milik Anda yang terpenting. Mengapa ? Karena semua tindakan Anda apapun tanpa terkecuali, pasti didasari oleh suatu paradigma ! Paradigma adalah cara berpikir, kerangka berpikir, atau cara pandang seseorang dalam memikirkan dan memahami sesuatu. Semua tindakan Anda dalam hidup dasarnya adalah Paradigma. Bagaimana kita melihat suatu masalah akan menentukan apa yang akan kita lakukan. Apa yang kita lakukan akan menentukan apa yang kita dapatkan. Jadi kalau Anda tidak puas dengan apa yang Anda dapatkan sekarang . Anda harus mengubah perilaku Anda. Namun Anda tak akan dapat mengubah perilaku Anda sebelum membongkar paradigma Anda.
Ada satu pernyataan Stephen Covey yang sangat terkenal “If you think the problem is out there, that very thought is a problem.” Kalau Anda merasa masalahnya ada diluar sana ,pikiran itu sendiri sebenarnya adalah masalahnya. Semua paradigm ini harus dibongkar terlebih dulu agar kita mendapatkan perubahan yang langgeng. Membongkar paradigm adalah langkah pertama dan terpenting dalam KEPEMIMPINAN . Pakar kepemimpinan Stephen Covey pernah mengatakan : “If you want small changes, work on your behavior, but if you want quantum-leap changes, work on paradigm, Kalau Anda menginginkan perubahan yang kecil dalam hidup garaplah perilaku Anda , tapi bila Anda menginginkan perubahan – perubahan yang besar dan mendasar, garaplah paradigm Anda !
Dalam Roma 12 : 2 dikatakan : “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah yang sempurna” Selamat untuk merubah cara pandang , Tuhan memberkati. (Diambil dari Arvan P dan berbagai sumber . ) RGU