Motivasi mengikuti Yesus
Seandainya pasangan anda ditanya alasan ia memilih anda, lantas jawabannya bukan karena cinta tetapi karena kaya, banyak harta, warisan yang besar, karena jabatan yang tinggi, status atau popularitas anda, apa yang anda rasakan? Anda akan merasa sedih atau sakit hati bukan? Anda tentu menginginkan jawaban bahwa pasangan anda memilih anda karena ia mencintai anda, bukan karena motivasi-motivasi lainnya. Tidak satupun dari kita yang menginginkan alasan lain dari orang yang kita cintai dalam menjalin hubungan dengan kita selain karena cinta. Pada kenyataannya, tidak jarang orang memilih pasangan bukan karena cinta tapi justru didasari oleh motivasi-motivasi lain. Ada yang karena harta, status atau popularitas sepeti contoh di atas, ada juga yang karena kasihan. Kita bisa bayangkan seperti apa hubungan apabila didasari oleh motivasi-motivasi seperti itu. Sebuah dasar motivasi yang lemah tidak akan kuat bertahan untuk waktu lama, sebuah motivasi yang salah akan menghasilkan outcome yang salah pula.
Jika dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia saja kita perlu memeriksa betul apakah motivasi kita sudah baik dan benar atau belum/tidak, apalagi dalam menjalin hubungan dengan Tuhan, yang menciptakan kita secara istimewa seperti rupa dan gambarNya sendiri. Apabila anda ditanya, mengapa anda mengikuti Yesus, pertanyaan ini mungkin terdengar mudah tetapi pada kenyataannya tidaklah gampang untuk dijawab. Belum tentu orang tahu mengapa ia mengikuti Yesus. Bisa jadi, karena memang sudah turun temurun, bisa jadi karena dilahirkan di lingkungan kristen, bisa pula karena mengharapkan banyak kemudahan, ingin kaya, makmur, mengharapkan pertolongan dan lain-lain yang sifatnya hanya sementara untuk dunia yang fana ini. Mengikuti Yesus hanya didasari pada faktor untung rugi, hanya ingin mengeruk keuntungan dan bukan karena kasih. Yang memiliki motivasi seperti ini hanya ingin meminta dan mendapat tanpa mau memberi dengan membangun hubungan satu arah saja. Mereka mencari Yesus karena berharap berkat-berkat duniawi dan mengira bahwa mereka tidak lagi perlu melakukan apa-apa. Jika mereka tidak menerima apa-apa, mereka pun akan kecewa, menjelek-jelekkan Tuhan dan pergi mencari alternatif-alternatif lain.
Bagaimana reaksi Tuhan terhadap orang-orang yang mencari keuntungan dariNya, orang-orang yang meletakkan motivasinya pada hal-hal untuk mencari kemakmuran menurut ukuran duniawi? Kita bisa melihat itu dari kisah yang mencatat kemarahan Yesus yang begitu besar di Bait Allah pada sebuah Hari Paskah Yahudi. Pada hari itu Yesus pergi ke Yerusalem dan datang ke Bait Suci. Apa yang Yesus lihat pada waktu itu sungguh buruk. “Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.” (Yohanes 2 : 14). Gereja berubah fungsi menjadi pasar. Bayangkan di Bait Suci itu bukan berisi orang-orang yang ingin menyembah dan memuliakan Tuhan, bukan berisi orang-orang yang rindu untuk bertemu dan mendengar Tuhan, tetapi justru penuh dengan para pedagang beserta hewan dagangannya, ditambah lagi para penukar uang, yang dijaman sekarang dikenal dengan money changer, melakukan bisnisnya disana. Kita bisa membayangkan hiruk pikuknya suasana di Bait Suci yang kudus pada saat itu, selayaknya pasar. Pemandangan seperti itu sangatlah menyakiti hati Yesus. Yesus marah besar. Inilah yang selanjutnya Yesus lakukan: “Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” (ay 15-16).
Ada banyak pula orang yang berharap bisa mendapat jodoh, karirnya naik, sembuh dari penyakit dan sebagainya. Tentu saja Tuhan bisa menyediakan itu semua, itu tidak perlu diragukan. Namun semua itu seharusnya bukan menjadi prioritas utama. Seandainya kita diberitahu bahwa mengikut Yesus berarti harus siap sangkal diri, pikul salib, harus mengalami penderitaan, maka akan ada banyak orang yang mengundurkan diri. Mereka inilah yang meletakkan motivasi yang salah dalam mengikut Yesus. Mereka hanya melihat Tuhan sebagai pemberi berkat sebagai motivasi utama, dan bukan karena mereka mengasihi Tuhan. Ini adalah hal yang ironis dan keterlaluan. Kita harus sadar bahwa Tuhan sudah terlebih dahulu mengasihi kita. Cinta yang dimiliki Tuhan atas kita manusia sungguh teramat sangat besar. Bayangkan Tuhan yang begitu besar mau repot-repot mengurusi manusia di dunia yang sangat kecil di tengah alam semesta yang begitu luas. Dia rela mengambil rupa seorang hamba, disiksa dan mati di atas kayu salib demi menyelamatkan kita semua dari kebinasaan kekal. Ini sebuah misi penyelamatan yang mencengangkan, sebuah bentuk kasih terbesar yang pernah ada, the greatest love of all.
Pengajaran-pengajaran yang disampaikan Yesus yang disajikan lewat perumpamaan atau ilustrasi-ilustrasi sederhana pada
waktu itu mendobrak banyak konsep pemahaman keliru. Yesus juga mengadakan begitu banyak mukjizat yang mengatasi logika orang, sehingga tidaklah mengherankan apabila ada banyak orang yang terpesona dan berharap untuk mendapatkan pertolongan. Kondisi manusia pada saat itu carut marut di timpa begitu banyak masalah sehingga kedatangan Yesus menjadi fenomena luar biasa yang menghebohkan. Banyak orang berusaha untuk mencari, mengejar, menemukan dan mendapatkan sesuatu dariNya. Berbagai motivasi pun pasti muncul pada saat itu diantara banyak orang. Ada yang ingin mendengar pengajaranNya, ada yang ingin menyaksikan perbuatan-perbuatan besarNya, ada yang sekadar ingin menonton dan tentu saja tidak sedikit yang ingin menerima mukjizat langsung. Ingin sembuh baik sakit jasmani maupun rohani, ingin dilepaskan, atau ingin berhenti hidup susah dalam kemiskinan.
Kita tidak tahu apa pastinya, tapi melihat begitu banyak orang yang mengejarNya, tentu beragam motivasi muncul disana. Ada yang benar, ada pula yang keliru. Yang pasti berita tentang Yesus pada jaman itu segera menyebar ke mana-mana, menembus batas wilayah, bangsa dan sebagainya. Apabila hal ini terjadi di jaman sekarang, tentu kabar ini akan menyebar pesat ke seluruh dunia lewat berbagai media dan perangkat komunikasi modern. Alangkah berbahaya apabila motivasi yang benar tidak dimiliki ketika kabar ini tersiar. Orang bisa terjebak pada pemahaman-pemahaman keliru, mengira bahwa Yesus tidak lebih dari seorang dokter hebat, paranormal atau bahkan dukun yang bisa memberi segala sesuatu yang hanya berpusat pada pemuasan dunia. Pengajaran-pengajaran yang keliru tentang Yesus akan menjerumuskan dan menyesatkan. Oleh karena itulah bagi kita orang percaya, kita perlu memiliki pemahaman dan motivasi yang benar terlebih dahulu agar bisa menyampaikan kebenaran firman secara tepat pula. Jangan sampai kita menyesatkan banyak orang lewat pemahaman kita yang keliru, apakah secara naif hanya berpikir sempit mengenai kemakmuran duniawi saja, menjanjikan banyak hal tanpa melihat konteks secara utuh dan sebagainya.
Hari ini mari kita periksa secara mendalam iman kita kepada Yesus, motivasi yang mengarahkan kita untuk mengikutiNya. Ada banyak motivasi yang mungkin timbul. Ada yang hanya mencari pemenuhan hal-hal fana, mencari hal-hal spektakuler seperti mukjizat dan keajaiban-keajaiban yang belum pernah dilihat sebelumnya, mencari kesembuhan, kekayaan dan lain-lain, tapi yang terbaik tentu dengan menyadari bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru selamat. Yesus sudah mengatakan bahwa “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14 : 6), “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” (Yohanes 10 : 9). Kita harus benar-benar memastikan dan menjaga diri kita terlebih dahulu agar tidak termotivasi oleh keinginan-keinginan yang berasal dari dunia yang fana. Mari cari dan temukan Yesus dengan sebuah kesadaran penuh bahwa kita membutuhkanNya untuk mengampuni dosa-dosa kita, memulihkan dan melepaskan kita dari keterikatan-keterikatan duniawi yang ada, menemukan keselamatan kekal daripadaNya dan menunjukkan bahwa kita mengikutiNya karena kita mengasihiNya, sebagaimana Dia mengasihi kita. Kisah orang banyak yang mencari Yesus di Kapernaum menjadi saksi dari banyaknya motivasi orang untuk menemukanNya, hendaklah kita tergolong pada orang-orang yang didasari motivasi benar dan bukan termasuk orang tersesat yang malah menyesatkan banyak orang.
Kita sudah diingatkan Yesus bahwa kita tidak akan pernah bisa mengabdi kepada dua tuan. “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Matius 6 : 24). Dengan demikian prioritas haruslah jelas, motivasi kita pun juga harus benar. Ingatlah bahwa “Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” (2 Korintus 5 : 15). Semua itu didasari kasih Bapa yang begitu besar, dan sudah seharusnya kita pun mendasari iman kita kepadaNya atas dasar kasih. Karena kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, raga dan roh kita. Karena kita tahu bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru selamat, didalamNya ada pengharapan, ada kepastian dan jaminan keselamatan. Semua Dia berikan atas dasar kasihNya yang begitu besar pada kita, dan oleh karenanya sudah seharusnya kita pun mengasihiNya tanpa memandang untung rugi tentang hal-hal yang sifatnya fana. Apa yang menjadi motivasi kita hari ini untuk menerima Yesus? Apakah kita masih berpikir untuk mendapatkan laba besar, bisnis lancar, karir meningkat, jodoh datang, sakit disembuhkan, dan sebagainya, atau semata-mata karena kita mengasihi Yesus, yang sudah terlebih dahulu mengasihi kita justru ketika kita masih berlumur dosa? Mari periksa diri kita hari ini. Jika kita masih menemukan motivasi-motivasi untuk mencari keuntungan, berubahlah sekarang sebelum Yesus datang. (DDT)