Need & Want
NEED & WANT
Yakobus 1 : 14 – 15
Tetapi tiap – tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.
Para sahabat yang mendalami marketing, tentu tidak asing dengan konsep “Need” dan “Want”. Salah satu aktifitas penting dari strategi pemasaran adalah mengetahui “need” target pasar, lalu membuat produk / service yang dapat memenuhi “need”tersebut. Aktifitasi marketing selanjutnya adalah bagaimana mengubah “want” menjadi “need”. Bahkan dalam dunia marketing ada semacam “kredo” bahwa marketer yang hebat adalah marketer yang mampu mengubah “want” menjadi “need” target pasarnya.
Kita butuh (need) minum kopi, tapi banyak orang yang ingin (want) minum kopi di Starbuck. Itu kenapa kopi di Starbuck menjadi Rp 35.000; Kita butuh mobil untuk memenuhi kebutuhan transportasi, tapi banyak orang ingin mobil tersebut mencerminkan kelasnya. Itu sebabnya hadir Innova Type Q (untuk kelas menengah) dan BMW atau Mercy (untuk kelas atas). Kita butuh smartphone untuk komunikasi, tapi banyak orang ingin smartphone yang mencerminkan dirinya. Itulah sebabnya hadir Samsung S6 maupun Iphone 6.
Namun Alkitab mengingatkan kita bahwa keinginan dapat menjatuhkan kita. Sesungguhnya banyak pencobaan itu datang karena ketidak mampuan kita mengendalikan keinginan kita. Bahkan ada yang terpikat dan diseret oleh keinginan – keinginannya. Disinilah awal kejatuhan kita ke dalam dosa. Untuk memenuhi keinginannya, orang bersedia hidup dengan cara “lebih besar pasak daripada tiangnya”. Untuk memenuhi keinginannya, orang melakukan korupsi. Dan tentu saja hal ini akan membawa orang tersebut melakukan perbuatan – perbuatan jahat (dosa) lainnya. Dan tanpa disadarinya, orang tersebut telah terperangkap dalam jerat dosa.
Bagaimana caranya agar kita bisa mengendalikan keinginan – keinginan kita sehingga kita terhindar dari perangkap dosa tersebut ? Alkitab mengajari kita untuk selalu bersyukur dalam segala hal (bandingkan dengan I Tesalonika 5 : 16 – 18). Mengapa kita harus selalu mengucap syukur ? Pertama, karena ketika kita mampu mengucap syukur dalam segala hal, maka hal itu akan menolong kita untuk merasakan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, yang memelihara kita (Filipi 4 : 6 – 7). Lalu yang kedua, karena memang keinginan itu tidak pernah bertepi atau istilah kekiniannya adalah “kagak ada matinya”.
Mari belajar untuk selalu mengucap syukur dalam segala hal ! Selamat menjadi berkat.(PSI)