Orang Samaria

ORANG SAMARIA

Inilah perintah-Ku kepadamu: “kasihilah seorang akan yang lain.”
(Yohanes 15:17)

 

Apa yang dapat kita pelajari dari “Kisah Orang Samaria yang Murah Hati” yang terkenal itu? Biasanya kita mendengar nasihat untuk berbuat baik tanpa membeda-bedakan latar belakang orang yang ditolong. Namun, ketika aku membaca sendiri catatan Alkitab tentang kisah tersebut (Lukas 10:25-37), ternyata ada banyak hal menarik yang bisa dipelajari.

1. Berbicara tentang kebenaran tidak menjamin seseorang memiliki hati yang benar.
Menarik untuk memperhatikan bahwa kisah ini ternyata merupakan sebuah perumpamaan yang diceritakan Yesus sebagai jawaban atas “pertanyaan tidak tulus” dari seorang ahli Taurat (Lukas 10:25). Pakar Kitab Suci itu sengaja hendak mencobai Yesus! Ia tidak benar-benar ingin tahu tentang kebenaran, ia hanya ingin menguji Yesus di depan banyak orang. Dalam catatan Lukas sebelumnya, ahli-ahli Taurat dan orang Farisi memang bermaksud mencari-cari kesalahan Yesus (Lukas 6:7,11). Hari ini, kita pun bisa berdiskusi tentang kebenaran dengan motivasi keliru. Kita tidak sungguh-sungguh ingin tahu tentang kebenaran, tetapi hanya ingin memuaskan hasrat intelektual kita, menjebak lawan bicara kita, atau bahkan mempermalukannya di depan orang.

2. Khatam Kitab Suci tidak menjamin perubahan karakter
Dari percakapan yang dicatat Lukas, kita tahu bahwa sang ahli Taurat sangat menguasai isi Kitab Suci-nya. Ia bisa mengutip dengan benar hukum yang utama, yang merangkum semua hukum lainnya (lihat Matius 22:37-40). Namun, ketika ia diminta menerapkan apa yang diketahuinya, ia malah berkelit. “Siapakah sesamaku manusia?” katanya “untuk membenarkan diri” (ayat 29). Bisa jadi kita pun sudah mendengar kebenaran berkali-kali, namun terus mencari pembenaran diri untuk tidak melakukannya.

3. Aktif melayani tidak sama dengan menaati Firman Tuhan
Sang ahli Taurat mungkin terperangah dengan jawaban yang diberikan Yesus. Dua tokoh dalam perumpamaan Yesus adalah orang-orang terkemuka dalam komunitas Yahudi. Seorang imam, dan seorang Lewi, suku yang dikhususkan untuk melayani Bait Allah. Mereka tahu betul tentang hukum-hukum Allah, bahkan selalu memperkatakan kebenaran di depan umat Allah. Sayangnya, keterlibatan aktif dalam pelayanan tidak berarti seseorang menaati Firman Tuhan. Ketika diperhadapkan pada kebutuhan sesamanya, baik sang imam maupun orang Lewi, sama-sama tidak mau mempraktikkan kebenaran yang mereka ketahui dan beritakan. Mungkin mereka takut mengambil risiko menolong orang yang belum mereka kenal. Lagipula, mungkin mereka sangat sibuk dan sedang terburu-buru. Bukankah kita pun kerap demikian? Keaktifan kita melayani bukan jaminan bahwa kita selalu menaati Firman Tuhan.

4. Tuhan menghendaki kita mengasihi sesama manusia, bukan manusia yang sama dengan kita.
Perumpamaan ini adalah jawaban Yesus atas pertanyaan sang ahli Taurat: “Siapakah sesamaku manusia?” Ia mungkin berharap Yesus akan menyebutkan kriteria tertentu, yang kemudian bisa disanggahnya. Tetapi, Yesus malah memberikan perumpamaan yang mengejutkan. Orang Samaria adalah keturunan Yahudi yang sudah berdarah campuran, sehingga dihindari oleh orang Yahudi asli. Namun, ketika mendapati seorang Yahudi yang sekarat, justru orang Samaria yang memberikan pertolongan. Sungguh sebuah contoh yang dramatis! Orang yang ditolongnya bukan hanya berasal dari kaum yang berbeda, tetapi yang selama ini juga menghina dan mengasingkan kaumnya! Sebagai pengikut Kristus, kita pun dipanggil melakukan hal yang sama. Mengasihi sesama manusia bukan karena mereka sama dengan kita, atau berbuat baik kepada kita, tetapi karena Tuhan menghendaki kita menyatakan kasih-Nya kepada sesama kita. Dan, itu berarti termasuk orang-orang yang pernah menyakiti kita.

5. Kita membutuhkan kasih karunia Tuhan untuk memampukan kita mengasihi orang lain.
Yesus meminta sang ahli Taurat meneladani perbuatan orang Samaria yang murah hati (ayat 37). Sebuah perintah yang tidak mudah. Jangankan mengasihi orang yang memandang kita sebelah mata, orang dari kelompok yang sama pun belum tentu mudah untuk dikasihi. Betapa kita semua butuh kasih karunia Tuhan untuk dapat menaati perintah-Nya. sangat sulit untuk benar-benar mengasihi jika kita sendiri belum mengalami kasih Allah. Kita hanya akan baik kepada orang yang juga baik terhadap kita, atau karena kita punya kepentingan tertentu. Namun, ketika kita mengingat kasih Allah kepada kita yang berdosa—Kristus mati ganti kita yang seharusnya mendapat hukuman kekal—kita pun digerakkan dan dimampukan untuk mengasihi sesama dengan tidak tanggung-tanggung, termasuk mereka yang dalam pandangan dunia tidak layak untuk dikasihi

Kisah “Orang Samaria yang Murah Hati” bukan sekadar kisah teladan menolong orang lain tanpa pamrih. Kisah ini seperti cermin yang menunjukkan tembok-tembok keangkuhan diri yang membuat kita cenderung mencari pembenaran diri, tidak menjalankan kebenaran yang sudah berkali-kali kita dengar, menutupi ketidaktaatan kita dengan berbagai aktivitas pelayanan, atau mendefinisikan perintah Tuhan sesuai dengan standar penilaian kita sendiri. Betapa perlu Tuhan menghancurkan tembok-tembok keangkuhan itu agar kita dapat benar-benar mengasihi sesama seperti diri sendiri, sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan.
‘—————————————
Kisah dari buku Pelangi Jiwa – 2009
RPP

 

 

 

 

KEBAKTIAN MINGGU (KHOTBAH PENGAJARAN)

BAPTISAN: HIDUP BERKENAN KEPADANYA

Lukas 3:15-17,21-22

Kebaktian 12 Januari 2025 oleh Pdt. Em. Lazarus Purwanto (GKI Kebayoran Baru)

Pendahuluan

Baptisan merupakan momen penting dalam kehidupan seorang Kristen, sebagai tanda ketaatan kepada Allah dan simbol dimulainya hidup baru dalam Kristus. Dalam Lukas 3:15-17, 21-22, kita melihat peristiwa baptisan Yesus yang mengungkapkan banyak hal tentang identitas-Nya, ketaatan-Nya, dan panggilan untuk hidup berkenan kepada Allah.

Penjelasan Teks

1. Harapan dan Penantian (Lukas 3:15-17)
Pada saat itu, banyak orang menantikan kedatangan Mesias. Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa ia bukan Mesias, melainkan hanya seorang yang mempersiapkan jalan bagi-Nya. Yohanes menggambarkan baptisan sebagai langkah persiapan rohani: ia membaptis dengan air, tetapi Mesias akan membaptis dengan Roh Kudus dan api. Ini menggambarkan transformasi dan penyucian hidup yang lebih mendalam.

2. Ketaatan dan Identitas Yesus (Lukas 3:21-22)
Yesus datang untuk dibaptis, meskipun Ia tidak berdosa. Tindakan ini menunjukkan kerendahan hati-Nya dan ketaatan total kepada kehendak Allah. Saat Yesus dibaptis, langit terbuka, Roh Kudus turun dalam rupa burung merpati, dan suara dari surga berkata, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Momen ini menegaskan identitas Yesus sebagai Anak Allah dan menyatakan bahwa hidup-Nya sepenuhnya berkenan kepada Allah.

Aplikasi dalam Kehidupan

1. Hidup dalam Ketaatan kepada Allah
Yesus menunjukkan teladan sempurna dalam ketaatan kepada Allah. Melalui baptisan, kita diajak untuk memulai hidup baru yang berpusat pada kehendak-Nya. Hidup berkenan kepada Allah berarti meninggalkan dosa, mengikuti pimpinan Roh Kudus, dan hidup dalam kasih serta kebenaran.

2. Menyadari Identitas sebagai Anak Allah
Melalui baptisan, kita diteguhkan sebagai anak-anak Allah. Identitas ini memberi kita tanggung jawab untuk hidup sesuai dengan panggilan-Nya: menjadi terang dan garam dunia. Ingatlah bahwa Allah telah menerima kita dengan kasih-Nya yang besar, dan kita dipanggil untuk hidup dalam persekutuan yang erat dengan-Nya.

3. Menerima Roh Kudus dalam Kehidupan
Yesus membaptis dengan Roh Kudus dan api, menunjukkan pentingnya transformasi batiniah. Roh Kudus bekerja dalam kita untuk memurnikan, menguatkan, dan memampukan kita menjalani hidup yang berkenan kepada-Nya. Mari kita membuka hati untuk dipimpin oleh Roh Kudus dalam setiap aspek kehidupan kita.

Penutup

Peristiwa baptisan Yesus mengingatkan kita tentang pentingnya hidup berkenan kepada Allah. Melalui baptisan, kita memulai perjalanan hidup baru dalam Kristus, menghidupi identitas kita sebagai anak-anak Allah, dan berkomitmen untuk taat kepada-Nya. Marilah kita terus mengandalkan Roh Kudus untuk memampukan kita menjadi pribadi yang memuliakan Allah dalam segala hal.

Pertanyaan Refleksi:

  1. Apakah hidup saya saat ini mencerminkan ketaatan kepada Allah?
  2. Bagaimana saya membiarkan Roh Kudus memimpin hidup saya?
  3. Dalam hal apa saya perlu bertumbuh untuk lebih berkenan kepada Allah?

Kiranya kita semua dapat menjalani hidup yang berkenan kepada-Nya, sebagai respon terhadap kasih dan anugerah-Nya yang melimpah. Amin.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

462747
Users Today : 119
Users Yesterday : 1249
This Month : 14897
This Year : 14897
Total Users : 462747
Who's Online : 6