Pay It Forward
Ketika Kementrian Kesehatan mengumumkan ditemukannya 2 kasus pertama Covid-19 pada tanggal 2 Maret 2020, saat itulah kita mulai merasakan ketakutan dan keresahan. Bulan demi bulan, kita terus dibanjiri dengan berita kasus Covid-19 yang semakin meningkat. Kita pun bisa melihat secara nyata, dampak Pandemi Covid-19 hadir di tengah-tengah kita. Pandemi Covid-19 nyata berdampak luas pada hampir seluruh sendi kehidupan. Selain kondisi kesehatan yang menjadi momok bagi hampir setiap orang, kondisi ekonomi dan psikis pun dirasakan oleh banyak orang. Dampak yang semakin meluas ini tentu menjadi keprihatinan bangsa, pun kita sebagai gereja. Apa yang sudah dan bisa kita lakukan untuk menjadi bagian dari perbaikan kondisi bangsa?
Bagi saya pribadi, situasi seperti ini menjadi moment pengingat, sudahkah kasih Kristus terpancar dalam sikap hidup saya? Melalui tindakan nyata, berharap bisa memberi sedikit sumbangsih bagi perbaikan secara luas. Memberi diri, bukan melulu soal materi, tetapi juga dalam hal yang lain.
Pay it forward, (Hanya Memberi, Tak Harap Kembali, Berikan Kepada Yang Lain) adalah sebuah judul film yang masuk 3 nominasi dan mendapatkan satu Academy Awards. Film yang dirilis tahun 2020 menceritakan seorang anak usia 11 tahun, Trevor (diperankan oleh Haley Joel Osment), yang mendapatkan tugas dari gurunya, Eugene Simonet (diperankan oleh Kevin Spacey) untuk membuat sebuah proyek yang dapat mengubah dunia menjadi lebih baik. Trevor mendapatkan ide jenius, yaitu untuk meng- ubah dunia, yang diperlukan hanya kerelaannya untuk membantu orang lain yang selanjutnya disebut proyek “pay it forward”, sesuai dengan judul filmnya. Praktik proyek “pay it forward” mirip dengan praktik dalam bisnis multi level marketing atau lebih popular dengan nama MLM. Yang harus dia lakukan cukup berbuat baik kepada tiga orang. Setiap orang yang menerima kebaikan diharapkan dapat pay it forward kepada tiga orang lainnya, sehingga perbuatan baik tersebut bisa tersebar luas.
Bayangkan jika Anda menolong seseorang dan katakan padanya untuk tidak membalasnya (pay it back), tetapi meneruskan kebaikan kepada orang lain (pay it forward). Senantiasa berbuat baik tanpa pamrih memang memerlukan suatu sikap mental yang bertolak belakang dengan kebiasaan manusia sekarang. Mungkin banyak di antara kita tergerak untuk berbuat kebaikan karena ada alasan-alasan tertentu yang orientasinya untuk kepentingan diri juga. Kita mau memberikan sesuatu, asal kita juga mendapatkan sesuatu sebagai imbalan, entah itu dalam bentuk materi atau non-materi.
Sebagai murid Kristus, melalukan proyek pay if forward, harusnya bukan suatu hal yang sulit. Saling memberi dan melayani layaknya menjadi gaya hidup murid Kristus. Kristus sendiri yang telah mengajarkan kepada kita untuk mau memberi, tanpa mengharap. Pada masa-masa Prapaska ini kita diajak terus mengingat pengorbanan Kristus bagi keselamatan kita. Kristus rela memberikan nyawanya bagi kita. Dalam Injil Markus 10:45 secara jelas dikatakan “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Yesus sendiri datang bukan untuk dilayani, tapi untuk melayani dan menebus kita. Tuhan, yang seharusnya ada pada posisi tertinggi pun datang memberi diri. Ini sebuah ajaran luar biasa, bahwa untuk menjadi orang yang besar, kita harus siap memberi diri sepenuh hati. Sulitkah? Tidak sama sekali, karena hati kita telah dipenuhi sukacita dan kasih oleh Roh Kudus. Semua telah dicukupi oleh Tuhan.
Tentang hal berbuat baik, tanpa mengharap balasan, juga ditegaskan dalam Injil Lukas 6:35 “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang- orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.” Zaman sekarang, memang sulit menemukan kebaikan tanpa ada maksud di belakangnya. Istilah no free lunch mungkin akrab di telinga kita. Tidak ada yang gratis dan semuanya ada perhitungan untung rugi. Secara tidak sadar, kadang kita memberikan sesuatu dengan mengharap balasan. Padahal, jika kita mengharapkan balasan dari perbuatan baik yang kita lakukan, bisa saja kekecewaan yang kita dapatkan. Lukan 6:35 mengingatkan kepada kita, bahwa ketika kita diberi kesempatan untuk menolong dan memberi kepada orang lain, berikanlah dengan penuh ketulusan. Memberi tanpa, mengharap balasan berarti ucapan syukur kita kepada Tuhan karena berkat dan kesempatan yang diberikan pada kita untuk berbuat baik. Mintalah pada Tuhan kasih dan kerelaan yang besar untuk berbagi dan mengasihi orang lain, bukan hanya untuk menerima ganjaran yang sesuai dengan perbuatan kita, namun karena kita telah lebih dahulu dikasihi dan dilimpahi berkat oleh Tuhan. (dkw)