Penyerahan diri
PENYERAHAN DIRI
“Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.” (Mazmur 37:5)
Kita sebagai orang Kristen yang percaya kepada Tuhan, tentulah tidak asing mendengar kata “PENYERAHAN DIRI” atau dalam ibadah Minggu maupun persekutuan-persekutuan, kita selalu diingatkan agar meyerahkan hidup atau diri kepada Tuhan karena Dia-lah yang empunya kehidupan ini dan Sumber Pengharapan
Ayat nas di atas menggambarkan tentang penyerahan hidup Daud kepada Tuhan, di mana ia yakin bahwa perlindungan yang aman hanya ditemukan dalam Dia. Sebagai raja atas Israel bukan berarti bebas dari masalah, malah dia banyak mengalami kesesakan, penderitaan dan masa-masa sukar yang disebabkan musuh-musuhnya yang berusaha menjatuhkan dia.
Memang kepercayaan kita terhadap Tuhan kita Yesus Kristus tidaklah mempunyai makna apapun jika hanya sekedar percaya tetapi tidak disertai dengan penyerahan penuh kepada Tuhan dan mempercayakan hidup kita kepada-Nya. Berserah berarti menyerahkan hidup kita kepada Tuhan dalam segala keadaan, baik suka maupun duka, saat dalam masalah, penderitaan, sakit, kesulitan, ataupun dalam situasi sedang diberkati dan keadaan sehat. Inilah yang disebut tindakan iman, di mana kita mempercayakan hidup dan mempersilahkan Tuhan berkarya dalam hidup ini.
Dalam situasi jaman sekarang, yang mana kita rasakan bahwa prinsip hedonisme, individulisme dan kesuksesan yang instan menjadi tujuan atau prioritas kehidupan ini, sering kali membuat kita lupa untuk mengandalkan campur tangan Tuhan. Banyak anak-anak Tuhan yang mengandalkan kekuatan dan kepintaran sendiri dibanding tunduk kepada kehendak Tuhan. Penyerahan hidup atau diri kita kepada Tuhan hanyalah slogan saja dan tidak kita lakukan.
Demikian juga seringkali kita membandingkan diri dengan orang lain atas keberhasilan atapun berkat materi yang terlihat mata. Tidak dipungkiri bahwa kita pernah merasa iri hati, kecewa atau marah bila melihat orang lain yang hidupnya tidak benar atau berbuat curang dan dipenuhi oleh perbuatan-perbuatan duniawi, seolah-olah hidup mereka tidak mengalami apa-apa dan berjalan mulus saja. Terkesan mereka tidak pernah kekurangan, sementara kita yang berjuang untuk hidup benar di hadapan Tuhan koq masih menemukan masalah dan banyak tantangan ditambah lagi dengan kondisi kesehatan yang sakit. Sungguh ini merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk dikerjakan, jika “daging” kita merasa sakit.
Di situlah bukti penyerahan hidup kita diuji bahwa kita ini adalah anak-anak Allah. Untuk bisa mengalahkan daging yang cenderung melihat segala sesuatunya dengan kasat mata dibutuhkan penyerahan diri secara total kepada Tuhan. Berserah berarti melepaskan seluruh aspek hidup ini untuk bersama-sama hidup di dalam-Nya, segala kekuatiran kita letakan di dalam tangan-Nya, focus kepada Dia dan secara terus menerus menyerahkan kehendak kita ke dalam kehendak Tuhan dan menolak setiap keinginan daging yang muncul.
Tentulah hal ini mudah dikatakan tetapi sulit dilaksanakan untuk berperang melawan keinginan diri sendiri. Selama masih berada dalam tubuh jasmani, keinginan jiwa kita akan memberikan kekuatan kepada indera kita yang terus menerus membangkitkan hasrat atau keinginan. Jadi, satu-satunya cara yang benar untuk membawa perubahan dalam diri kita adalah mengubah yang di “dalam” diri kita dengan membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan Allah kita. Kita pusatkan pikiran kepada Tuhan dan mendisiplinkan diri terhadap aktifitas yang berhubungan dengan pengenalan akan Dia.
Dalam melakukan penyerahan diri secara total kepada Tuhan, seringkali kita menghadapi halangan-halangan, seperti misalnya ketakutan, kekuatiran dan keangkuhan. Tidak disadari betapa Tuhan sangat mengasihi kita dan lupa untuk berserah kepada kehendak-Nya agar segala kekuatiran dan ketakutan kita dapat dipadamkan. Sifat keangkuhan juga merupakan hambatan yang kadang menyulitkan kita untuk berserah dikarenakan kita diberkati secara materi atau kecukupan financial. Kita mengandalkan kepada kamampuan dan kepintaran kita dalam menjalani kehidupan ini.
Teladan terbesar dari penyerahan diri adalah Yesus. Malam sebelum Dia disalibkan, Yesus menyerahkan diri-Nya kepada kehendak Bapa di Sorga.
Tuhan tahu pergumulan dan pasti memberikan yang terbaik untuk kehidupan kita. Dalam kitab 1 Samuel pasal 1 dikisahkan seorang wanita bernama Hana, istri Elkana yang merupakan perempuan mandul. Pada zaman itu tidak memiliki anak merupakan aib bagi para perempuan dan dianggap tidak diberkati Tuhan. Itulah sebabnya Hana mengalami pergumulan berat. Bisa dibayangkan betapa sakit dan hancurnya hati Hana. Namun demikian, Hana tidak menyerah dan tekun mencari Tuhan. Penyerahan dirinya yang penuh dan jeritan hatinya kepada Tuhan telah menggerakan hati Tuhan untuk menolongnya. Hana akhirnya mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang bukanlah sembarang anak. Anak ini dinamakan Samuel yang menjadi seorang nabi Allah.
Mungkin apa yang terjadi pada Hana, terjadi pula dalam kehidupan kita. Pergumulan yang berat seakan terasa “tidak ada jalan keluar dan pertolongan Tuhan tidak kunjung tiba” membuat kita kecewa. Dalam kondisi seperti ini menuntut kita untuk mengalami perubahan dalam hidup, yakni penyerahan hidup secara total kepada-Nya.
Memahami kehendak Tuhan adalah hal yang diutamakan. Dengan tekun berdoa, membaca Firman Tuhan dan beribadah kepada-Nya melatih kita untuk lebih peka mendengar Suara Tuhan.
Ingatlah akan janji Tuhan seperti ungkapan Daud dalam Mazmur 31:4-5, demikian bunyinya: “Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku. Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku.” (DMI)