Pergumulan Memasuki Tatanan Baru
Pergumulan memasuki tatanan baru
Saat ini persiapan menuju normal baru terus dilakukan pemerintah di berbagai aspek. Protokol kesehatan di perkantoran, di kawasan industri maupun dalam penggunaan fasilitas transportasi umum wajib diikuti oleh semua pihak. Di sektor pendidikan, pedoman untuk normal baru pun mulai disusun agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung efektif dan kesehatan guru serta siswa tetap terlindungi. Pemerintah memang menetapkan protokol kesehatan yang ketat dan cara kerja baru ini demi untuk dapat memasuki tatanan kehidupan baru. Diharapkan ada perubahan perilaku dari masyarakat ketika memasuki kehidupan tatanan baru dengan meningkatkan kedisiplinan memakai masker dan menjaga jarak fisik, karena pandemi Covid-19 adalah masalah dan tanggungj awab kita bersama. Pada dasarnya fokus kebijakan pemerintah saat ini masih di bidang kesehatan dalam rangka menekan risiko kematian dan mendukung masyarakat bisa bertahan hidup dari risiko ekonomi. Pada fase normal baru yang diharapkan bisa kembali menggerakkan roda ekonomi belum tentu mampu menjawab persoalan pengangguran di tengah pandemi. Pemulihan ekonomi yang memakan waktu, protokol baru di dunia usaha, dan potensi pergeseran tren baru di pasar tenaga kerja membuat nasib pekerja korban Covid-19 menjadi tak menentu. Dalam kondisi seperti saat ini, tidak ada jaminan bahwa semua pekerja yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja/PHK dan dirumahkan selama pembatasan sosial berskala besar bisa kembali bekerja di fase normal baru ini. Hal ini akan menjadi pergumulan dan tantangan ke depan. Disatu sisi, pekerja harus bekerja lagi untuk bisa hidup. Di sisi lain, sektor formal tidak akan kembali sepenuhnya seperti semula.
Menyadari bahwa pemulihan ekonomi dalam fase normal baru tidak akan secepat membalikkan telapak tangan, maka sebagai Gereja turut prihatin dan tidak tinggal diam. Gereja tidak menutup mata khususnya terhadap umat-Nya yang tengah mengalami kondisi yang sulit dalam menghadapi kesulitan ekonomi keluarga yang sangat berdampak akibat pandemi ini. Gereja dalam pergumulannya, melalui Seksi Renbang (Rencana dan Pengembangan), Majelis Jemaat membuat survey ke anggota dan simpatisan GKI Kota Wisata dalam bentuk kuesioner untuk dapat memetakan anggota maupun simpatisan yang terdampak akibat Covid-19 yang salah satunya terhadap ekonomi keluarga. Krisis ekonomi tak terhindari juga dialami oleh umat-Nya di GKI Kota Wisata, baik itu yang berdampak pada kehilangan pekerjaan (PHK) maupun juga mereka yang mengalami penurunan penghasilan. Pada Persidangan Majelis Jemaat Khusus (PMJK) pada tanggal 31 Mei 2020, dalam keputusannya terhadap rekomendasi dari hasil survey (yang salah satunya terkait ekonomi keluarga), maka telah diputuskan selain memberikan dukungan doa, ada program prioritas untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu pemberdayaan ekonomi, pemberian sembako dan bantuan tunai. Selanjutnya umat dapat melihat secara lengkap hasil survey tersebut yang dimuat dalam Website GKI Kota Wisata.
Meskipun saat ini ada banyak ketidak pastian yang kita hadapi, ada ketakutan dan kecemasan akan hari depan, namun kita tetap merasakan damai sejahtera karena kita tahu bahwa Allah akan memelihara kehidupan kita. Umat yang percaya kepada Yesus dapat memiliki damai sejahtera di tengah masa-masa yang tidak pasti karena kita memiliki jaminan bahwa Bapa kita yang di sorga mengasihi anak-anak-Nya dan mengetahui kebutuhan kita. Firman Tuhan dalam Matius 6 : 25-26 mengatakan “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian ? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu ?”. Kita dapat menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada-Nya dengan suatu sikap penuh ucapan syukur, sambil memercayai bahwa Dia akan memenuhi kebutuhan kita dan memberikan kita damai sejahtera. “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal,” tulis Rasul Paulus dalam Filipi 4 : 7, “akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Pernyataan bahwa damai sejahtera Allah itu melampaui segala akal menyingkapkan bahwa hal itu tidak dapat kita jelaskan, tetapi dapat kita alami karena Dia memelihara hati dan pikiran kita. Damai sejahtera kita berasal dari keyakinan bahwa Tuhan mengasihi kita dan Dia tetap memegang kendali. Hanya Dialah yang menyediakan penghiburan yang memberikan ketenangan jiwa, yang memenuhi pikiran kita dengan pengharapan, dan yang memampukan kita berserah bahkan di tengah segala perubahan dan tantangan.
Mari kita memasuki tatanan baru (new normal) menjalani kehidupan dengan paradigma baru yang Tuhan perkenan dengan tetap berpengharapan kepada-Nya. Kalaupun ada beban hidup yang saat ini kita hadapi, itu adalah cara Tuhan memproses kita. Roma 8 : 28 mengatakan “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”. Amin (CAD)