Rahasia untuk Tidak Mengeluh
Tidaklah sulit untuk mengingat kapan terakhir kali kita menggerutu tentang sesuatu atau seseorang, mungkin kita akan mengatakan kemarin atau beberapa jam yang lalu. Saat kita sedang melewati masa-masa sulit baik dalam keluarga, pekerjaan, usaha, sekolah dan pada saat itupun kita mengeluh. Semakin kita menggerutu, semakin merasa tidak bahagia; semakin merasa tidak bahagia, semakin banyak menggerutu ibarat benang kusut sulit diurai.
Tentu hal ini bukanlah hidup dan sikap yang Tuhan ingin kita jalani, Tuhan, melalui Paulus mendorong kita untuk “berperilaku yang layak bagi Injil Kristus” (Flp. 1:27). Kita dapat membuktikan kesetiaan kita kepada Kristus dengan cara menaati Tuhan dengan hormat. Dan satu cara untuk menghidupi ketaatan kita adalah melakukan semuanya “tanpa mengeluh atau membantah” (Flp. 2:14), Paulus mengatakan semuanya, bahkan ketika kita diminta melakukan hal yang tidak kita mengerti atau tidak kita suka, ketika doa-doa kita tidak dijawab, dan ketika kita sedang melewati kesulitan dan penganiayaan.
Ayat-ayat tersebut mengingatkan kita bagaimana orang Israel dulu menggerutu dan mempertanyakan pemimpin mereka saat berada di tengah padang gurun (Kel.15:24, 16:8). Sikap orang-orang Israel yang sering mengeluh dan mempertanyakan Tuhan akan situasi mereka merupakan suatu bentuk ketidaktaatan. Hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak percaya kepada Tuhan. Begitu juga segala keluh kesah dan gerutuan kita. Ketika kita melakukannya, semuanya itu tidak hanya diarahkan kepada sesuatu atau seseorang saja, tetapi kita juga melakukannya kepada Tuhan sendiri.
Gerutuan kita bukan hanya merupakan sebuah bentuk ketidaktaatan, itu juga adalah sebuah kesaksian yang buruk bagi orang-orang sekitar kita. Sebagai orang-orang Kristen yang adalah bagian tapi terpisah dari dunia ini, kita seharusnya bersinar layaknya terang, mengikuti teladan Kristus (Yoh. 8:12). Tapi, seringkali kita gagal hidup seperti itu. Pada saat kita mengeluh kepada teman sekerja, apakah kita bertanya-tanya, siapakah yang mereka lihat: Kristus hidup di dalam kita, atau kita yang berlaku layaknya salah satu dari mereka?
Tapi pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa menemukan kekuatan untuk melakukan semuanya tanpa mengeluh, bagaimana kita menemukan sukacita?
Dengan berpegang kepada firman Tuhan (Flp. 2:16), kata Paulus. Bukan hanya itu, kita sudah dijanjikan bahwa Tuhan akan memungkinkan dan melengkapi kita untuk melakukan kehendak-Nya melalui Roh Kudus (Flp. 2:13). Paulus mendorong para jemaat Filipi untuk hidup taat dalam Tuhan, agar ia punya alasan untuk berbangga ketika Kristus kembali. Buah yang dihasilkan para jemaat Filipi sangat membahagiakan (ayat Flp. 2:17), dan merupakan bukti bahwa pengorbanannya untuk mereka tidaklah sia-sia.
Tidaklah mudah untuk menghentikan diri kita sendiri dari mengeluh tentang hal-hal yang tidak kita sukai. Bagi kita, masih sulit sekali untuk mengendalikan ucapan ketika kita mengalami hari yang buruk, terutama ketika semua orang sekitar kita sedang mengeluh karena frustrasi. Tapi ketika kita mengingat identitas kita dalam Kristus, bahwa kita telah dikuatkan untuk hidup berbeda dari yang lain, kita sedang belajar untuk mengendalikan perkataan setiap hari. Alih-alih marah dan melontarkan kata-kata kasar, kita memilih untuk diam sejenak, menenangkan diri dan berdoa. Percayalah kita akan mengalami kebahagiaan dan ketenangan beristirahat dalam kekuasaan-Nya.
Memang tidaklah mudah, tapi ketika kita berdoa dan merenungkan tentang mengapa dan bagaimana, kita dapat menghindar dari tingkah laku tersebut. Kita akan tahu bahwa kepuasan yang kita dapatkan dari mengerutu tidak sebanding dengan hidup dalam sikap yang layak di hadapan firman Tuhan, dan sukacita yang kita rasakan Bersama Tuhan. (AHU)