Saat Ditolak, Kasih Bertindak

Sebagian besar dari kita tentu pernah merasakan ditolak. Misalnya, ditolak ketika ingin masuk sebuah sekolah, ingin masuk suatu tempat kerja, atau saat menyatakan cinta kepada seseorang. Mengalami penolakan menimbulkan rasa tidak enak, kecewa, jengkel, dan bahkan bisa saja menyebabkan trauma yang mungkin saja membuat luka bathin.

Minggu lalu, kita menerima Surat Gembala dari Bada Pekerja Majelis Sinode GKI terkait proses penyelesaian persoalan tempat ibadah GKI Pengadilan di wilayah Taman Yasmin. Dalam surat gembala disampaikan bahwa adanya tandatanda positif ke arah penyelesaian persoalan yang telah berlangsung selama belasan tahun. BPMS GKI menghimbau kepada kita semua untuk terus mendukung dalam doa agar permasalahan bisa selesai dengan cinta damai.

Tentu masih segar dalam ingatan kita, GKI Taman Yasmin yang berlokasi di Jalan KH. R. Abdullah Bin Nuh, Curug Mekar disegel oleh Pemerintah Kota Bogor sebagai buntut dari adanya pengaduan dari masyarakat setempat. Masyarakat setempat beralasan bahwa keberadaan gereja meresahkan warga. Dengan demikian, mereka menolak keberadaan gereja di wilayahnya. Merasa tak terima dengan keputusan Pemkot Bogor, pihak GKI Taman Yasmin melakukan gugatan terkait Pembekuan IMB tersebut. Sayangnya, gugatan tersebut ditolak dan Gereja Taman Yasmin resmi disegel pada 11 Maret 2010.

Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan Majelis Jemaat dan umat di Taman Yasmin dengan penolakan warga sekitar. Kekecewaan dan sakit hati yang mungkin mereka rasakan pada saat itu adalah manusiawi. Namun, apakah rasa itu harus terus dipelahara? Bagaimana kita sebaiknya mengolah rasa sakit hati, memaafkan, dan kemudian melepaskannya? Tuhan mengingatkan kepada setiap kita dalam 1 Korintus 13:4-5 “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cem- buru. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.”

Ayat itu secara tegas mengajarkan kepada kita bagaimana menerapkan kasih, seperti yang Tuhan ajarkan dalam relasi kita kepada sesama. Yesus juga mengajarkan kepada kita untuk tidak mengingat-ingat apa yang telah orang lain lakukan kepada kita di masa lalu dan kemudian membalasnya dengan setimpal. Sebaliknya, Yesus memberi teladan bahwa kita harus memikirkan bagaimana kita ingin diperlakukan dan kemudian bisa memperlakukan orang lain seperti itu.

Terkait dengan sikap teguh meski ditolak, kita juga bisa belajar dari Yehezkiel yang tetap setia memberitakan kebenaran firman Tuhan. Meskipun Yehezkiel telah diberi tahu bahwa ladang pelayanannya bukanlah ladang yang hijau dan berair tenang, ia tak gentar memenuhi panggilan Tuhan. Seperti tertulis dalam Yehezkiel 2:4 “Kepada keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus kau katakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan Allah.” Yehezkiel tetap teguh memenuhi panggilan Tuhan, meskipun yang dilayani adalah para pemberontak, keras kepala, dan tegar hati.

Melalui kisah itu, kita diajarkan untuk terus mengingat dan memegang teguh panggilan Tuhan untuk menjadi saksi-Nya di tengah dunia. Percayalah bahwa setiap kita akan dimampukan dan dilayakkan untuk menerima panggilan Tuhan.

Saat ditolak, biarkan kasih bertindak. Mengasihi, bukan hanya dengan perkataan melainkan dengan perbuatan dan kebenaran. Mampukah kita mengasihi orang lain seperti mengasihi diri sendiri? Saat kita bisa melakukan hal itu berarti kita memandang orang lain sebagaimana kita ingin dipandang, Yesus berkata, “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39). Marilah kita hadir dengan kasih penuh kepada sesama, agar kasih Tuhan terpancar dan boleh dirasakan melalui kehadiran kita. (DKW)

KEBAKTIAN MINGGU PASKA V (Putih)

KETAATAN SEBAGAI ANUGERAH ALLAH

Kisah Para Rasul 16:9–15; Mazmur 67; Wahyu 21:10, 22–22:5; Yohanes 14:23–29

Kebaktian 25 Mei 2025 oleh Pdt. Em. Jonathan Subianto (GKI Samanhudi)

“Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yohanes 14:23)

Ketaatan: Bukan Beban, Tapi Anugerah

Dalam kehidupan rohani, kata “ketaatan” sering terdengar seperti tugas berat yang harus dipikul untuk menyenangkan Tuhan. Kita membayangkan hidup yang penuh aturan dan pengorbanan. Namun, bacaan hari ini mengajarkan bahwa ketaatan bukanlah beban, tetapi respons dari hati yang sudah disentuh kasih karunia.

Kisah Paulus yang menerima visi Makedonia dalam Kisah Para Rasul 16 menegaskan hal ini. Ia tidak merancang sendiri perjalanannya, tetapi merespons pewahyuan Tuhan. Ia taat bukan karena keinginan pribadi, melainkan karena Allah yang terlebih dahulu menyatakan kehendak-Nya.

Lalu kita melihat Lidia, seorang perempuan yang hatinya “dibukakan Tuhan.” Ia percaya dan dibaptis, bukan karena dia mencari Tuhan lebih dahulu, tetapi karena Tuhan bekerja dalam hatinya. Dari kisah Paulus dan Lidia, kita belajar bahwa ketaatan dimulai dari anugerah, bukan inisiatif manusia.

Ketaatan Membawa Kesaksian

Mazmur 67 menyatakan kerinduan agar berkat Tuhan atas umat-Nya menjadi sarana kesaksian bagi bangsa-bangsa. Ketika umat Allah hidup dalam ketaatan, dunia akan melihat terang kasih dan kebenaran Allah. Ketaatan bukan hanya untuk membentuk karakter pribadi, tetapi menjadi sarana kesaksian global.

Ketaatan Berakar pada Visi Kekal

Wahyu 21–22 menunjukkan gambaran Yerusalem Baru—kota penuh terang, di mana Allah tinggal bersama umat-Nya. Inilah arah hidup kita. Bila kita sungguh percaya bahwa tujuan akhir kita adalah hidup kekal bersama Tuhan, maka hidup kita hari ini akan dibentuk oleh harapan itu. Ketaatan menjadi cara kita mempersiapkan diri bagi kemuliaan yang kekal.

Ketaatan Sebagai Ekspresi Kasih

Yesus menyatakan dengan jelas: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yoh. 14:23). Ketaatan bukanlah bentuk keterpaksaan, melainkan buah dari kasih. Dan lebih lagi, Yesus berjanji bahwa Allah akan tinggal bersama orang yang menaati-Nya. Ini adalah relasi, bukan sekadar aturan. Allah ingin berjalan bersama kita, menolong kita lewat Roh Kudus, agar kita dapat hidup dalam firman-Nya.

Aplikasi Praktis dalam Hidup Sehari-hari

  • Mulai Hari dengan Firman dan Doa. Luangkan waktu 10–15 menit setiap pagi untuk membuka Alkitab dan berdoa. Mulailah dengan satu ayat dan renungkan artinya untuk hidupmu hari itu.

  • Latih Ketaatan di Rumah. Bantu tanpa disuruh, ucapkan terima kasih, dan minta maaf saat salah. Rumah adalah tempat pertama untuk menumbuhkan karakter taat.

  • Jadi Terang di Tempat Kerja atau Sekolah. Tunjukkan kejujuran, bantu rekan kerja, dan ambil sikap positif. Orang lain akan melihat perbedaan ketika kita taat pada nilai-nilai Kristus.

  • Dengar dan Tanggapi Suara Roh Kudus. Saat tergerak untuk menolong, mengampuni, atau meminta maaf—responilah segera. Ketaatan sering dimulai dari langkah-langkah kecil.

  • Fokus pada Tujuan Kekal. Buat keputusan berdasarkan kekekalan. Apakah aktivitas ini membawa saya mendekat pada Tuhan? Apakah ini menyenangkan hati-Nya?

Penutup

Ketaatan tidak akan pernah terasa ringan jika kita memulainya dari usaha sendiri. Tetapi saat kita menyadari bahwa Tuhan sudah lebih dulu mengasihi kita, membuka hati kita, memberi visi kekal, dan menghadirkan Roh Kudus untuk menolong, maka kita dapat berkata: “Saya mau taat karena Tuhan begitu baik.”

Ketaatan bukan syarat untuk dikasihi. Kita taat karena sudah dikasihi. Dan dalam setiap langkah ketaatan, kita semakin mengenal dan mengalami hadirat-Nya yang nyata.

Mari kita hidupi ketaatan sebagai anugerah, bukan beban. Dan biarlah dunia melihat terang Tuhan melalui hidup kita yang taat.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

663600
Users Today : 171
Users Yesterday : 1857
This Month : 39182
This Year : 215750
Total Users : 663600
Who's Online : 10