Segala perkara dapat kutanggung..

” Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

Filipi 4:13 adalah salah satu ayat yang akrab bagi umat Kristen, terletak di bagian akhir dari struktur surat Paulus, pada bagian yang berisikan ucapan terima kasihnya kepada orang Filipi. Di kalangan umat Kristiani, seringkali ayat ini dihayati untuk menguatkan, di kala hidup terasa berat. Namun ada pula yang menggunakannya untuk memotivasi diri agar bisa meraih tujuan.

Begitu banyak ayat ini dikutip, sampai-sampai di kaca belakang angkotpun kita dapat membaca tulisan “Filipi 4:13.” Bahkan duapuluh tahun yang lalu, ayat ini tertera pada jubah yang dikenakan petinju legendaris Evander Holyfield saat bertarung melawan Mike Tyson.

Terlepas dari interpretasi pribadi tiap orang, Filipi 4:13 menyiratkan bahwa kekuatan dari Tuhanlah yang sebenarnya memampukan kita menghadapi tiap situasi – baik atau buruk, berat atau ringan – untuk tetap menjalankan misi kasih yang kita bawa sebagai anak-anak Tuhan, di sepanjang hidup kita.

Disebutkan dalam kolom Editorial minggu ini, salah satu hal yang semestinya kita lakukan sebagai bagian dari misi itu adalah menabur karya kebaikan. Dengan demikian, keberadaan kita dapat menjadi terang di tengah lingkungan. Masalahnya, jalan yang kita lalui untuk menabur karya kebaikan itu ternyata tidak selalu mudah.

Lihat saja ke sekitar kita. Bila kita menoleh ke tahun yang telah lalu, begitu banyak contoh dapat kita temukan, baik dalam hidup kita maupun melalui beragam kejadian di sekitar. Kita menyaksikan peristiwa-peristiwa nyata ketika orang yang berusaha hidup benar justru mendapat tentangan dan tekanan habis-habisan. Malah kita sendiri, keluarga, atau anak-anak kitapun, mungkin juga mengalaminya.

Ada saja kesulitan yang menghadang, untuk menjalani hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Sewaktu kita konsisten bekerja dengan jujur, atasan dan lingkungan justru menekan kita. Ingin menghibur atau berbelarasa pada mereka yang tersingkir, malah kitapun ikut dimusuhi. Ingin menolong orang lain, nyatanya kita malah dicurigai. Dan masih banyak contoh lainnya.

Bahkan sejak usia belia ternyata tak selalu mudah menebar kebaikan dan menjadi saksi Kristus di dunia ini. Dalam suatu kesempatan pernah ditanyakan pada sekumpulan anak tentang siapa yang pernah menyontek, melakukan perundungan (bullying), atau yang di luar sepengetahuan orang tuanya telah melakukan hal lain yang tidak baik. Sebagian dari mereka menjawab dengan polos dan jujur, bahwa mereka pernah melakukannya. Kemudian ditanyakan lagi, apakah mereka tahu bahwa hal itu salah? Mereka menjawab “ya, tahu”. Saat digali lebih lanjut tentang alasan mereka melakukannya – meskipun tahu bahwa perilaku tersebut bukan yang dikehendaki Tuhan, – jawabannya bervariasi. Mulai dari “kalau nilai jelek aku dicubit dan dimarahin mama”, sampai “kalau aku berteman sama si X, nggak ikut ngejekin, aku yang jadinya dimusuhin teman-teman,” atau “kalau nggak ikutan ngomong gitu aku malu, aku dibilang gak gaul, terus dijauhin… yang penting kan aku gak ngomong gitu di rumah”.

Jika di “dunia anak dan remaja” saja seperti itu tantangannya saat ini, maka mungkin sebagai orang dewasa kitapun pernah mengalami situasi yang lebih sulit lagi di tengah pekerjaan, keluarga kita sendiri, bahkan di tengah gereja, komunitas atau masyarakat. Banyak dilema harus kita hadapi, sampai rasanya kita tidak mampu bertahan menjadi saksiNya. Namun kalaupun itu tidak mudah, biarlah hari ini kita kembali diyakinkan bahwa kita juga diutus untuk menabur kebaikan, dan kekuatan dari Tuhan sendirilah yang akan memampukan kita mengatasi segala keadaan untuk melaksanakan misi hidup di dalam Kristus.

Semoga di fajar pertama tahun 2017 ini, Filipi 4:13 dapat menjadi peneguh kita untuk terus melangkah maju menunaikan misi yang kita emban.

Tuhan menyertai kita. (GBM)

 

 

 

 

KEBAKTIAN MINGGU (HIJAU)

KASIHILAH TUHAN ALLAHMU

Ulangan 6:1-9; Mazmur 119:1-8; Ibrani 9:11-14; Markus 12:28-34

Kebaktian 3 November 2024 oleh Pdt.Gordon S. Hutabarat

Pendahuluan

Pada inti kehidupan rohani umat Allah, kita menemukan panggilan untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita. Perintah ini bukan sekadar hukum yang harus ditaati, melainkan undangan untuk mengalami kedekatan yang tulus dengan Sang Pencipta. Melalui berbagai bacaan Alkitab, kita diajak untuk memahami arti, bentuk, dan penerapan dari kasih yang sungguh-sungguh kepada Allah.

1. Kasih sebagai Hukum Utama (Ulangan 6:1-9)

Di dalam Ulangan 6:1-9, Musa mengajarkan hukum terpenting bagi umat Israel: “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:4-5). Kasih kepada Tuhan bukan hanya satu dari sekian banyak perintah, melainkan yang utama, yang menjadi dasar bagi semua hukum lainnya. Kasih ini menuntut kesetiaan, komitmen, dan kesungguhan yang bukan hanya bersifat emosional, melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan.

Pentingnya perintah ini bagi generasi selanjutnya juga terlihat dari anjuran untuk mengajarkan hukum ini kepada anak-anak. Artinya, kasih kepada Tuhan harus menjadi budaya keluarga, gaya hidup, dan bagian dari percakapan sehari-hari.

2. Kasih yang Mengalir dalam Ketaatan (Mazmur 119:1-8)

Mazmur 119 adalah salah satu mazmur yang mengagungkan firman Tuhan sebagai sumber kebahagiaan dan kesukaan bagi mereka yang setia. Di dalam ayat-ayat pertama, pemazmur menyatakan kebahagiaan orang yang hidup tanpa cela dan yang berjalan dalam Taurat Tuhan. Pemazmur ingin agar hati umat Tuhan dipenuhi oleh firman-Nya, karena hanya dengan merenungkan dan menaati firman itulah kita dapat semakin mengasihi Tuhan.

Ketaatan ini adalah bukti kasih yang tulus. Ketika kita mengikuti jalan-Nya, kita semakin mengenal hati Tuhan. Kasih kepada Tuhan yang sejati bukan hanya perasaan, tetapi diwujudkan dalam langkah-langkah kehidupan yang terarah kepada kehendak-Nya.

3. Kasih yang Diwujudkan melalui Pengorbanan Yesus (Ibrani 9:11-14)

Ibrani 9:11-14 memberikan perspektif yang lebih dalam tentang kasih yang kita miliki kepada Tuhan, yaitu sebagai respons atas kasih Tuhan yang besar. Yesus Kristus, Imam Besar yang sempurna, mengurbankan diri-Nya sendiri untuk membersihkan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia. Pengorbanan Yesus bukan hanya simbol penghapusan dosa, tetapi sebuah pembaruan hubungan kita dengan Tuhan, memampukan kita untuk mengasihi-Nya dengan tulus.

Ketika kita merenungkan pengorbanan Yesus, kita disadarkan betapa besar kasih Tuhan yang telah diberikan kepada kita, dan kita dipanggil untuk merespons kasih itu dengan penuh hormat dan ketaatan.

4. Kasih kepada Tuhan dan Kasih kepada Sesama (Markus 12:28-34)

Dalam Injil Markus, seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus mengenai hukum yang paling utama. Yesus menegaskan bahwa kasih kepada Allah adalah hukum yang pertama dan terbesar, tetapi juga menambahkan bahwa kasih kepada sesama adalah yang kedua dan sama pentingnya. Kasih kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kasih kepada sesama. Bahkan, kasih kepada sesama adalah ekspresi nyata dari kasih kita kepada Tuhan.

Menariknya, ahli Taurat itu menyadari bahwa mengasihi Tuhan dan sesama adalah lebih penting dari semua persembahan dan korban. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kasih sejati kepada Tuhan tidak berhenti pada ritual atau ibadah semata, tetapi harus tercermin dalam tindakan kasih kepada sesama.

Kesimpulan

Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan berarti memberikan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Kasih ini ditunjukkan dalam ketaatan, kesetiaan, dan kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai Kristus. Kasih yang kita miliki bukan sekadar emosi, tetapi suatu komitmen yang nyata, diwujudkan dalam cara kita menghormati Tuhan dan memperlakukan sesama.

Marilah kita merenungkan, apakah hidup kita sudah menjadi bukti kasih kepada Tuhan? Sudahkah kita mendasarkan seluruh keputusan, tindakan, dan tujuan hidup kita pada kasih ini? Melalui pengorbanan Yesus, kita telah diberikan kesempatan untuk mendekat kepada Allah dan untuk mengasihi-Nya dengan kasih yang tak terbatas. Mari kita jadikan kasih kepada Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kita, yang diwujudkan dalam setiap langkah dan tindakan kita, agar nama Tuhan semakin dipermuliakan.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

376494
Users Today : 64
Users Yesterday : 1024
This Month : 1088
This Year : 204256
Total Users : 376494
Who's Online : 3