Sola Fide, Sola Gratia, dan Sola Scriptura

Andreas menatap layar ponselnya dengan kerut di kening. Ia hendak mengunjungi sebuah kafe yang konon menyajikan makanan dan minuman sehat. Namun, rekomendasi dari berbagai sumber justru saling bertentangan. Sebagian orang memuji kualitas bahan alaminya, sementara segelintir lainnya menuding kafe tersebut menggunakan pemanis tiruan. Andreas bingung: apakah ia harus percaya pada ulasan yang positif atau waspada terhadap gosip miring?

Di era ini, mudah sekali menemukan kabar yang simpang siur. Fakta kerap dipelintir, opini meledak jadi “kebenaran” baru, dan kita berjuang membedakan mana realita sejati. Banyak orang merasa kewalahan saat berupaya menata hidup. Bagaimana cara membuat keputusan arif bila setiap suara mengklaim dirinya paling benar?

Menimbang keadaan tersebut, ada tiga pilar iman Kristen yang tak lekang oleh waktu: Sola Fide (Hanya oleh Iman), Sola Gratia (Hanya oleh Anugerah), dan Sola Scriptura (Hanya oleh Firman). Ketiganya merupakan fondasi yang mampu memandu kita dalam memilih jalan hidup yang kokoh, meski dikepung begitu banyak pendapat.

Pertama, Sola Fide menegaskan bahwa kita dibenarkan di hadapan Allah melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan lewat kerja keras atau reputasi. Hal ini menolong banyak orang meletakkan kepercayaan mereka pada otoritas ilahi, bukan pada ketidakpastian dunia. Sehebat apa pun publik memuji atau mencibir, iman tidak bergantung pada penilaian manusia. Justru, Roma 1:17 menegaskan, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman.” Dengan memegang teguh iman semacam ini, kita tidak gampang goyah meski dibombardir berbagai informasi.

Kedua, Sola Gratia menitikberatkan bahwa keselamatan adalah anugerah cuma-cuma dari Allah. Dunia sering menuntut kita agar selalu tampil sempurna, namun anugerah menyatakan kita diterima apa adanya oleh kasih Allah. Efesus 2:8 berbunyi, “Sebab karena anugerah kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” Kesadaran akan anugerah menolong seseorang melepaskan diri dari keharusan menyenangkan semua orang. Hidup pun terasa lebih ringan karena kita tak perlu terjebak membuktikan kelayakan di hadapan standar yang terus berubah.

Ketiga, Sola Scriptura meneguhkan Alkitab sebagai otoritas tertinggi. Saat kita dihadapkan pada banjir opini, Firman Tuhan menjadi kompas penunjuk jalan. 2 Timotius 3:16 menyebut, “Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Prinsip ini menjaga kita dari kesembronoan memilih sumber nilai. Alih-alih menjadikan tren sebagai patokan, kita merujuk kepada kebenaran abadi yang menembus zaman.

Manakala seseorang ingin menata hidup dalam ketidakpastian, tiga pilar ini menjadi pijakan kokoh. Sola Fide memupuk keyakinan yang tak tergoyahkan oleh opini publik. Sola Gratia menghalau obsesi memburu pengakuan. Sola Scriptura memastikan langkah kita tetap di jalur kebenaran, bukan sekadar ikut arus.

Ketika akhirnya kita memutuskan sesuatu, kita akan melakukannya dengan sikap yang lebih bijak. Kita sadar, opini orang bisa berubah-ubah, tetapi keyakinan kita kepada Allah bersifat tetap. Dengan menghidupi iman, menerima anugerah, dan bertumpu pada Firman, kita tidak lagi kebingungan meski dunia semakin membingungkan atau ambigu.

Tanpa Sola Fide, kita mudah diruntuhkan oleh kritik dan penghakiman.

Tanpa Sola Gratia, kita sibuk membuktikan diri agar merasa layak.

Tanpa Sola Scriptura, kita kehilangan pedoman hakiki.

Mari berpegang teguh pada ketiganya, agar kita tidak lagi tersesat dalam kabut zaman yang kian membingungkan. (SAR)

KEBAKTIAN MINGGU (HIJAU)

DICINTAI DAN DIPANGGILNYA

Yesaya 6:1-13, Mazmur 138, 1 Korintus 15:1-11, Lukas 5:1-11

Kebaktian 9 Februari 2025 oleh Pdt. Febrita Melati Simorangkir (GKI Cikarang)

Pendahuluan
Setiap kita pernah merasa tidak layak, merasa kecil di hadapan Tuhan. Namun, kasih dan panggilan-Nya selalu mendahului kekurangan kita. Hari ini, kita akan melihat bagaimana Tuhan mencintai dan memanggil hamba-hamba-Nya untuk melayani-Nya, meskipun mereka merasa tidak layak.


1. Dicintai dan Dimurnikan oleh Allah (Yesaya 6:1-13)
Yesaya mengalami perjumpaan dengan Allah dalam kemuliaan-Nya. Ia melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan mendengar para Serafim berseru, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam!” (Yes. 6:3). Dalam kekudusan Allah, Yesaya sadar akan dosa dan ketidaklayakannya: “Celakalah aku! Aku binasa!” (Yes. 6:5). Namun, Allah tidak membiarkan Yesaya tenggelam dalam rasa ketidaklayakan itu. Dia menyucikan bibirnya dengan bara dari mezbah dan mengutusnya.

Pelajaran: Tuhan tidak hanya menunjukkan kasih-Nya dengan memilih kita, tetapi juga menyucikan dan mempersiapkan kita untuk pelayanan.


2. Bersyukur atas Kasih dan Kesetiaan Tuhan (Mazmur 138)
Pemazmur memuji Tuhan karena kasih setia-Nya. Dalam Mazmur 138, Daud menuliskan bagaimana Tuhan menjawab ketika ia berseru dan memberikan keberanian dalam jiwanya (Mzm. 138:3). Allah yang Maha Tinggi memperhatikan yang hina dan menguatkan umat-Nya.

Pelajaran: Sebagai orang-orang yang dipanggil, kita harus senantiasa mengingat dan bersyukur bahwa kita dicintai dan diperhatikan oleh Tuhan.


3. Panggilan yang Mengubah Hidup (1 Korintus 15:1-11)
Paulus menyadari bahwa ia adalah yang paling hina di antara para rasul karena pernah menganiaya gereja Tuhan (1 Kor. 15:9). Namun, kasih karunia Tuhan mengubahnya dan memanggilnya untuk menjadi pemberita Injil.

Pelajaran: Tidak ada seorang pun yang terlalu berdosa atau tidak layak untuk dipakai Tuhan. Kasih karunia-Nya lebih besar dari kegagalan kita.


4. Meninggalkan Segalanya untuk Mengikut Yesus (Lukas 5:1-11)
Simon Petrus mengalami mujizat penangkapan ikan yang luar biasa. Saat menyadari kuasa Yesus, ia pun tersungkur dan berkata, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa” (Luk. 5:8). Tetapi Yesus tidak menolak Petrus. Sebaliknya, Ia memanggilnya untuk menjadi penjala manusia.

Pelajaran: Ketika kita menyadari kasih dan panggilan Tuhan, respons yang benar adalah meninggalkan segalanya dan mengikuti-Nya dengan iman.


Kesimpulan
Kita semua dicintai Tuhan, bukan karena kebaikan kita, tetapi karena anugerah-Nya. Tuhan menyucikan dan memampukan kita seperti Yesaya. Tuhan menguatkan kita seperti Daud. Tuhan memanggil kita seperti Paulus. Dan Tuhan memimpin kita seperti Petrus.

Maka, mari kita merespons kasih dan panggilan-Nya dengan hati yang siap dipakai-Nya. Kita mungkin merasa tidak layak, tetapi ingatlah: kita bukan dipanggil karena kita layak, tetapi karena Dia mengasihi kita dan memampukan kita. Amin.

 

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

500487
Users Today : 1282
Users Yesterday : 1258
This Month : 14244
This Year : 52637
Total Users : 500487
Who's Online : 5