Sukacita di dalam Kristus: Mengubahkan, Mencerahkan, Memberdayakan

Ada banyak alasan orang merasa senang. Mendapat hadiah, kejutan, keinginan, atau karena berhasil mencapai yang dicita-citakan. Pastinya, semua berhubungan dengan perasaan puas karena mendapatkan atau mencapai sesuatu.

Lalu apa bedanya perasaan senang dengan sukacita? Kita sering menganggapnya sama. Keduanya merupakan luapan emosi positif karena ada rasa puas setelah sesuatu yang dipersepsikan positif terjadi. Namun, ternyata Alkitab mendefinisikannya lebih kuat untuk kata sukacita. Di tengah ratusan kata sukacita yang tercatat di dalam Alkitab dalam berbagai konteksnya, mari kita tengok 3 ayat diantaranya: “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Rm. 12:12). “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Flp. 4:4). “Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah, usahakanlah dirimu supaya sem- purna. Terimalah segala nasihatku! Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera; maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu!” (2Kor 13:11).

Nyata sudah bahwa sukacita adalah rasa puas karena ada keteguhan hati dan damai sejahtera di dalam diri yang kemudian mendorong penguasaan diri dan kestabilan emosi yang datang dari Tuhan dan sepenuhnya mengontrol Roh Tubuh dan Jiwa kita. Jadi, berbeda dengan perasaan senang, yang terjadi karena dorongan pengaruh dari luar atau karena telah mendapatkan sesuatu, Sukacita ada di dalam hati karena kuasa Roh Tuhan berkarya, bagaimanapun kondisi luar kita, bahkan ketika kita terdampak peristiwa negatif sekalipun.

Minggu ini, kita memasuki adven keempat. Sukacita karena kelahiran Yesus, putra Allah, sang Juru Selamat ke dalam dunia. Bukan karena sekedar kelahiran-Nya, tetapi justru karena kematian dan akhirnya kebangkitan-Nya sebagai puncak karya agung-Nya.

Karya penebusan bagi manusia dari terlepas dari hukuman dosa yang kekal. Karena Kristus, saat ini, barangsiapa yang percaya kepada-Nya, menjadi berdaya karena statusnya terpulihkan dan di anugerahi kuasa Roh Allah.

2 Timotius 1:7 menyatakan bahwa Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan Roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban. Kata kekuatan (Dunamis) artinya membangkitkan kemampuan dan kelimpahan, serta menjadikan kita unggul. Roh Tuhan membangkitkan kasih yang tanpa syarat, sehingga kita mampu mengasihi orang lain, memberi, memperhatikan, dan berbagi kepada orang lain tanpa pamrih. Roh yang sama juga memampukan kita untuk mengendalikan diri, berpikir jernih, dan mengembangkan disiplin. Dahsyat bukan? Patutlah kita bersukacita, karena kelahiran Kristus, titik dimulainya inisiatif agung Allah untuk memulihkan manusia sebagai ciptaan baru agar mampu hidup di dalam pimpinan Roh Allah yang memberdayakan.

Wow, bila demikian, patutlah kita bersukacita, bahkan di tengah pandemi dan semua ketidakpastian yang ada saat ini sekalipun. Justru saat pandemi ini, kesempatan bagi kita untuk melatih kepekaan bersukacita. Sukacita itu seperti otot. Semakin banyak kita melatihnya, maka akan semakin kuat. Pandemi adalah olahraga iman, di dalamnya otot ‘sukacita’ kita sedang dirusak, namun akan digantikan dengan otot ‘sukacita’ yang kekar.

Lalu bagaimana melatih mengembangkan sukacita di dalam hati?

  1. Kembangkanlah Sikap Bersyukur. “Mengucap syukurlah dalam segala perkara, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus.” (1Tes. 5:18). Kita diajak untuk berterima kasih di dalam seluruh keadaan. Mengucap syukur merupakan emosi yang paling menyehatkan dan merangsang pikiran kita menjadi berbahagia.
  2. Galilah sukacita batiniah dengan cara memberi. Yesus mengajarkan kepada kita, “Adalah lebih berbahagia memberi dari menerima” (Kis. 20:35). Di dalam karya Agung Kristus di kayu Salib, Allah sedang memberi teladan kepada kita akan arti Kasih Tanpa Syarat. Dalam teladan itulah, kita sebagai pengikut Kristus, sepatutnya memberi dengan sukacita dan tanpa pamrih.
  3. Kembangkan sukacita batiniah melalui pelayanan. Berilah hidup Anda untuk menolong orang lain. Sukacita timbul ketika kita tidak berfokus pada diri sendiri. Ada ba- nyak tempat pelayanan di gereja kita yang sedang menanti, apalagi di masa pandemi saat ini.
  4. Kembangkan sukacita batiniah dengan menjadi saksi Kristus bagi orang lain. Yesus berkata akan ada sukacita di surga ketika seseorang menerima Kristus (Luk. 15:10). Kita perlu melatih hati dan pikiran kita untuk dapat berkata: “Sukacita terbesar adalah ketika mampu memberi hidup bagi Kristus; sukacita yang kedua adalah memperkenalkan-Nya kepada orang lain”. Motivasi seperti inilah yang perlu kita latih agar kita dengan sukacita menjadi saksi Kristus di dalam keseharian kita.

Oleh sebab itulah, di dalam suasana Natal saat ini, walaupun ditengah banyak ketidakpastian dan perubahan yang terjadi, latihlah terus sukacita kita dengan setia dan percayalah Anda akan menjadi orang yang lebih berbahagia. Amin. (SAR)

KEBAKTIAN MINGGU

DITUNJUK, DIUTUS, DAN DIPERLENGKAPI

Yesaya 66:10–14; Mazmur 66:1–9; Galatia 6:7–16; Lukas 10:1–11,16–20

Kebaktian 6 Juli 2025 oleh Pdt. Anwar Tjen (Lembaga Alkitab Indonesia)

Hidup orang percaya adalah hidup yang ditunjuk, diutus, dan diperlengkapi oleh Tuhan. Dalam Lukas 10, Yesus menunjuk tujuh puluh murid dan mengutus mereka berdua-dua ke kota-kota yang hendak Ia kunjungi. Mereka tidak berangkat tanpa arah atau kekuatan, melainkan dengan doa, pengajaran, dan kuasa yang Yesus berikan. Mereka dipanggil untuk membawa damai sejahtera dan menegaskan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, sambil menyadari bahwa penolakan yang mereka alami adalah penolakan terhadap Yesus sendiri. Ini adalah pengingat bahwa menjadi utusan Kristus berarti berjalan dalam ketaatan, kerendahan hati, dan keberanian, bukan untuk kemuliaan diri tetapi demi hadirnya kabar baik di tengah dunia.

Mazmur 66 memanggil kita untuk memuji Allah atas karya penyelamatan-Nya yang besar. Pemazmur mengingatkan betapa Allah telah menuntun umat-Nya melewati air dan api, menjaga kaki mereka dari terpeleset. Kesadaran akan pemeliharaan Tuhan inilah yang menjadi dasar kita diutus: bukan karena kekuatan kita sendiri, melainkan karena Allah yang setia menuntun. Dalam Yesaya 66, kita melihat gambaran Allah yang penuh penghiburan dan kelembutan seperti seorang ibu yang menggendong dan menghibur anaknya. Ketika kita merasa letih, takut, atau sendiri dalam menjalankan panggilan Tuhan, kita diingatkan bahwa Allah menyertai kita dengan kasih dan penghiburan-Nya.

Paulus dalam Galatia 6 menasihatkan agar kita menabur di dalam Roh dan berbuat baik kepada semua orang. Ia menekankan bahwa salib Kristus adalah kemegahan sejatinya, penanda identitas dan sumber kekuatan seorang utusan Allah. Inilah panggilan kita bersama: hidup menabur kebaikan, bersandar pada kasih karunia Tuhan, dan bangga hanya pada salib Kristus. Kiranya kita senantiasa membuka hati untuk panggilan-Nya, mau diutus menjadi saksi-Nya di manapun kita berada, sambil percaya penuh bahwa Tuhan yang menunjuk dan mengutus kita juga akan senantiasa memperlengkapi kita. Amin.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

731721
Users Today : 515
Users Yesterday : 1385
This Month : 17923
This Year : 283871
Total Users : 731721
Who's Online : 14