Surat untuk sahabat
SURAT ELEKTRONIK UNTUK SAHABAT
Hai Bunga …
So surprised mendapat email darimu. Sudah lama sekali … bayangkan … lima belas tahun … Di jaman teknologi komunikasi sudah demikian canggih, kita begitu tenggelam dengan kesibukan sehingga tidak sempat saling menghubungi … terlalu ya … haha …
Tapi jujur saja, aku merindukan saat di mana kita pernah saling menegur, saling menguatkan, saling mendoakan …. Karenanya aku senang sekali menerima email darimu … Curhatmu tentang pergumulan di tempat pelayananmu yang sekarang, justru telah menguatkan diriku sendiri. Aku bersyukur membaca bagaimana Tuhan memakaimu, sekaligus membentukmu.
Bunga, apa yang kamu ceritakan sungguh merupakan kisah yang luar biasa bagiku. Melawan keinginan sendiri untuk mengabaikan persekutuan pribadi dengan Tuhan dan lari dari panggilan-Nya, benar-benar sebuah perjuangan yang tidak mudah. Lebih dari itu, aku terkagum-kagum menyaksikan kebesaran dan kekuatan kasih Tuhan yang merangkulmu, sehingga kamu dapat mengalahkan keinginanmu tersebut. Kamu benar sekali, semakin terasa berat tanggung jawab yang dibebankan kepada kita, semakin kita menyadari betapa kita membutuhkan Dia yang memiliki pelayanan ini. Dialah yang menolong kita untuk tetap setia atas panggilan-Nya.
Bunga, aku masih ingat diskusi kita tentang komitmen. Pada saat kita berkomitmen untuk setia, justru semakin besar cobaan yang kita hadapi untuk menggagalkannya. Kita tidak tidak hanya harus mengalahkan keinginan daging kita, tetapi juga memelihara kesetiaan kita justru di saat pelayanan itu terasa tawar atau bahkan pahit. Selalu waspada terhadap iblis yang mengintai dan mencari waktu yang baik untuk menjatuhkan kita dengan benih-benih kepahitan yang siap ditaburkannya di mana-mana.
Di sisi lain, yang menggembirakan kita, tantangan yang ada sesungguhnya membuat pelayanan ini menjadi menarik dan memperkaya rohani kita. Melaluinya, Tuhan membentuk karakter dan mengoreksi hidup kita. Kita diajar untuk tunduk kepada kehendak-Nya. Ketika kita datang kepada Tuhan dengan hati yang sakit, hancur, dan dengan cucuran air mata, di situ kita memahami makna kasih Allah. Kita mengalami kesetiaan-Nya, menyaksikan-Nya membela kita, merasa istimewa karena Ia mau menjadi Sahabat kita, merasa berharga karena Ia menjadikan kita sebagai anggota kerajaan-Nya.
Ah, Bunga .. Aku yakin kamu tidak akan menyerah. Nantikanlah buah yang dihasilkan dari kesetiaan pelayananmu, yaitu jiwa-jiwa yang kamu layani, yang juga dikasihi-Nya. Itulah sukacitamu. Berdoalah juga bagi mereka.
Bunga, aku berdoa untukmu. Apa kabar Ucok dan anak-anak ? Melati dan Kumbang sudah kelas berapa ? Aku tunggu kabarmu. Oya … Selamat Paska ! Biarlah sukacita atas keselamatan menjadi sumber inspirasi kita untuk lebih menyenangkan hati Tuhan.
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (1 Korintus 15:58).
Salam kasih dan doa dari sahabatmu, Katleya
Gunung Putri, 8 April 2018
(Nama dan peristiwa dalam artikel ini adalah fiktif)
-uty-