The way as a way of life
THE LOVE AS A WAY OF LIFE
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. (Yohanes 13 : 34)
Yesus menghendaki para pengikutNya mengasihi seperti cara Dia mengasihi.
Dalam Yohanes 13:34 Yesus memberikan perintah baru agar kita saling mengasihi seperti Yesus telah mengasihi kita. Yesus tidak hanya memberikan standard kasih melainkan juga menjadikan diriNya sendiri sebagai model. Ketika kita mengasihi seperti cara Yesus mengasihi, kita menunjukkan kepada sesama kita kasih Allah.
Beberapa karakter kasih yang diteladankan Yesus kepada pengikutnya antara lain: kebaikan hati, kesabaran, pengampunan, kesopanan, kerendahan hati, kemurahan hati, kejujuran, kesetiaan dan penguasaan diri.
Jika kita mempraktekkan sifat-sifat kasih ini di dalam kehidupan sehari-hari kita dengan anggota keluarga kita, tetangga, teman kerja dan bahkan dengan orang yang tidak kita kenal, maka kita mencerminkan kasih Allah.
Namun demikian tidak mudah untuk dapat memiliki dan setia melakukan kasih seperti kasih yang ditunjukkan Yesus.
Ada beberapa hal yang memampukan kita untuk dapat memiliki dan menerapkan sifat – sifat kasih Allah, diantaranya:
- Kita merasakan kasih Allah.
Kita harus dapat menyadari, menyakini dan merasakan bahwa begitu besar kasih Allah kepada kita dengan pengorbanannya di kayu salib dan sampai selama-lamanya kasih Allah akan menyertai kita. Oleh karenanya kita juga harus dapat mengasihi sesama kita seperti Allah mengasihi kita.
Seperti yang Rasul Paulus rasakan dan dituangkan dalam suratnya kepada Jemaat di Roma 8:38-39 “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baikmalaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
- Kita mengakui bahwa kita mampu karena kekuatan Allah bukan kekuatan kita sendiri.
Kebanyakan agama di dunia berdasarkan pada kekuatan manusia. Beberapa agama menyarankan meditasi dan mantra untuk membebaskan diri dari egoisme. Agama yang lain menekankan pada pemberian sedekah, pengulangan doa-doa dan ziarah. Tetapi sebagai seorang Kristen, kita tahu bahwa kita tidak akan dapat melakukan kebaikan dan mengasihi sesama kita dengan kekuatan kita sendiri. Kita adalah manusia yang lemah dan bercacat, sehingga sebagai manusia biasa seringkali kita mencari kebahagiaan kita sendiri dan bukan memberikan yang terbaik bagi orang-orang di sekitar kita.
Dengan menyadari kelemahan kita, maka kita akan mencari kasih Allah yang sempurna. Roh Kudus yang mencurahkan kasih Allah kepada kita dan memampukan kita untuk mengasihi orang lain. Hidup Yesus, kematiannya dan kebangkitannya memberikan cara pandang yang baru yang dapat merubah hidup kita untuk tidak berfokus pada diri sendiri tetapi pada Tuhan Pencipta yang mengasihi kita dan ingin mengekspresikan kasihNya melalui kita.
Galatia 2:20 “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkandiri-Nya untuk aku.”
Mengasihi sesama adalah hasil dari kedekatan kita dengan Tuhan. Langkah-langkah apa yang bisa kita lakukan untuk dapat mengasihi seperti Tuhan mengasihi kita?
- Kita harus lebih dekat dan mengenal Tuhan dengan meluangkan waktu setiap hari untuk mendengar firmanNya, sehingga kita dapat mengerti apa yang diinginkanNya.
- Berdoa kepada Tuhan agar selalu mencurahkan kasihNya di dalam hati kita, sehingga kita dapat mengalirkan kasihNya kepada sesama kita. Memohon kepada Tuhan agar memberikan kesempatan kepada kita untuk dapat menunjukkan kasihNya kepada sesama kita.
- Berkomitmen kepada diri sendiri untuk dapat menjadi orang yang mempunyai integritas dalam melakukan kasih Allah. Kita tidak harus sempurna melakukan kasih Allah, tetapi kita dapat secara terus menerus berusaha untuk memperbaiki kelemahan – kelemahan kita.
- Bersekutu dengan umat Tuhan untuk dapat saling menguatkan dan belajar satu dengan yang lain mengenai bagaimana melayani Tuhan dengan melayani sesama.
Semoga pada saat “Tuhan datang kembali Dia dapat melihat berapa banyak kasih yang kita lakukan, karena itu adalah perintahNya yang terutama. Harta dan kedudukan tidak kekal dan akan dilupakan. Hanya kasih yang akan kita bawa selamanya. Di dalam dunia yang penuh keserakahan dan kebencian, merupakan suatu keistimewaan untuk dapat menunjukkan kasih Allah kepada sesama setiap hari.
Selamat menjadi saluran kasih Allah. (NAP)