Ulangan 6:10-13

 

 

Ketika mendampingi istri yang sedang meliput sebuah peristiwa kecil buat surat kabar tempatnya bekerja saya terkesan dengan ungkapan salah seorang sumber beritanya. Seorang anak belasan tahun, yang baru saja memenangkan sebuah pertandingan lomba kecerdasan matematika dan fisika, mengatakan bahwa di dalam pertandingan yang diselenggarakan oleh universitas Katolik ini berbeda dengan pertandingan sejenis yang diselenggarakan oleh universitas lainnya. Di tempat itu mereka merasa bahwa proses berpikir mereka (waktu itu mereka menggunakan kata ‘logika’) lebih dihargai.

Pertandingan yang diselenggarakan di tempat lain biasanya dilakukan dalam bentuk Cepat-Tepat. Sama halnya seperti model
yang sudah puluhan tahun dilakukan oleh perusahaan televisi negara, TVRI, kita itu. Dalam model seperti ini yang dipentingkan adalah faktor kecepatan menjawab dan hasilnya. Jadi kalau mau aman dan membuat peserta lain grogi cepat-cepat saja tekan bel dan menjawab. Jawaban keliru pun tak apa, yang penting peserta lain sudah dibuat kaget dulu dan kalah mental.

Dalam pertandingan model universitas Katolik ini, semua peserta mendapatkan waktu yang sama banyaknya. Setelah batas waktu yang ditentukan habis, maka setiap peserta diminta masing-masing memperlihatkan isi jawaban mereka. Seluruh jawaban dengan segala rumusnya dan bukan hanya hasil akhirnya diperiksa. Sebelum jawaban dari para peserta dibuka dan diperiksa di depan umum oleh tim juri yang memberi nilai, sang pemberi soal juga membuka di hadapan umum, dan diperlihatkan dengan OHP (ya ini terjadi di akhir abad XX yang lalu), jawaban dan alur pikiran yang dipenuhi rumus-rumus yang dianggap benar. Inilah enaknya ilmu-ilmu eksakta, jawaban yang ‘benar’ tidak perlu terlalu diperdebatkan secara berkepanjangan, setidaknya pada tahap sekolah menengah. Berdasarkan perbandingan antara jawaban ‘benar’ itu, bersama seluruh proses untuk tiba kepada hasil, dengan pekerjaan peserta dapatlah diberikan kemudian nilai bagi para peserta. Jadi wajar saja kalau para siswa  sekolah menengah itu merasa bahwa proses berpikir mereka dihargai. Apa lagi di tengah suasana kehidupan yang hanya berorientasi kepada hasil, suasana pertandingan di universitas Katolik ini bisa dirasakansebagai sebuah terobosan yang orisinal.

Pola orientasi kepada semata-mata hasil ini terasa betul di mana-mana dewasa ini, terutama di dunia pendidikan. Hasil-hasil yang baik telah menjadi satu-satunya ukuran dari keberhasilan belajar dan mendidik. Beberapa tahun lalu sempat kita mendengar ada sebuah gereja yang mengambil sebuah keputusan drastis yang menimbulkan banyak korban. Pimpinan gereja tersebut menetapkan standard IP kumulatif minimal bagi para STh (lagi-lagi ini gelar bagi lulusan sekolah teologi pada abad XX, sekarang umumnya mereka bergelar Sarjana Sains Teologi) yang diutus oleh gereja tersebut dan yang ingin kembali serta ingin melayani di gereja asalnya. Saya tak tahu banyak mengenai seluk beluk soal ini, tapi satu hal yang pasti kebijakan seperti ini sesungguhnya berada dalam jiwa yang berorientasi pada hasil semata, dan kurang menghargai serta memperhitungkan proses, baik proses yang telah terjadi mau pun yang masih akan terjadi pada diri teolog-teolog muda itu.

Tentu saja hal ini cuma salah satu contoh saja. Masih ada sejumlah peristiwa lainnya yang juga kurang lebih sejiwa dengan kebijakan ini pada gereja-gereja lainnya. Bahkan sesungguhnya gereja-gereja kita pada umumnya masih berada dalam semangat yang berorientasi pada hasil semata. Sayangnya inilah realitas yang juga menjadi gejala umum sampai dengan hari ini di tahun 2014, bahkan juga dalam hal kehidupan bergereja dan dalam hubungan antar-gereja.

Perhatikan saja ukuran-ukuran yang sering dipergunakan untuk saling menilai antar-gereja atau antar-jemaat sebagai ukuran ‘keberhasilan’. Bukankah ukurannya adalah penambahan jumlah anggota yang pesat dan yang sejenis dengan itu? Sekali lagi orientasinya pada hasil. Secara pribadi saya tidak hendak mengatakan bahwa cara berpikir ini harus ditolak atau pun cara berpikir tersebut sama sekali keliru. Saya percaya di balik sikap dan keputusan seperti itu ada suatu proses yang telah menghantar mereka pada hasil (atau sikap) yang sedemikian.

Membaca kisah perjalanan Israel sejak keluar dari Mesir sampai mereka tiba di tanah perjanjian menolong saya untuk semakin meyakini bahwa cara Allah bekerja adalah bekerja sama dengan umat-Nya. Ada kalanya memang tampak Ia bertindak sendiri.
Namun cukup banyak juga catatan yang memperlihatkan bahwa Ia secara sengaja melibatkan umat, sambil mengajar mereka untuk tiba pada pemahaman demi pemahaman. Allah menggunakan proses dan pengalaman di dalam menuntun umat-Nya. Baru pada tahap-tahap tertentu Ia dengan jelas mengatakan apa yang dikehendaki-Nya. Tak mengherankan bila Kosuke Koyama di dalam karya perenungannya mengatakan bahwa Allah ini adalah Three Miles an Hour God. Allah yang bergerak begitu perlahan. Hanya 3 mil perjam untuk bisa berjalan mendampingi umat-Nya di dalam pengembaraan mereka. Dan ketika kemudian kepada umat diberikan perintah, maka kembali kita melihat bahwa perintah ini tidak turun begitu saja dari langit.
Perintah ini berkaitan dengan seluruh proses yang telah dan masih akan berlangsung. Bahkan dengan jelas juga umat dapat melihat kait-mengait, kena-mengenanya perintah ini dengan seluruh pengalaman dan proses yang berlangsung. Perintah yang bukan sembarang perintah, melainkan ada sebuah kisah yang membuat perintah ini sesungguhnya menjadi perintah yang menghidupkan. Bukan cuma sekadar ‘lakukanlah’ dan ‘hindarilah’.

Di awal tahun yang baru ini, saya mengucapkan selamat bagi kita semua untuk menjalani seluruh proses yang akan berlangsung di tengah-tengah kita. Apa pun hasilnya baiklah kita percaya bahwa setiap pengalaman berharga dan bernilai dalam proses kehidupan dan berkarya kita di dalam dunia: keluarga, pekerjaan, dan pelayanan kita. Kiranya kemurahan hati Tuhan yang telah menyertai pengembaraan umat-Nya melewati segala mara bahaya dan kesulitan padang gurun, juga menyertai kita di tahun yang katanya bakalan serba penuh kesulitan dan kejutan ini. (Pdt. Yusak Soleiman)

 

 

 

KEBAKTIAN MINGGU (HIJAU)

KEKUATAN FIRMAN KEHIDUPAN

Nehemia 8:1-10; Mazmur 19; 1 Korintus 12:12-31a; Lukas 4:14-21

Kebaktian 26 Januari 2025 oleh Pdt. Em. Ronny Setyamukti (GKI Muara Karang)

Pendahuluan
Firman Tuhan memiliki kuasa yang luar biasa untuk mengubah hidup kita. Baik sebagai individu maupun sebagai komunitas, Firman Allah adalah pedoman yang memberi terang dalam kegelapan, mengarahkan langkah kita, dan memperkuat tubuh Kristus untuk menjalankan panggilannya di dunia ini. Dalam empat bahan Alkitab ini, kita diajak melihat bagaimana Firman Allah bekerja sebagai kekuatan kehidupan.

1. Firman yang Memulihkan (Nehemia 8:1-10)

Ketika kitab Taurat dibacakan kepada umat Israel oleh Ezra, mereka menangis karena menyadari dosa dan jauhnya mereka dari kehendak Allah. Namun, Nehemia dan Ezra mengingatkan bahwa hari itu adalah hari kudus, hari sukacita, karena Firman Allah membawa pemulihan, bukan penghukuman.

Firman Allah tidak hanya mengungkapkan kesalahan kita, tetapi juga menawarkan jalan keluar: pemulihan, penghiburan, dan sukacita. Saat kita menghadapi tantangan hidup, Firman ini menjadi kekuatan yang membangkitkan kembali semangat kita dan memberi pengharapan.

2. Firman yang Sempurna (Mazmur 19)

Pemazmur menggambarkan Firman Allah sebagai sempurna, dapat memulihkan jiwa, memberi hikmat, dan menyukakan hati. Tidak ada kekuatan lain yang dapat menandingi Firman Allah dalam memberi makna sejati dalam hidup kita.

Firman ini ibarat matahari yang menerangi segala sesuatu (ayat 7), sehingga kita dapat melihat tujuan hidup kita dengan jelas. Dalam kehidupan sehari-hari, apakah kita sudah menjadikan Firman Tuhan sebagai pelita yang menerangi langkah kita?

3. Firman yang Menyatukan (1 Korintus 12:12-31a)

Rasul Paulus mengajarkan bahwa tubuh Kristus terdiri dari banyak anggota yang berbeda, namun semuanya disatukan dalam satu tubuh oleh Roh Allah. Firman Tuhan menjadi pengikat yang mempersatukan semua anggota tubuh Kristus.

Ketika Firman Allah hidup di tengah-tengah jemaat, perbedaan bukanlah hambatan, melainkan kekayaan yang memperkuat kesatuan. Dengan menjalankan peran masing-masing berdasarkan Firman, tubuh Kristus akan menjadi kuat dan mampu menjalankan misinya di dunia.

4. Firman yang Menggenapi Janji (Lukas 4:14-21)

Ketika Yesus membaca gulungan kitab Yesaya di sinagoge, Dia menyatakan bahwa Firman itu telah digenapi di dalam Dia. Kehadiran Yesus adalah bukti nyata bahwa Firman Allah hidup, bekerja, dan membawa kabar baik bagi orang miskin, pembebasan bagi yang tertawan, dan penglihatan bagi yang buta.

Yesus adalah Firman yang hidup, dan melalui Dia, kita melihat bagaimana Firman itu menjadi kekuatan yang membawa perubahan nyata bagi dunia.

Aplikasi dalam Kehidupan

  1. Memulihkan Jiwa yang Lelah
    Saat kita merasa jauh dari Allah, izinkan Firman-Nya memulihkan kita. Bacalah Alkitab dengan hati yang terbuka, dan biarkan Roh Kudus berbicara.
  2. Mencari Hikmat dalam Firman
    Jadikan Firman Tuhan sebagai pedoman hidup setiap hari. Tidak ada keputusan atau tindakan yang lebih bijak selain yang didasarkan pada Firman Tuhan.
  3. Menjadi Bagian Tubuh Kristus
    Setiap kita memiliki peran dalam tubuh Kristus. Temukan panggilan Anda melalui Firman dan jalankan peran itu dengan sukacita.
  4. Menyaksikan Kuasa Firman
    Sebagaimana Yesus membawa kabar baik, kita dipanggil untuk menyaksikan Firman Allah kepada dunia. Jadilah pembawa terang dan pengharapan bagi orang-orang di sekitar kita.

Penutup
Firman Tuhan adalah kekuatan yang memulihkan, menerangi, menyatukan, dan membawa penggenapan janji-Nya. Ketika Firman itu hidup di dalam kita, kita akan menemukan kekuatan sejati untuk menjalani kehidupan dengan penuh makna.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

476300
Users Today : 660
Users Yesterday : 1315
This Month : 28450
This Year : 28450
Total Users : 476300
Who's Online : 13