When The Future You Planned for Never Comes

Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir.

– Ibrani 6:19

Pandemi COVID-19 telah banyak mengubah tatanan kehidupan kita, baik sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat dan juga sebagai umat Tuhan. Begitu banyak harapan yang diluluh lantakkan oleh pandemi ini, banyak hal yang diimpikan akhirnya terlihat tidak berujung.

Sebagai manusia, kita lahir dalam ekspektasi orang tua dan lingkungan sekitar. Pertanyaan yang lazim ditanyakan kepada anak-anak kecil adalah cita-cita mereka; apa yang ingin mereka lakukan ketika mereka dewasa. Kita bertumbuh dalam ekspektasi, hingga kita pun belajar berekspektasi, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Ekspektasi, yang dalam KBBI diartikan sebagai harapan, tentu bukan hal yang buruk atau jahat. Bukanlah hal yang salah jika kita mengharapkan sesuatu yang baik terjadi pada diri kita sendiri atau orang lain.

Sebagai makhluk yang berekspektasi, kita tentu membuat rencana untuk bisa mencapai ekspektasi kita sedemikian rupa. Jika kita ingin masuk ke sekolah atau kampus tertentu, maka kita akan belajar, mendaftarkan diri ke sekolah atau kampus tersebut, mengikuti prosedur penerimaan peserta didik, dan seterusnya. Kita ingin bekerja pada profesi tertentu, maka kita akan memilih program studi yang sesuai, berusaha memenuhi kriteria yang dibutuhkan, melamar ke profesi tersebut, dan seterusnya. Namun, hidup terkadang tidak sesuai dengan apa yang sudah kita rencanakan. Ada kalanya, ketika kita sudah berusaha menjalankan seluruh upaya yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan apa yang kita harapkan, namun kenyataan berkata sebaliknya. Kita gagal mendapatkan hasil yang sesuai dengan ekspektasi kita.

Ketika hal itu terjadi, sebagai manusia biasa, kita pasti merasa sedih dan terpukul. Apalagi jika hal itu adalah hal yang sudah kita nanti-nantikan sejak lama. Ada harapan yang dipupuk, ada upaya yang diperjuangkan. Namun, semuanya seperti sia-sia. Kita sedih, bahkan marah. Kita pikir ini adalah hal yang baik bagi kita, tapi mengapa Tuhan tidak memberikannya?

Walau demikian, kita tidak perlu menahan kesedihan dan kekecewaan ketika menemukan kegagalan atau hidup tidak berjalan sesuai dengan harapan kita. Dalam artikel berjudul “When God Says “No”: Dealing with Disappointment”, Marry Lynn Johnson menulis: “It’s not wrong to experience disappointment when life does not unfold the way we hope. If we do not give ourselves permission to grieve, we inadvertently believe that God is more concerned with us immediately feeling better, rather than working through the hurt to bring real transformation to our heart. We lose sight of the invitation he has given us to place our struggles at his feet. (Bukan hal yang salah untuk kecewa ketika hidup tidak berjalan sesuai dengan harapan kita. Jika kita tidak memberikan diri kita izin untuk berduka, secara tidak sengaja kita percaya bahwa Tuhan lebih menginginkan kita sesegera mungkin merasa lebih baik, daripada bekerja melalui rasa kecewa kita untuk membawa transformasi ke dalam hati kita. Kita tidak dapat melihat undangan yang diberikan oleh-Nya untuk meletakkan segala pergumulan kita di bawah kaki-Nya.)

Kecewa dan sedih adalah reaksi yang manusiawi, dan adalah hal yang baik untuk menerima perasaan tersebut dengan jujur di hadapan Tuhan. Menerima kesedihan, kemarahan, dan ketakutan adalah langkah yang penting untuk menjaga emosi kita tetap sehat. Ambillah waktu untuk merenung dan membedah perasaan sedih atau marah kita, tanyakan kepada diri kita sendiri: “Mengapa aku merasa sedih atau marah?” Terus dalami perasaan kita hingga kita menemukan akar dari kesedihan atau kemarahan kita. Jujurlah kepada diri kita sendiri di hadapan Tuhan. Dalam artikel berjudul “When the Future You Planned for Never Comes”, Bryan Stoudt menulis: “Ketika kita bergumul dengan jalan berbatu yang Tuhan tempatkan di hadapan kita, kita tidak perlu berpura-pura baik-baik saja. Tuhan mengundang kita untuk membawa kesedihan dan kebingungan kita kepada Bapa. Satu-satunya jalan untuk datang kepada Tuhan adalah dengan melepaskan topeng spiritual apapun. Diri kita yang sejati harus berjumpa dengan Tuhan yang sejati.”

Akhirnya, kita harus selalu menyadari bahwa kita memang masih berada di tengah-tengah cerita besar Allah bagi dan dalam hidup kita. Tiada dari kita yang tahu sukacita dan ujian yang mungkin akan kita hadapi ke depannya, namun satu hal yang kita tahu pasti bahwa Tuhan Yesus senantiasa bersama dengan kita melewati semua- nya. Dan kita dapat dengan yakin percaya bahwa suatu hari nanti, setelah bagian ter- akhir ditulis, cerita kita akan terbungkus rapi dan indah di dalam cara yang paling mulia. Soli Deo Gloria. -meA

KEBAKTIAN MINGGU Pra-Paska 3 (Ungu)

Yesus Pemberi Kesempatan

Yesaya 55:1-9; Mazmur 63:1-8; 1 Korintus 10:1-13; Lukas 13:1-9

Kebaktian 23 Maret 2025 oleh Pdt. Debora Rachelina S. Simanjuntak

Pendahuluan

Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan, melakukan kesalahan, atau merasa tidak layak di hadapan Tuhan. Namun, dalam kasih-Nya, Tuhan selalu memberi kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Firman Tuhan hari ini menegaskan bahwa kasih karunia-Nya tidak hanya menuntut pertobatan, tetapi juga menawarkan kesempatan bagi mereka yang mau berbalik kepada-Nya.

1. Undangan untuk Bertobat (Yesaya 55:1-9)

Dalam Yesaya 55, Tuhan memberikan undangan terbuka bagi semua orang untuk datang dan menerima anugerah-Nya: “Hai, semua orang yang haus, marilah dan minumlah!” (Yes. 55:1). Tuhan tidak hanya menawarkan makanan dan minuman rohani, tetapi juga mengajak kita untuk meninggalkan jalan yang jahat dan berpaling kepada-Nya, karena “Ia memberi pengampunan dengan limpahnya” (Yes. 55:7). Ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah Allah yang sabar, memberi kesempatan bagi umat-Nya untuk kembali sebelum terlambat.

2. Allah, Sumber Kepuasan Sejati (Mazmur 63:1-8)

Pemazmur menggambarkan bagaimana jiwanya rindu kepada Tuhan seperti tanah kering yang haus akan air. Dia menemukan kepuasan sejati dalam hadirat Allah. Ini mengajarkan kita bahwa kesempatan yang Tuhan berikan bukan hanya sekadar pengampunan dari dosa, tetapi juga panggilan untuk hidup dalam keintiman dengan-Nya. Kita sering mencari kepuasan dalam hal-hal duniawi, tetapi hanya dalam Tuhan kita mendapatkan kepuasan sejati.

3. Peringatan dari Sejarah (1 Korintus 10:1-13)

Paulus mengingatkan jemaat Korintus agar tidak mengulangi kesalahan nenek moyang mereka yang, meskipun telah mengalami pertolongan Tuhan, tetap jatuh dalam dosa. Dia menekankan bahwa cobaan yang kita hadapi tidak melebihi kekuatan kita, karena Tuhan selalu menyediakan jalan keluar. Ini menunjukkan bahwa kesempatan yang Tuhan berikan bukan untuk disia-siakan, tetapi untuk kita manfaatkan dengan bijaksana.

4. Perumpamaan tentang Pohon Ara yang Tidak Berbuah (Lukas 13:1-9)

Dalam perumpamaan ini, Yesus menggambarkan seorang pemilik kebun yang ingin menebang pohon ara karena tidak berbuah selama tiga tahun. Namun, pengurus kebun meminta agar pohon itu diberi satu tahun lagi, dengan perawatan ekstra. Ini adalah gambaran tentang kesabaran Tuhan yang memberikan kesempatan bagi kita untuk bertobat dan menghasilkan buah dalam kehidupan kita.

Kita bisa bertanya pada diri sendiri: Apakah hidup kita sudah menghasilkan buah bagi Tuhan? Ataukah kita masih menjalani kehidupan yang jauh dari-Nya? Tuhan dalam kasih-Nya memberikan kesempatan kedua, tetapi kesempatan itu tidak akan selalu ada selamanya. Ada batas waktu bagi kita untuk bertobat dan berbuah.

Penutup

Yesus adalah pemberi kesempatan bagi kita untuk bertobat dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Undangan-Nya terbuka bagi semua yang haus akan kasih dan pengampunan-Nya. Namun, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan, sebab suatu saat kesempatan itu akan berakhir. Marilah kita menggunakan waktu yang masih Tuhan berikan untuk bertumbuh dalam iman, berbuah dalam kehidupan, dan semakin dekat dengan-Nya.

Pertanyaan refleksi:

  • Bagaimana saya menggunakan kesempatan yang Tuhan berikan dalam hidup saya?
  • Apakah saya sudah bertobat dan menghasilkan buah yang berkenan kepada-Nya?
  • Dalam hal apa saya masih perlu berbenah sebelum kesempatan itu habis?

Doa:
Tuhan yang penuh kasih, terima kasih atas kesempatan yang Engkau berikan kepada kami untuk bertobat dan hidup bagi-Mu. Tolong kami untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang masih ada, tetapi sungguh-sungguh hidup dalam ketaatan dan menghasilkan buah yang berkenan di hadapan-Mu. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

565337
Users Today : 569
Users Yesterday : 1594
This Month : 32926
This Year : 117487
Total Users : 565337
Who's Online : 15