Kuasa Perkataan
Suatu hari dalam perjalanan menuju salah satu mall, Saya dan keluarga tidak menyangka akhir pekan jalanan akan padat dengan kendaraan dan mengakibatkan kemacetan. Istri dan anak saya terlibat dalam pembicaraan kecil. Istri saya berkata: “Wah, kalau begini kita terlambat nontonnya”. Anak kami spontan berkata: ”Mama gak boleh bicara seperti itu!, nanti kita jadi benar-benar terlambat!, kata-kata itu doa, Mama!”. Saya terkejut dan dalam kesempatan lain menjelaskan bagaimana memaknai bahwa kata-kata itu adalah doa. Jika saat itu kami memang terlambat bukan berarti karena kata-kata saya sebagai doa yang terjawab. Tetapi karena tidak memprediksi jalanan di akhir pekan, sehingga semestinya kami harus berangkat lebih awal.
Cukup sering kita melihat akibat dari kata-kata yang memberi dampak keramaian-viral, kekacauan-chaos hanya karena kata-kata yang ditampilkan di media sosial seperti Instagram-IG, atau facebook-FB. Sehingga pemerintah merasa penting dan perlu membuat peraturan perundang-undangan, agar setiap warga negara bertanggung jawab atas setiap kata-kata sendiri.
Dalam kitab Injil kita menemukan banyak ayat yang menjelaskan bagaimana orang-orang takjub dengan perkataan Yesus. Orang banyak mengikuti Yesus bukan hanya melihat mujizat-Nya tapi juga karena kata-kata-Nya yang berkuasa. Markus 1:21-28 menuliskan ketika Yesus mengajar di rumah ibadat, lalu orang banyak takjub mendengar pengajaran Yesus karena Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa. Bagian yang menarik adalah kalimat di akhir Markus 1:22”…, tidak seperti ahli-ahli taurat”. Orang banyak yang mengikuti dan mendengar Yesus bisa merasakan kuasa perkataan Yesus yang berbeda dari para ahli Taurat. Orang banyak yang mengikuti Yesus pastinya tahu siapa yang disebut ahli Taurat, bagaimana ahli Taurat belajar dan usaha keras menguasai Taurat untuk bisa mendapat pengakuan sebagai “ahli Taurat”. Tetapi mereka yang ahli dalam Taurat tidak dirasakan kuasa perkataannya dibanding dengan Yesus.
Bahkan dalam ayat selanjutnya ditulis orang banyak melihat bagaimana Yesus menghardik roh jahat agar keluar dari tubuh orang yang dimasukinya hanya dengan kata-kata: ”Diam, keluarlah dari padanya!”. Mengapa roh jahat tunduk, taat dan keluar?, ayat 24 menjawab karena roh jahat tahu bahwa Yesus adalah yang Kudus dari Allah. Iblis tahu semua yang diperkatakan Yesus dalam pengajaran di Bait Suci adalah tentang kebenaran Allah. Yesus mengajarkan Firman, karena Dia adalah Firman itu sendiri, pengajaran tentang diri-Nya sendiri yang adalah Firman yang Hidup (Yoh. 1). Cahaya itu memberi terang dan mengalahkan kegelapan, gelap tempat di mana roh jahat/iblis mencoba menguasainya. Semua yang diperkatakan Yesus berkuasa menegur farisi dan ahli taurat (Luk. 11:37-54), mengubahkan dan menyatakan mujizat (Yoh. 2:1- 11), memberi penghiburan (Mat. 11:28), juga menyelamatkan (Mrk. 10:46-52), dan banyak lagi perkataan Yesus yang dicatat dalam pelayanan-Nya. Seluruh kebenaran yang ada dalam Alkitab itulah yang berkuasa. Alkitab menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran (2Tim. 3:16).
Mempertanggungjawabkan kata-kata yang keluar tidaklah seperti kebanyakan orang yang kemudian “meminta maaf”. Kita harus berpikir atau merenungkan lebih dahulu: apakah benar, bermanfaat, atau apa tujuannya. Jikalau kata-kata Yesus berkuasa, karena perkataan-Nya adalah Firman yang hidup. Maka sebagai anak-Nya seluruh perkataan kita akan berkuasa jika kita hidup di dalam Yesus. Memperkatakan apa yang benar dan baik sebagai bagian Ibadah yang sejati dalam apapun peran kita di dunia, di manapun kita ditempatkan, dan melalui media digital yang kita gunakan.
Roh Kudus kiranya menolong kita menjaga ucapan kita menjadi berkat, menguatkan, sekaligus membawa orang mendekat kepada Kristus. (PSG)