Maria dan Marta
MARIA DAN MARTA
Kisah tentang Maria dan Marta sudah sering kali kita baca maupun dengar dari khotbah yang dibawakan oleh para pelayan firman, namun tetap saja kisah ini menarik karena ada dua karakter yang berbeda dalam kisah tentang dua orang perempuan yang masih merupakan saudara dari Lazarus (Yoh 11:3a).
Ketika Yesus tiba di desa tersebut, Marta menerima dan melayani Yesus beserta para muridnya. Marta adalah sosok orang yang peduli kepada Yesus yang telah melakukan perjalanan keliling Galilea, mungkin saat itu Yesus beserta para murid juga merasa lapar dan Marta berusaha untuk melayani Yesus dan para murid-Nya. Sementara Marta bekerja keras mempersiapkan makanan, Maria, saudaranya itu asyik berada dekat Yesus sambil mendengarkan pengajaran yang disampaikan oleh Yesus. Tentu saya Marta merasa hal tersebut tidak adil baginya sehingga ia mengeluhkan hal ini kepada Yesus agar mengingatkan Maria untuk membantu Marta bekerja menyiapkan makanan.
Namun apa jawab Yesus atas keluhan Marta, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu; Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”
Ya, Maria telah mimilih yang terbaik dengan tetap berada dekat Yesus dan mendengarkan firman-Nya; apakah ia seorang pemalas sehingga tidak mau membantu saudaranya? Alkitab tidak menjelaskannya, namun Yesus tidak mempersalahkan Maria karena firman-Nya juga mengatakan: “Carilah dulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” (Mat.6:33).
Apakah Yesus menyalahkan Marta dalam hal ini? Ia telah bekerja keras untuk menyediakan segala macam makanan bagi Yesus dan rombongan-Nya; ia kuatir ada kekurangan dalam melayani Yesus, mungkin kurang cukup makanannya atau kurang enak rasanya sehingga akan mengecewakan Yesus dan rombongannya; ia berusaha keras untuk menyenangkan hati Yesus dan rombongannya; Yesus mengingatkan Marta agar tidak berlebihan sehingga tidak sempat mendengarkan firman yang disampaikan oleh-Nya.
Kita seringkali juga berkelakuan seperti Marta dalam kegiatan-kegiatan di gereja; para anggota panitia bekerja keras untuk mensukseskan acara yang menjadi tugas mereka, terkadang saking semangatnya, pemberitaan Firman Tuhan yang menjadi inti dari seluruh kegiatan tersebut menjadi terabaikan karena sibuk dan kuatir acara tidak sukses. Melayani warga jemaat sama sekali tidak salah, bahkan diperlukan agar kebutuhan warga jemaat terlayani dengan baik, semua itu dapat dilakukan secara wajar dan tidak berlebihan sehingga terjebak pada pengkultusan seremonial belaka, para “pelayan” juga sebaiknya tidak melupakan inti kegiatan sebagai murid Tuhan Yesus untuk mendengarkan pemberitaan Firman Tuhan.
Dalam pelayanan di gereja, ada kekuatiran jika kita tidak dapat melayani warga jemaat dengan penuh semangat, nanti dicela oleh mereka, nanti kehadiran mereka di gedung gereja menjadi berkurang. Warga jemaat seolah-olah menjadi tamu atau penonton sebuah pertunjukkan, mereka boleh datang kapan saja sekalipun kebaktian sudah berlangsung dan sudah mulai pemberitaan firman Tuhan; liturgi seolah-olah sebuah skenario yang dimainkan oleh Tuhan dan para pemeran ibadah, sedangkan umat yang hadir seolah sebagai penonton yang sudah membayar tiket masuk sehingga tidak merasa perlu berpartisipasi aktif dalam ibadah tersebut, padahal menurut Soren Kierkegaard, seorang teolog Eropa, dalam ibadah Kristen, aktornya adalah seluruh umat yang hadir dan sutradaranya adalah para pemimpin ibadah, sedangkan Tuhan menjadi penonton dalam ibadah tersebut.
Selain menjadi pelayan-pelayan Tuhan Yesus, kita semua juga adalah murid-murid-Nya. Sebagai murid Tuhan Yesus, kita semua wajib untuk selalu berada dekat dengan-ya agar iman kita selalu terpelihara dengan baik. Kita perlu selalu “mengisi” diri kita dengan firman-Nya melalui kehadiran dalam persekutuan, pengajaran dan pembinaan sebagaimana yang dinasihatkan oleh rasul Paulus agar kita jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah (Ibrani 10:25).
Dalam hari-hari menjelang berakhirnya tahun 2015 ini, marilah kita bersama mengevaluasi diri kita masing-masing, apakah yang sudah kita perbuat sebagai murid sekaligus pelayan-pelayan Kristus? Apakah kita sudah melakukan tugas seperti Marta, atau Maria? Atau barangkali tidak kedua-duanya? Yang terbaik adalah harus ada keseimbangan antara pekerjaan pelayanan seperti yang dilakukan oleh Marta secara tidak berlebihan dengan kedekatan seorang Maria yang selalu ingin berada di sekitar Tuhan Yesus. Jadilah pendengar sekaligus pelaku firman Tuhan.
Kiranya kasih Tuhan Yesus menyertai kita sekalian dalam meniti kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru, Soli Deo Gloria! (iks)