Terus Berbuat Baik walau Menderita

“Sebab, lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu di kehendaki Allah, daripada menderita karena berbuat jahat.” (1 Petrus 3:17)

Semua hal di dunia ini diciptakan dengan sebuah tujuan. Sesuatu akan berguna, jika ia berfungsi sebagaimana tujuannya ketika diciptakan. Manusia diciptakan oleh Tuhan, pasti juga dengan tujuan tertentu. Sebagai pribadi Kristen, kita diciptakan Tuhan untuk melakukan pekerjaan baik; Pekerjaan baik yang memuliakan Tuhan dan memberkati sesama manusia.

Namun, sayangnya kesulitan-kesulitan dalam kehidupan seringkali membuat manusia hanya berfokus pada dirinya, dan gagal untuk melakukan pekerjaan baik yang memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama. Bahkan, pada saat penderitaan menekan hebat, manusia tidak jarang malah menjauh dari Tuhan, sehingga gagal menjadi pelaku perintah-perintah Tuhan.

Penderitaan dan kesulitan hidup lainnya sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia di dunia. Kehidupan tanpa kesulitan sangat tidak mungkin kita temui di dunia ini. Yang bisa kita ubah adalah sikap kita, saat penderitaan atau kesulitan hidup mendera kita; Sikap yang membuat kita tetap bisa menjalankan fungsi kita sebagaimana Tuhan inginkan pada saat Ia menciptakan kita. Tuhan menginginkan kita tetap dapat terus melakukan pekerjaan baik dengan melakukan perintah-perintah-Nya, meskipun penderitaan sedang kita alami.

Firman Tuhan melalui Rasul Petrus memberikan jawaban yang tegas: “Lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, daripada menderita karena berbuat jahat.” Penderitaan karena kebaikan adalah bentuk partisipasi kita dalam penderitaan Kristus. Ia yang tidak bersalah justru memilih jalan salib, tetap mengasihi, mengampuni, bahkan menyerahkan diri-Nya bagi keselamatan dunia.

Mari kita melihat frasa-frasa penting dalam ayat nas di atas:

Lebih baik menderita karena berbuat baik”; ini menunjukkan bahwa tidak semua penderitaan itu buruk. Jika kita menderita karena memilih untuk hidup benar, itu merupakan penderitaan yang mulia. Dunia mungkin menganggap itu kebodohan, tapi bagi Allah, itu adalah tanda ketaatan dan kemurnian iman.

Jika hal itu dikehendaki Allah”; Artinya, bahwa dalam beberapa kasus, Allah mengizinkan penderitaan sebagai bagian dari rencana-Nya yang lebih besar. Penderitaan bukan tanda Allah meninggalkan kita, melainkan kesempatan untuk menggenapi maksud-Nya, memperkuat karakter, dan menjadi saksi bagi dunia.

Daripada menderita karena berbuat jahat”; Penderitaan karena dosa adalah konsekuensi dari kesalahan. Rasul Petrus menekankan perbedaan kualitas penderitaan – yang satu berharga di mata Tuhan, yang lain adalah akibat pelanggaran.

Rasul Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan pandangan ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi ini. Rasul Petrus menasihati untuk mengikuti teladan Kristus yang menderita, tetapi tetap tulus. Meneladani sikap Tuhan Yesus berarti bahwa hidup kita sungguh-sungguh sejalan dengan prinsip hidup yang telah dinyatakan oleh Tuhan Yesus. Ajakan untuk meneladani kehidupan Tuhan Yesus ini luar biasa, maka kita wajib “berbahagia”. 1 Petrus 3:14 mengatakan: “Tetapi, sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, berbahagialah kamu. Sebab itu, janganlah takut kepada mereka dan janganlah gentar.”

Jadi, kita dipanggil untuk berani hidup benar, meski ada risiko ditolak atau dianiaya. Tuhan menghargai kesetiaan dalam penderitaan lebih dari kesuksesan yang diraih dengan cara yang salah. Hidup benar tidak menjamin bebas dari masalah, tapi menjamin penyertaan Tuhan di dalamnya. 1 Petrus 3:17 mengajarkan bahwa penderitaan karena kebenaran adalah bagian dari hidup orang percaya. Kita dipanggil bukan hanya untuk percaya kepada Kristus, tetapi juga untuk menderita bagi-Nya (Filipi 1:29 mengatakan: “Sebab, kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita bagi Dia”).

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk tidak lelah berbuat baik, meskipun tidak selalu dibalas baik. Dunia mungkin tidak melihat, namun Tuhan memperhitungkan setiap kebaikan yang kita lakukan. Penderitaan kita tidak sia-sia. Bahkan, seringkali kesaksian hidup yang paling kuat lahir bukan di saat kita diberkati, melainkan saat kita tetap setia di tengah penderitaan.

Mari terus berbuat baik. Tetaplah mengasihi, tetaplah melayani, tetaplah mengampuni. Biarlah kasih Kristus terpancar lewat hidup kita, bahkan dalam luka dan air mata. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua… Amin. (CAD)

KEBAKTIAN MINGGU PASKA V (Putih)

KETAATAN SEBAGAI ANUGERAH ALLAH

Kisah Para Rasul 16:9–15; Mazmur 67; Wahyu 21:10, 22–22:5; Yohanes 14:23–29

Kebaktian 25 Mei 2025 oleh Pdt. Em. Jonathan Subianto (GKI Samanhudi)

“Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yohanes 14:23)

Ketaatan: Bukan Beban, Tapi Anugerah

Dalam kehidupan rohani, kata “ketaatan” sering terdengar seperti tugas berat yang harus dipikul untuk menyenangkan Tuhan. Kita membayangkan hidup yang penuh aturan dan pengorbanan. Namun, bacaan hari ini mengajarkan bahwa ketaatan bukanlah beban, tetapi respons dari hati yang sudah disentuh kasih karunia.

Kisah Paulus yang menerima visi Makedonia dalam Kisah Para Rasul 16 menegaskan hal ini. Ia tidak merancang sendiri perjalanannya, tetapi merespons pewahyuan Tuhan. Ia taat bukan karena keinginan pribadi, melainkan karena Allah yang terlebih dahulu menyatakan kehendak-Nya.

Lalu kita melihat Lidia, seorang perempuan yang hatinya “dibukakan Tuhan.” Ia percaya dan dibaptis, bukan karena dia mencari Tuhan lebih dahulu, tetapi karena Tuhan bekerja dalam hatinya. Dari kisah Paulus dan Lidia, kita belajar bahwa ketaatan dimulai dari anugerah, bukan inisiatif manusia.

Ketaatan Membawa Kesaksian

Mazmur 67 menyatakan kerinduan agar berkat Tuhan atas umat-Nya menjadi sarana kesaksian bagi bangsa-bangsa. Ketika umat Allah hidup dalam ketaatan, dunia akan melihat terang kasih dan kebenaran Allah. Ketaatan bukan hanya untuk membentuk karakter pribadi, tetapi menjadi sarana kesaksian global.

Ketaatan Berakar pada Visi Kekal

Wahyu 21–22 menunjukkan gambaran Yerusalem Baru—kota penuh terang, di mana Allah tinggal bersama umat-Nya. Inilah arah hidup kita. Bila kita sungguh percaya bahwa tujuan akhir kita adalah hidup kekal bersama Tuhan, maka hidup kita hari ini akan dibentuk oleh harapan itu. Ketaatan menjadi cara kita mempersiapkan diri bagi kemuliaan yang kekal.

Ketaatan Sebagai Ekspresi Kasih

Yesus menyatakan dengan jelas: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku.” (Yoh. 14:23). Ketaatan bukanlah bentuk keterpaksaan, melainkan buah dari kasih. Dan lebih lagi, Yesus berjanji bahwa Allah akan tinggal bersama orang yang menaati-Nya. Ini adalah relasi, bukan sekadar aturan. Allah ingin berjalan bersama kita, menolong kita lewat Roh Kudus, agar kita dapat hidup dalam firman-Nya.

Aplikasi Praktis dalam Hidup Sehari-hari

  • Mulai Hari dengan Firman dan Doa. Luangkan waktu 10–15 menit setiap pagi untuk membuka Alkitab dan berdoa. Mulailah dengan satu ayat dan renungkan artinya untuk hidupmu hari itu.

  • Latih Ketaatan di Rumah. Bantu tanpa disuruh, ucapkan terima kasih, dan minta maaf saat salah. Rumah adalah tempat pertama untuk menumbuhkan karakter taat.

  • Jadi Terang di Tempat Kerja atau Sekolah. Tunjukkan kejujuran, bantu rekan kerja, dan ambil sikap positif. Orang lain akan melihat perbedaan ketika kita taat pada nilai-nilai Kristus.

  • Dengar dan Tanggapi Suara Roh Kudus. Saat tergerak untuk menolong, mengampuni, atau meminta maaf—responilah segera. Ketaatan sering dimulai dari langkah-langkah kecil.

  • Fokus pada Tujuan Kekal. Buat keputusan berdasarkan kekekalan. Apakah aktivitas ini membawa saya mendekat pada Tuhan? Apakah ini menyenangkan hati-Nya?

Penutup

Ketaatan tidak akan pernah terasa ringan jika kita memulainya dari usaha sendiri. Tetapi saat kita menyadari bahwa Tuhan sudah lebih dulu mengasihi kita, membuka hati kita, memberi visi kekal, dan menghadirkan Roh Kudus untuk menolong, maka kita dapat berkata: “Saya mau taat karena Tuhan begitu baik.”

Ketaatan bukan syarat untuk dikasihi. Kita taat karena sudah dikasihi. Dan dalam setiap langkah ketaatan, kita semakin mengenal dan mengalami hadirat-Nya yang nyata.

Mari kita hidupi ketaatan sebagai anugerah, bukan beban. Dan biarlah dunia melihat terang Tuhan melalui hidup kita yang taat.

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

663695
Users Today : 266
Users Yesterday : 1857
This Month : 39277
This Year : 215845
Total Users : 663695
Who's Online : 20