Bertumbuh seperti pohon belimbing
BERTUMBUH SEPERTI POHON BELIMBING
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kolose 2: 6-7)
Ketika kami sekeluarga pindah dari kawasan Kelapa Gading ke tempat tinggal yang sekarang di daerah Cibubur, kami diberi sebuah pot kecil dengan sebatang pohon yang masih kecil sekitar duapuluhlima sentimeter tingginya dan beberapa helai daun menghiasi batang yang ramping tersebut. Kata yang memberi, pohon kecil itu namanya belimbing Bangkok, dan kami di wanti-wanti untuk menanam dan merawatnya, katanya buahnya manis.
Pohon itu kami sirami air setiap hari, dalam beberapa bulan pohon itu sudah bertambah tinggi, lalu kami pindahkan dari pot ke lahan terbuka agar ia dapat bertumbuh dengan leluasa dan akarnya mendapat asupan nutrisi yang cukup. Setahun kemudian ia sudah mulai berbunga dan kemudian menghasilkan buah belimbing yang besar dan memang rasanya manis, setelah bertahun-tahun kemudian, pohon belimbing kami semakin besar, diameter batangnya mencapai sekitar duapuluh sentimeter dan cabang, ranting, maupun buahnya menjadi semakin banyak sehingga menutupi sebagian dari halaman rumah kami. Tidak hanya burung-burung yang beterbangan diantara rimbunnya dahan pohon, lebah juga ikut bersarang di salah satu dahan pohon tersebut.
Sebuah benih tidak dapat serta merta bertumbuh menjadi pohon secara otomatis oleh dirinya sendiri jika tidak ada unsur-unsur lain yang membantu. Demikian juga dengan orang Kristen, tidak akan dapat bertumbuh imannya jika ia hanya mengandalkan dirinya sendiri, ia diibaratkan sebagai pohon kecil yang setiap hari harus selalu disirami air, ia harus mendapat pupuk yang cukup; ia juga harus mempunyai akar yang kuat agar mendapat makanan yang cukup bagi batang dan daunnya; ia juga harus mendapat sinar matahari agar terjadi proses photo sintesis pada daun-daunnya, serta dapat membuatnya tumbuh tegak dengan baik, serta ia harus dijaga dari segala macam serangga dan binatang yang akan mengganggu pertumbuhannya. Semuanya harus dilalui dan dialami agar sebuah pohon kecil dapat bertumbuh menjadi besar, sehat dan kuat.
Pertumbuhan iman orang Kristen juga tidak dapat terjadi secara otomatis dari bayi, kemudian tiba-tiba menjadi seorang yang mempunyai iman yang kuat jika tidak melalui tahapan proses sebagaimana yang dituliskan dalam Kitab Para Rasul 2: 41-47 tentang cara hidup jemaat yang pertama, yaitu berproses menjadi orang percaya melalui pembaptisan, pengajaran, persekutuan, berdoa, melayani dan bersaksi. Melalui perilaku kehidupan jemaat yang pertama itulah maka injil Tuhan Yesus dapat berkembang dan diterima oleh umat di seluruh muka bumi.
Pertumbuhan iman diperlukan agar kita mampu bertahan terhadap gelombang badai dalam kehidupan kita sebagaimana sebuah pohon juga terus bertumbuh sekalipun ia menderita karena sengatan matahari dan deraan air hujan; sinar matahari yang terik akan membuat akar lebih banyak memompa cairan ke dahan, ranting dan daun, sementara deraan air hujan membuat akar pohon bekerja keras untuk bertahan agar batang pohon yang berada diatasnya tetap kokoh dan tidak tumbang. Demikian juga Iman seseorang harus selalu bertumbuh, tidak boleh mandeg karena orang yang hidup, pasti akan mengalami berbagai tantangan, rintangan dan deraan pencobaan, ia tidak boleh menyerah atau berdamai dengan semuanya itu, karena hal itu berarti ia tidak akan dapat melewatinya. Tuhan mengijinkan seseorang mengalami penderitaan hidup ataupun pencobaan, berserulah dan memohon pertolongan Tuhan, maka Dia akan menguatkan imannya sehingga dapat bertahan ketika mengalami melalui badai kehidupan tersebut.
Ada sebuah ilustrasi tentang seseorang Kristen yang baru dibaptis sebagai orang percaya, ia ditanyakan oleh temannya yang belum Kristen, “Apakah engkau kenal Yesus? Bagaimana rupa-Nya? Dimana alamat rumah-Nya? Berapa umur-Nya? Apa yang Dia lakukan untukmu sehingga engkau bersedia menjadi pengikut-Nya?”. Orang Kristen Baru ini menjawab; “Saya hanya mengenal wajah Yesus melalui gambar dalam buku-buku rohani, itupun hanya lukisan tangan seseorang, saya tidak tahu alamat rumah, umur dan banyak hal yang belum saya ketahui, namun yang saya alami adalah bahwa saya dulu adalah seorang pemabuk dan penjudi, anak-anak dan isteri saya selalu menjadi korban kekerasan saya, mereka selalu ketakutan mendengar langkah kaki saya mendekati pintu rumah. Namun kini setelah saya dibaptis, anak-anak dan isteri saya selalu menyambut saya di depan rumah dengan senyuman ketika saya pulang dari kantor, suasana rumah kami yang dulu menyeramkan kini berubah menjadi ceria dan kami sekeluarga merasa bahagia. Semuanya perubahan yang saya alami adalah karena perbuatan kasih-Nya kepada saya.”
Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, rasul Paulus menuliskan, ““Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” (1 Kor.13:11). Seorang yang masih berstatus kanak-kanak belum dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, ia juga masih belum dapat dimntai untuk bertanggung-jawab atas perbuatannya, namun semakin bertumbuh, maka ia harus mulai mengenal arti tanggungjawab. Pertumbuhan iman seseorang akan terlihat dari kedewasaan rohaninya yang ketika masih bayi, ia lebih banyak minum susu karena belum dapat mencerna makanan yang keras, belum punya pengalaman tentang apa yang benar dan apa yang salah, ia lebih suka berlindung kepada orangtua atau orang-orang terdekatnya, namun seiring dengan pertumbuhannya, ia akan meninggalkan susu maupun makanan yang lembek, dan mulai makan makanan yang keras yang diperlukan bagi pertumbuhan tubuhnya (bdk. Ibrani 5:13-14).
Seorang Kristen yang baru dibaptis masih belum banyak mengenal firman Tuhan, ia tidak boleh berhenti hanya sampai dengan sakramen Baptis Kudus; orang tersebut seumpama sebutir biji sesawi yang ditaburkan diladang, benih tersebut sudah mendapatkan lahan yang baik dan sudah mulai berakar serta bertunas, berarti ia sudah beriman kepada Kristus, namun ia harus bertekun mempelajari firman Tuhan secara teratur untuk memperkuat pemahaman yang benar tentang Kristus; bersekutu dengan Tuhan yang merupakan sumber nutrisi rohani dan sesama saudara seiman agar imannya dapat terus dibangun sesuai dengan firman Tuhan, “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Mat.18:20); juga selalu menjalin komunikasi dengan Tuhan melalui doa karena doa adalah nafas hidup orang Kristen, jadi harus selalu dilakukan di sepanjang hidup kita sebagai orang percaya, Selain itu ia juga harus bersedia melayani Tuhan dan Jemaat-Nya baik di dalam gereja maupun di luar gereja karena Tuhan Yesus sendiri selalu melayani orang lain dalam hidup-Nya; ia juga harus menjadi saksi Tuhan Yesus baik melalui perilaku hidupnya baik dalam gereja maupun dalam masyarakat. Wah, lumayan banyak juga yang harus dilakukan untuk mengalami pertumbuhan iman, namun semuanya itu perlu dilakukan oleh orang percaya agar imannya bertumbuh menjadi semakin kuat dan kokoh sehingga ia tidak akan tergoncang ataupun tumbang meskipun badai melanda.
Kembali kepada pohon belimbing kami, batangnya semakin besar, dahannya semakin banyak, dan daunnya semakin lebat; memang buahnya masih banyak dan manis, bahkan banyak yang berjatuhan ke tanah, namun para tetangga mengatakan bahwa rumah kami jadi tertutup oleh pohon belimbing itu dan sinar matahari tidak dapat menembus kerimbunan pohon tersebut. Melalui pertimbangan yang lama, akhirnya kami sepakat untuk memotong pohon tersebut sampai ke akarnya sehingga halaman rumah kami menjadi terang kembali dan kami dapat menikmati hangatnya sinar matahari pagi yang jatuh ke halaman rumah kami. Biarlah pohon belimbing beserta buahnya yang manis tetap menjadi kenangan manis bagi kami sekeluarga.
Soli Deo Gloria! (iks)