Gereja, menjadi rumah bagi semua

Gereja “Menjadi Rumah bagi Semua” telah dipilih menjadi tema tahun pelayanan 2025-2026. Tema ini dipilih untuk kita kembali memaknai arti Gereja sebagai rumah keluarga Tuhan.

Di dalam bahasa Inggris ada dua makna rumah yaitu “house” dan “home”. House adalah kata yang mengacu pada bangunan fisik tempat tinggal. Bisa berupa rumah, apartemen, atau vila dan termasuk kamar mandi, ruang tamu, dapur, ruang makan, dan ruang lainnya. Home, di sisi lain, memiliki makna yang lebih emosional dan personal.

Home bukan hanya sebatas bangunan fisik, tetapi tempat di mana seseorang merasa nyaman, aman, dan dicintai. Home bisa di mana saja, bahkan bukan di sebuah bangunan. Hal ini juga membuat kata home bergantung pada perasaan emosional seseorang. Jadi home bisa berupa sebuah bangunan tempat tinggal, daerah asal, kelompok teman, atau komunitas. Tentunya kata rumah yang dimaksud dalam tema di atas adalah mengacu pada pengertian “home”.

Zakheus dan sikap menghakimi.

Kata Yesus kepadanya, “Hari ini telah terjadi keselamatan pada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk. 19:9-10).

Manusia cenderung melihat masa lalu seseorang dan cepat menghakimi, tetapi Yesus melihat hati dan niat seseorang untuk berubah. Kita dipanggil untuk menjadi seperti Yesus, bukan seperti orang banyak yang menghakimi. Tugas kita bukan menghakimi, tetapi membantu orang lain untuk mengalami kasih dan perubahan dalam Kristus.

Di dalam rumah kita mengenal setiap anggota keluarga kita. Ketika salah satu anggota keluarga bersikap tidak baik atau melakukan kesalahan, alih-alih menghakimi kita selalu menyediakan ruang untuk memaafkan dan berdoa agar ia mau berubah. Pada saat yang lain kita juga bisa melakukan kesalahan dan dimaafkan, memaafkan dan dimaafkan.

Tentang anak yang Hilang

Sebab anakku ini telah mati dan kini hidup kembali, ia telah hilang dan kini ditemukan kembali. Lalu mulailah mereka bersukaria (Luk. 15:24). Di tempat asal saya dulu ada istilah gaul “sporing”. Arti sporing tidak ada hubungannya dengan perawatan rutin untuk memastikan kestabilan ban mobil, melainkan menggambarkan anak yang protes dan meninggalkan rumahnya untuk tinggal selama berhari-hari di suatu tempat. Biasanya setelah beberapa hari dia akan kembali ke rumahnya setelah dijemput oleh keluarganya. Begitu juga kisah di dalam Lukas 15:11-32, yang tentunya sudah akrab bagi banyak orang. Perumpamaan tentang anak yang hilang mengajarkan bahwa dalam rumah sejati, cinta selalu ada dan tidak pernah hilang bagi setiap anggotanya. Siapapun dan bagaimanapun keadaan seseorang, selalu ada ruang untuk diterima karena kasih yang melimpah memenuhi kehidupan keluarga sang ayah. Kisah ini juga sering dihubungkan dengan kasih Allah yang senantiasa menerima siapa saja, termasuk mereka yang telah melakukan kesalahan. Sikap Allah ini menjadi landasan bagi kehidupan kita dan gereja sebagai pengikut-Nya

Karena itu, gereja dipanggil untuk mencerminkan kasih Allah bagi setiap orang, baik yang berada di dalam maupun di luar lingkupnya. Selain menjadi sahabat bagi banyak orang, gereja juga hadir sebagai keluarga yang menerima setiap individu dengan segala ketidaksempurnaannya. Gereja tidak menolak perbedaan, tetapi justru menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang lelah dan haus akan kasih tanpa syarat. Sebagai keluarga rohani, gereja selalu terbuka untuk menerima mereka yang kembali, dengan keyakinan bahwa suatu hari nanti mereka akan menemukan harapan dalam perjumpaan dengan Sang Kepala Keluarga, yaitu Kristus.

Mari kita bersama-sama mewujudkan Gereja sebagai “Rumah bagi Semua”. (THS)

KEBAKTIAN MINGGU

AKU DILAYAKKAN

Yesaya 1:10-18; Mazmur 32:1-7; 2 Tesalonika 1:1-4, 11-12; Lukas 19:1-10

Kebaktian 2 November 2025 oleh Pdt. Debora Rachelina S. Simanjuntak

Kita sering berpikir bahwa untuk datang kepada Tuhan, kita harus sudah baik dulu. Kita merasa perlu merapikan diri, menyucikan perilaku, memperbaiki catatan hidup kita agar tampak pantas di hadapan-Nya. Seakan-akan Tuhan hanya menerima orang yang sudah layak, sudah bersih, sudah benar.

Namun, firman hari ini membalikkan cara pandang itu. Tuhan bukan menunggu kita menjadi layak. Dialah yang melayakkan kita.

1. Tuhan Melihat Kedalaman Dosa, Namun Tidak Menolak Orang Berdosa

Yesaya 1:10-18 menunjukkan keadaan umat yang rajin beribadah tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Ibadah mereka dipenuhi kebenaran diri dan kemunafikan. Tuhan tidak menutup mata terhadap dosa; Ia justru menegur dengan tegas.

Namun teguran itu bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk mengundang pertobatan:

“Marilah, baiklah kita berperkara!” firman Tuhan.
“Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju.” (Yes. 1:18)

Tuhan tidak meminta kita datang dalam keadaan putih. Ia berkata, “Datanglah apa adanya, Aku yang memutihkanmu.”

2. Bahagia Bukan Karena Kita Sempurna, Tetapi Karena Kita Diampuni

Pemazmur memahami bahwa kebahagiaan yang sejati bukan berasal dari prestasi rohani atau moral, tetapi dari pengampunan:

“Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya.” (Mzm. 32:1)

Pemazmur pernah memendam dosanya, berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Hasilnya? Tulang-tulangnya seakan remuk. Hidup terasa berat. Namun saat ia mengakui dosanya, ia menemukan kelegaan. Allah menjadi tempat persembunyian yang tidak pernah menekan, tetapi menyembuhkan.

3. Allah yang Melayakkan, Supaya Nama Yesus Dimuliakan dalam Hidup Kita

Dalam 2 Tesalonika 1:11-12, Paulus mendoakan jemaat agar Allah sendiri yang melayakkan mereka untuk panggilan-Nya. Bukan mereka yang membuat diri layak, tetapi Allah yang bekerja melalui kasih karunia-Nya.

Tujuannya jelas:

Agar Tuhan dipermuliakan melalui hidup kita.

Kita diubah bukan untuk membanggakan diri, tetapi supaya Kristus tampak dalam kita.

4. Yesus Datang Untuk Mencari yang Hilang, Termasuk Kita

Lukas 19:1-10 memperlihatkan kisah Zakheus yang penuh cela, seorang pemeras, seorang yang merugikan sesamanya. Ia tidak layak—dalam ukuran manusia.

Tetapi Yesus datang kepadanya:

“Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Luk. 19:5)

Yesus tidak berkata, “Perbaiki dulu hidupmu, baru Aku datang.”
Ia datang lebih dulu, dan kehadiran Yesuslah yang mengubah Zakheus.

Pertobatan bukan syarat untuk dikasihi.
Pertobatan adalah buah dari mengalami kasih itu.

Zakheus berubah setelah ia disentuh oleh kehadiran Yesus.

Penutup

Kita tidak dilayakkan karena ibadah kita, prestasi rohani kita, atau kebaikan yang kita kumpulkan. Kita dilayakkan oleh kasih karunia.

Tuhan berkata,

“Datanglah apa adanya.”
“Aku tahu dosamu, aku tahu lukamu.”
“Aku datang bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyembuhkan.”
“Aku tidak menunggu kamu benar. Aku yang membenarkan.”

Jadwal Kebaktian GKI Kota Wisata

Kebaktian Umum 1   : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian Umum 2  : Pk. 09.30 (Hybrid)

Kebaktian Prarem 8 : Pk 07.00 (Onsite)

Kebaktian Prarem 7 : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 3-6  : Pk. 07.00 (Onsite)

Kebaktian ASM 1-2   : Pk. 09.30 (Onsite)

Kebaktian Batita, Balita: Pk. 09:30 (Onsite)

Kebaktian Remaja  Pk 09.30 (Onsite)

Kebaktian Pemuda Pk. 09.30 (Onsite)

Subscribe Youtube Channel GKI Kota Wisata dan unduh Aplikasi GKI Kota Wisata untuk mendapatkan reminder tentang kegiatan yang sedang berlangsung

 

 

GKI Kota Wisata

Ruko Trafalgar Blok SEI 12
Kota Wisata – Cibubur
BOGOR 16968

021 8493 6167, 021 8493 0768
0811 94 30100
gkikowis@yahoo.com
GKI Kowis
GKI Kota Wisata
: Lokasi

Nomor Rekening Bank
BCA : 572 5068686
BCA : 572 5099000 (PPGI)
Mandiri : 129 000 7925528 (Bea Siswa)

Statistik Pengunjung

949162
Users Today : 2480
Users Yesterday : 3096
This Month : 38259
This Year : 501312
Total Users : 949162
Who's Online : 9